50. Hari ke-22: Ayam kecap lagi?

1.3K 234 21
                                    


.
.
.
.
.
Hari ini semua kembali di buat bingung oleh Harsa, pemuda itu kembali tidak ingin jauh dari Saga setelah mengeluh sesak nafas semalam.

Saga sendiri juga sudah mengingatkan Harsa untuk tidak memikirkan hal yang tidak-tidak, tapi tetap saja sepertinya Harsa memikirkan soal Hendra.

"Mas Harsa sakit lagi ya tante?" Kalya menggeleng, saat Maven bertanya. Sesuai permintaan Saga padanya tadi.

"Harsa cuma capek, gak perlu khawatir." Maven, Candra dan Jevan mengangguk.

"Berarti nanti mas Harsa gak boleh ke kebun?" Pertanyaan dari Yudhis membuat eyang Juna mengangguk.

"Iya, biar Harsa di rumah sama Saga aja." Yudhis mengangguk paham.

"Eyang, Wildhan gak suka sama cewek yang deketin mas Harsa terus!!" Wildhan berucap nyaring saat ingat soal Aruni.

"Aruni maksud kamu?" Wildhan mengangguk sambil merengut kesal.

"Wildhan gak suka eyang!!" Eyang Juna menghela nafas, kam sangat tidak mungkin dia melarang cucu dari teman nya itu mendekati Harsa. Kecuali jika Harsa sendiri yang mengatakan hal seperti Wildhan.

"Tapi mas mu itu gak keliatan keberatan di deketin Aruni Wil." Wildhan semakin merengut.

"Pokoknya Wildhan gak suka!" Wildhan memasang wajah masam saat mengatakan itu.

"Sebenernya Candra juga gak suka eyang." Eyang Juna berganti menatap Candra, bahkan Maven yang ikut mengangguk.

"Aku juga gak suka." Eyang Juna lebih terkejut mendengar jika cucu nya itu ikut tidak suka pada Aruni.

"Yes, Wildhan punya banyak pendukung!"
.
.
.
.
.
Saga menemani Harsa sejak pagi, padahal Harsa sudah mengatakan jika Saga bisa ikut yang lain ke kebun. Tapi pada dasarnya Saga juga sama keras kepalanya jadilah Saga diam di rumah bersama Saga.

"Sa." Harsa yang semula sibuk melihat anak-anak Kui langsung menoleh pada Saga.

"Kenapa?"

"Cucu perempuan nya eyang Joko suka sama kamu tuh." Harsa mengernyit.

"Siapa?" Saga menghela nafas dan menatap lekat pada Harsa.

"Anak cewek yang suka deketin kamu itu cucu nya eyang Joko, dia suka sama kamu." Harsa mengedikan bahu nya acuh.

"Gak tau." Saga gemas dengan jawaban Harsa.

"Kamu kenal dia kan?" Harsa menggeleng kecil.

"Lah kok?" Harsa merengut kesal.

"Memang kalau deketin berarti suka ya? Aku aja gak inget namanya." Saga rasanya ingin sekali mengumpat tapi tidak bisa karena dia sedang puasa. Kenapa sepupu nya ini sangat bisa membuat orang gemas.

"Kamu serius gak inget nama nya?" Harsa menggeleng.

"Harus aku inget?" Saga mengusap wajahnya pelan, dia menyerah menghadapi Harsa yang sedang mode aneh seperti ini.

"Gak usah Sa, gak perlu. Cukup inget nama sepupu-sepupu kamu aja!" Harsa mengangguk kecil.

"Oke."
.
.
.
.
.
Wildhan menatap tajam pada Aruni yang datang ke rumah, tujuannya untuk mengantarkan ayam kecap untuk Harsa. Bahkan cewek itu sudah di sambut oleh Agni, Hala juga Kalya dan itu semakin membuat Wildhan kesal.

"Aduh Aruni, gak usah repot-repot nak." Aruni tersenyum saat Esha menerima ayam kecap dari nya.

"Aruni gak repot tante, kan buat mas Harsa." Esha melirik ke arah saudara-saudaranya.

"Aruni cantik, kamu suka sama Harsa ya?" Aruni mengangguk malu-malu.

"Suka banget tante, mas Harsa itu udah ganteng, lucu, baik lagi. Aduh Aruni jadi makin suka." Esha tersenyum saat mendengar hal itu.

"Tapi Harsa nya lagi keluar sama Saga nak, mau nunggu?" Aruni menggeleng.

"Gak usah tante, udah mau magrib. Kasian eyang nanti buka sendiri, kalau gitu Aruni pamit ya tante Assalamuallaikum."

"Wa'alaikumsalam." Esha melambaikan tangan saat Aruni pergi.

"Mami!" Wildhan benar-benar kesal saat Esha ikut menerima Aruni.

"Apa sih sayang?" Esha jelas paham jika putranya posesif terhadap Harsa.

"Gak usah senyum-senyum sama cewek itu! Wildhan gak suka!" Esha menghela nafas.

"Loh gak suka kenapa? Kamu suka sama Aruni?" Wildhan menatap datar pada Esha, tatapan yang selama ini jarang sekali di keluarkan oleh Wildhan.

"Wildhan gak suka cewek itu deketin mas nya Wildhan!" Esha menghela nafas panjang.

"Iya gak suka kenapa le?" Wildhan bukan nya menjawab justru berlalu begitu saja dan itu membuat Esha yakin jika putra nya tengah marah.

"Ngambek deh."
.
.
.
.
.
Harsa dan Saga menatap bingung pada tante dan om nya, karena tiba-tiba saja Wildhan memeluk Harsa dan menangis.

Saga tau Wildhan tidak akan menangis kecuali dia memang benar-benar kesal, tapi saat ini dia kesal karena apa?

"Wil kenapa?" Saga menatap ke arah Harsa yang dengan lembut menenangkan Wildhan.

"Mau tidur sama mas Harsa." Harsa mengangguk mengiyakan.

"Iya nanti tidur sama aku, tapi kenapa nangis? Mau cerita?" Wildhan mengangguk.

"Mas Harsa gak boleh suka sama dia." Harsa mengernyit bingung. Memang nya dia suka sama siapa?

"Iya, udah jangan nangis." Wildhan melepaskan pelukan nya dari tubuh Harsa.

"Janji?" Harsa menatap Saga sebelum menjawab.

"Iya." Wildhan kembali memeluk tubuh Harsa setelahnya.

"Mas Harsa udah janji, gak boleh ingkar. Mas Harsa gak boleh suka sama Aruni Aruni itu!" Harsa hanya mengangguk yang penting adiknya tidak menangis.

"Aruni siapa?" Wildhan spontan menatap wajah Harsa, sedangkan Saga sudah terlihat menahan tawanya.

"Cewek yang suka deketin mas Harsa! Masa mas Harsa gak inget?!" Harsa akhirnya mengangguk paham.

"Oh namanya Aruni?" Wildhan mengangguk, begitu juga para orang tua.

"Mas Harsa gak inget?" Harsa menggeleng dengan polos.

"Harus aku inget?" Wildhan langsung menggeleng.

"Gak usah, gak boleh!"
.
.
.
.
.
Selesai teraweh Wildhan benar-benar memonopoli Harsa, meminta Harsa menemaninya untuk tidur di kamar. Harsa sendiri tidak keberatan, karena memang dia juga ingin merebahkan dirinya.

"Mas Harsa, mas beneran gak suka cewek itu kan?" Harsa menggeleng. Bukan tidak tapi belum tahu.

"Udah tidur Wil, katanya besok mau bikin kue." Wildhan mengangguk dan memeluk lengan kiri Harsa.

"Mas Harsa jangan kemana-mana, jangan pergi." Harsa hanya mengangguk.

"Iya aku disini gak kemana-mana."

Harsa tersenyum melihat tingkah Wildhan, rasanya sangat bahagia saat dia di butuhkan di rumah ini.

Harsa tidak bisa membayangkan jika waktu itu dia tidak menuruti bapak nya untuk datang kesini, mungkin sampai saat ini Harsa tidak akan pernah tau apa itu keluarga, apa itu bahagia dan apa itu keadilan.

Selama dia hidup dengan Hendra, laki-laki itu selalu memastikan jika Harsa tidak akan hidup layak. Di usir, di buang, di hina, di maki, bahkan di fitnah pun Harsa pernah merasakannya.

"Makasih udah nerima aku disini Wil." Harsa mengelus kepala Wildhan yang sudah terlelap.

"Aku beruntung bisa kenal kalian semua, menjadi bagian dari keluarga ini. Makasih Wil."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat pagi...
Ada yang nungguin Harsa?
Maaf ya baru sempet up...

Selamat membaca dan semoga suka...

See ya....

–Moon–

Bratadikara's houseWhere stories live. Discover now