30. Hari ke-04: Ternyata

1.4K 243 17
                                    


.
.
.
.
.
Saga gak bisa tidur, entah kenapa perasaannya gak enak malam ini. Kayak khawatir, terus gelisah, udah macem mau di putusin ayang.

Saga merhatiin adik-adiknya satu persatu, lengkap lima orang, soalnya Harsa memang gak ikut tidur di ruang keluarga, dingin katanya. Memang sih hujan turun dari semalem dan belum juga berhenti sampai sekarang, gak heran kalau Harsa bilang dingin.

Saga melihat jam dinding dan menghela nafas waktu tau masih pukul dua, tapi gak ada salahnya kalau dia masak nasi lebih dulu sambil angetin ayam yang mereka beli semalem.

Kalau Saga lagi masak nasi sambil ngantuk, beda lagi sama Harsa yang ternyata semaleman gak tidur sama sekali.

Cowok scorpio itu justru duduk diem di atas kasur sambil meluk lututnya, di depannya ada ponsel yang entah kenapa di biarin nyala.

"Eyang marah sama aku ya?" Harsa bergumam pelan, netra nya terus fokus ke roomchatnya dengan eyang Juna.

Harsa menggigit bibir bawahnya, semalam eyang Juna memang mengirim pesan dan mengatakan akan menelpon Harsa untuk menanyakan sesuatu, tapi sampai saat ini sang eyang tidak juga menghubungi nya.

"Aku buat salah apa?" Harsa dengan segala over thinking nya.

Drrttt

Ddrrrtt

Harsa langsung meraih ponselnya saat melihat panggilan masuk dari sang eyang.

Klik

"Assalamu'allaikum." Harsa menggigit bibir bawahnya, dia takut saat ini.

"Wa'allaikumsalam."

"Kamu baru bangun atau eyang bangunin kamu Sa?"

"Harsa udah bangun dari tadi eyang." Harsa bisa mendengar deheman eyang Juna dari seberang.

"Harsa, eyang boleh nanya sesuatu?"

Harsa mengangguk.

"Boleh, eyang mau tanya apa?"

"Saji buat masalah disana? Atau dia bikin kesalahan sama kamu?"

Jujur saja, Harsa bingung menjawab sekarang, dia ingin menjawab jujur tapi takut sang eyang bersikap sama seperti yang lain pada Saji.

"Gak ada eyang?"

"Terus kenapa kamu ngusir dia dan gak bolehin dia bantu-bantu di sana?"

Harsa di buat terdiam oleh ucapan sang eyang, sejak kapan dia berani mengusir orang dari rumah ini.

"Tapi Harsa gak-"

"Harsa, eyang memang serahin wewenang disana ke kamu sama Saga, tapi eyang gak suka kalau kamu asal ngusir gitu aja. Eyang kenal Saji, dia anak baik, dia gak pernah ngecewain eyang selama ini."

Deg

Harsa benar-benar di buat terdiam saat mendengar ucapan sang eyang, bahkan tanpa sadar Harsa sudah meremas selimutnya sendiri.

"Kamu memang cucu eyang Harsa, tapi kamu gak bisa seenaknya sama orang yang kerja sama eyang. Saji kerja sama eyang, eyang yang minta dia buat bantu kalian disana. Tapi kalau kamu memang gak mau ada yang bantu, harusnya kamu bilang dulu ke eyang, gak asal usir, ngerti Harsa?"

Harsa menggigit bibir bawahnya kuat, bahkan beberapa kali menghembuskan nafas panjang.

"Iya, maaf eyang."

"Terus sekarang gimana? Saji udah gak mau balik ke rumah eyang karena merasa kamu hina, kamu tau rasanya di hina Harsa, dan itu gak enak kan? Jadi jangan pernah jadikan hal yang pernah kamu rasain buat di rasain orang lain, kalau Saji bales ke saudara-saudara kamu gimana?"

Bratadikara's houseWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu