26. Hari ke-02: Masih semangat

1.6K 234 26
                                    


.
.
.
.
.
Hari ini Saga sengaja gak bangunin Wildhan sama Yudhis, soalnya dia cuma angetin sisa lauk yang di beli sama Juna semalem. Eyang mereka itu sengaja beli banyak lauk buat buka kemarin, tapi akhirnya malah sisa banyak, apa lagi bagian Harsa. Kadang Saga bingung, kenapa Harsa kalau makan dikit, padahal dia udah yang paling jarang makan.

"Ada yang perlu di bantu Ga?" Saga terkejut saat pundaknya di tepuk, dan saat menoleh pemuda itu menemuka Harsa sudah berdiri di belakang nya.

"Udah selesai kok, paling habis ini mah bangunin anak-anak itu. Kamu bangunin eyang aja, gantian." Harsa mengangguk, karena untuk Harsa yang jarang ngeluarin suara, bangunin sepupu-sepupu nya itu butuh tenaga ekstra.

Harsa yang ngelihat Saga pergi ke lorong tempat kamar mereka, juga ikut beranjak ke kamar eyang Juna.

Tok

Tok

Tok

"Eyang, sahur." Harsa gak pernah berani langsung masuk ke kamar Juna atau kamar sepupu-sepupunya yang lain, kecuali udah di pesenin buat bangunin.

"Eyang, ayo sahur."

Cklek

Harsa langsung buru-buru mundur waktu pintu kamar Juna kebuka.

"Harsa sini deh, eyang mau ngomong sebentar." Harsa akhirnya mendekat dan masuk ke kamar Juna, karena sang pemilik kamar yang meminta.

"Ada apa eyang?" Juna menyodorkan sebuah album foto pada Harsa.

"Itu album foto bunda kamu, waktu bunda kalian masih tinggal disini dulu, dan belum pindah ke surabaya." Harsa membuka album foto itu dan tertegun saat melihat foto keluarga nya terpasang di lembar paling depan.

"Boleh Harsa simpen?" Juna mengangguk.

"Simpen aja, biar kamu bebas ngeliat wajah bunda kamu." Harsa mengulas senyum tipis.

"Harsa." Harsa kembali mendongak dan menatap ke arah Juna.

"Iya eyang?"

"Nanti habis subuh eyang mau ke surabaya, titip adik-adik nya." Harsa mengangguk.

"Iya eyang, Harsa pasti jaga mereka." Jawaban Harsa membuat Juna tersenyum.

"Nanti juga ada anak yang dateng buat bantuin kalian di rumah sama di kebun, dia udah sering bantu-bantu eyang sebelumnya. Tapi tetap kamu jangan ngerasa gak enak, kalau memang semua gak sesuai sama apa yang kamu atau Yoga mau, kamu bisa bilang, ngerti Harsa?" Harsa kembali mengangguk.

"Dia siapa eyang?"

"Namanya Saji, dia itu anak nya pak Wanto, tau kan?" Juna tersenyum melihat wajah bingung Harsa.

"Pak Wanto itu supir yang biasa bawa hasil kebun eyang." Harsa akhirnya mengangguk kecil.

"Yang nanti mau anterin eyang ke surabaya kan?" Juna mengangguk.

"Iya, nanti kamu yang akur sama Saji ya, dia baik kok." Harsa mengulas senyum tipis, mencoba percaya pada ucapan Juna meskipun sebenarnya hatinya ragu.

"Udah ayo sahur, nanti Wildhan sama Jevan rewel kalau nunggu lama."
.
.
.
.
.
Gak kayak hari pertama kemarin, sahur hari ini tanpa drama cemberut dari Wildhan. Soalnya cowok itu udah langsung duduk di sebelah Harsa begitu sampai ruang makan, bahkan tingkah Wildhan membuat Juna menggeleng heran.

"Eyang yakin gak mau kita aja yang anterin?" Juna menatap Saga dan menggeleng.

"Kamu kerja Ga." Saga menghela nafas.

"Kan ada Wildhan, Yudhis sama Yoga eyang. Mereka juga gak akan nyasar kalau cuma ke rumah mami aja, apa lagi Wildhan." Wildhan cuma bisa nyengir.

"Gak usah, eyang juga udah bilang ke pak Wanto, gak enak kalau di batalin." Saga akhirnya memilih mengangguk.

Bratadikara's houseWhere stories live. Discover now