70. Kebenaran yang terungkap

1.1K 205 8
                                    


.
.
.
.
.
Saga tidak mengerti apa yang sebenarnya diucapkan Hendra pada Harsa, sampai sepupunya itu tampak sangat diam.

Harsa tidak bercerita pada mereka, pemuda itu hanya diam dan menempeli Yudhis. Bahkan saat mereka menemani Harsa tidur di kamar pun, Harsa tetap tidak bercerita.

Sebenarnya Saga, Yudhis dan Yoga tidak terlalu peduli dengan obrolan Harsa dan bapak nya itu. Tapi saat melihat Harsa menolak untuk makan sejak mereka kembali, hal itu membuat ketiganya kesal pada Hendra.

"Mas Saga, mas Harsa tetep gak mau makan." Saga yang mendengar suara lirih Wildhan hanya bisa menghela nafas panjang.

"Bahkan bakso sama batagor nya?" Wildhan menggeleng.

"Gak mau mas, bahkan udah di tawarin Yoga ayam kecap dari Aruni juga tetep gak mau." Saga memejamkan matanya, jika Harsa terus begini dia tidak punya pilihan kecuali memasang infus pada pemuda itu.

Terhitung sudah tiga hari sejak mereka mengunjungi lapas, dan sejak itu pula Harsa menolak untuk makan.

"Eyang dimana?" Wildhan menatap lekat pada Saga yang baru saja bangkit dari sofa.

"Eyang di kebun mas." Saga mengangguk.

"Kamu ajak Jevan ke kebun, tanyain ke eyang ada sawo yang bisa di panen gak." Wildhan mengerjap sebentar tapi kemudian mengangguk.

"Oke mas." Wildhan segera pergi ke belakang untuk menemui Jevan yang memang sedang menjemur pakaian tadi. Saga kembali menghela nafas panjang sebelum beranjak ke kamar Harsa.

Cklek

"Tidur?" Saga melihat ke arah Yudhis yang setia ada di sebelah Harsa. Yudhis tidak bisa kemana-mana karena tangannya di dekap oleh Harsa.

"Iya mas, barusan aja." Saga mendekat dan memeriksa Harsa.

"Yoga mana?"

"Ke kamarnya mas, katanya mau telpon mbak Mala, nanyain makanan yang gak akan di tolak sama mas Harsa." Saga mengangguk paham.

"Sebenernya mas Harsa kenapa ya mas?"
.
.
.
.
.
Satu hal yang selama ini membuat mereka serba hati-hati pada Harsa, karena pemuda mungil itu tidak bisa di tebak, seperti saat ini.

Yudhis hanya meninggalkan Harsa sebentar untuk ke kamar mandi, tapi begitu dia kembali ke kamar Harsa, kakak sepupunya itu sudah tidak ada. Dan di tengah kebingungan mereka mencari dimana Harsa, salah satu pekerja kebun yang di minta eyang Juna untuk memanggil Yoga mengatakan jika Harsa ada di kebun.

"Kayaknya nanti harus aku infus itu anak." Saga menggerutu selama perjalanan mereka ke kebun. Mengetahui jika sepupu nya itu ada di kebun, Yudhis dan Saga langsung mengikuti langkah Yoga untuk pergi kesana.

"Infus aja mas, gue takut mas Harsa dehidrasi, daei pagi gak minum sama sekali." Saga mengangguki ucapan Yudhis.

"Eyang." Eyang Juna terkejut mengetahui jika bukan hanya Yoga yang datang tapi Yudhis juga Saga.

"Eyang butuh bantuan?" Eyang Juna menggeleng.

"Gak, kebun aman. Tapi itu Harsa, kenapa di biarin kesini kalau sakit?" Ketiga nya menghela nafas panjang saat eyang Juna bertanya.

"Kita bahkan gak tau kapan anak itu pergi nya eyang. Sekarang Harsa dimana?" Eyang Juna menatap ke arah kebun.

"Ada di dalam kebun, sana samperin terus ajak pulang." Ketiga nya mengangguk.

Mereka beberapa kali menyapa pekerja kebun yang mereka temui, bahkan menanyakan posisi Harsa pada mereka.

Sebagian pekerja yang tau menunjuk rumah di tengah kebun sebagai posisi Harsa, dan benar saja Harsa memang ada disana, duduk diam di teras kecil rumah itu.

Bratadikara's houseHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin