37. Hari ke-10: Kabar duka

1.6K 253 52
                                    


.
.
.
.
.
Harsa menatap malas pada Maven yang terus saja mengajak nya keluar, bahkan cowok itu mengikuti Harsa kemana pun Harsa pergi.

Harsa gak tau sebenarnya Maven kenapa, tapi ini sudah siang dan bisa repot kalau Yoga sama Candra yang lagi mode jahil di tinggal gitu aja.

"Mas Harsa, ayo keluar lah." Harsa menggeleng.

"Mas, ayolah, kita jalan-jalan naik motor." Harsa masih menggeleng.

"Udah Ven, langsung tarik aja, gak usah di tawarin gitu." Harsa langsung melotot pada Saga saat kakak sepupu nya itu justru memberi saran pada Maven.

"Ga."

"Pergi aja Sa, dari pada Maven rewel terus." Dengan terpaksa akhirnya Harsa akhirnya mengangguk, menuruti kemauan Maven untuk pergi keluar.

"Ven, hati-hati bawa motornya."

"Siap mas Saga"
.
.
.
.
.
Saga gak pernah nyangka kalau dia bakal ada di posisi ini, sejam lalu dia dapet telpon dari nomor Maven yang mengatakan jika dua adiknya itu menjadi korban kecelakaan.

Saga bahkan langsung menarik semua adiknya untuk ikut ke rumah sakit, guna memastikan hal tersebut.

"Mas Saga." Saga mengerjap saat pundak nya di tepuk oleh Yoga.

"Ayo mas, Maven udah di pindah ke ruang rawat." Saga hanya mengikuti langkah kaki Yoga, tangannya terkepal. Saga menyalahkan dirinya sendiri karena duka yang mereka rasakan saat ini, seandainya tadi Saga tidak memberi kedua nya ijin keluar semua pasti akan baik-baik saja.

"Jangan nyalahin diri sendiri mas." Yudhis yang jalan di belakang Saga langsung menggenggam tangan Saga yang terkepal.

"Maven gimana?" Yudhis tersenyum sendu, dia tau kalau Saga sangat terpukul.

Saga adalah orang pertama yang mendapat kabar tentang Maven juga Harsa, dan juga orang pertama yang bersikap tegar saat adik-adiknya menjerit tidak percaya. Saga bahkan menguatkan dirinya saat menghubungi eyang juga orang tua mereka.

"Maven, masih dalam pantauan mas, tapi kata dokter Maven baik-baik aja, luka di kepalanya gak fatal." Saga menghela nafas lega, paling tidak Maven akan baik-baik saja.

"Mas ayo, mas Harsa udah nunggu." Saga kembali di tampar rasa bersalah saat mendengar nama Harsa.

"Maven siapa yang jaga?" Yoga yang sedari tadi hanya menatap Saga dan Yudhis akhirnya mendekat.

"Maven belum bisa di kunjungi mas, jadi hari ini dia bakal di jaga sama dokter." Saga akhirnya mengalah dan menurut saat pundaknya di rangkul oleh Yudhis.

"Harsa pasti marah sama aku." Yudhis mengeratkan rangkulannya saat mendengar gumaman Saga.

"Mas Harsa gak akan pernah marah sama mas." Yudhis ingin sekali meminta Saga menangis saat ini, karena sejak tadi pagi Saga sama sekali belum menangis dan Yudhis yakin jika kakak sepupunya itu pasti menahan semuanya.

"Semua udah di rumah mas, mereka nungguin mas Saga."
.
.
.
.
.
Saga menatap Wildhan, Jevan dan Candra yang masih terus terisak, ketiga adiknya itu memang sempat berhenti menangis tadi, tapi kembali menangis saat ini.

Saga menatap kosong ke depan, tepat ke arah tempat Harsa tertidur. Sekali lagi Saga sama sekali tidak menyangka, jika dia akan ada disini kedua kali nya bersama keluarganya. Namun berbeda dengan kedatangan pertama nya dimana dia menenangkan Harsa, saat ini dia justru mengantar Harsa.

"Mas Harsa bohong...hiks...mas Harsa bilang mau ajarin aku bikin kue buat ulang tahun nya mas Saga nanti malem...hiks...tapi mas Harsa malah pergi...hiks..." Saga mengepalkan tangannya saat mendengar rancauan Wildhan.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang