48. Hari ke-20: Nenek sihir mampir!

1.5K 248 36
                                    


.
.
.
.
.
Kesiangan!

Saga yang janji mau bangunin Harsa buat sahur pun ikut kesiangan, mereka semua baru bangun pas adzan subuh. Harsa yang memang belum boleh puasa sama Saga cuma bisa nahan ketawa, karena dua sepupu termuda mereka langsung lesu.

"Ga, tuh liat Wildhan sama Jevan." Saga yang baru saja akan berangkat kerja langsung menatap ke arah Wildhan dan Jevan.

"Lesu amat itu muka, perlu setrika gak?" Saga justru semakin menggoda kedua adik nya itu.

"Mas Saga sih, gak bangunin kita!" Saga tertawa kecil.

"Gimana mau bangunin, aku aja kesiangan." Wildhan dan Jevan merengut.

"Tumben mas Saga sampai kesiangan juga?" Saga melirik ke arah Harsa yang sibuk berbicara dengan Yoga.

"Ya gimana ya, nyenyak banget sih. Apa lagi ada tupai kecil yang nemenin aku tidur semalem." Wildhan langsung merengut waktu tau tatapan Saga lurus pada Harsa.

"Besok-besok mas Harsa tidur sama aku ya! Gak usah sama mas Saga!" Harsa yang mendengar pekikan Wildhan hanya bisa menatap bingung.

"Hah?"

"Udah lah, inget tetep puasa, udah gede malu. Aku berangkat dulu, assalamuallaikum." Saga beranjak keluar setelah mengatakan itu.

"Wa'allaikumsalam."
.
.
.
.
.
Harsa sengaja ikut ke kebun hari ini karena Yoga mengatakan butuh bantuan nya, namun ternyata setelah di kebun, tidak ada yang bisa dia lakukan.

"Yoga, aku harus ngapain?" Yoga yang sibuk menulis laporannya langsung menoleh dan tersenyum pada Harsa.

"Gak ada, mas diem aja disitu." Bukannya senang, Harsa justru merengut dan berlalu.

Cowok mungil itu memilih buat melihat proses peremajaan beberapa pohon di kebun, Harsa sudah sangat tau bagaimana para pekerja di kebun eyang Juna bekerja. Terutama eyang Juna memang sengaja mempekerjakan penduduk sekitar yang berusia diatas lima puluh tahun.

"Mas Harsa ya?" Harsa menoleh saat mendengar suara cewek, seingatnya kebun eyang Juna gak pernah terima pekerja cewek.

"Kamu siapa?" Cewek itu senyum ke arah Harsa dan itu semakin membuat Harsa merasa aneh.

"Aku cucu nya eyang Joko loh, kita juga pernah ketemu di masjid waktu itu." Harsa mengernyit dan mengangguk kecil sebelum berlalu pergi. Harsa tidak terlalu suka berinteraksi dengan orang asing.

"Mas Harsa, nama ku Arunika Nirmala! Harus inget ya!!" Harsa hanya menggeleng tanpa menoleh ke arah cewek tadi.

Plak

"Aduh eyang!" Cewek yang akrab di sapa Aruni itu mengaduh saat tau jika sang eyang lah yang memukul pundaknya.

"Koe iku ke sini mau bantu eyang, gak usah godain cucu nya pak Juna!" Aruni merengut lucu saat mendengar itu.

"Ih tapi mas Harsa lucu tau eyang... Mau satu yang kayak mas Harsa buat di bawa pulang!" Eyang Joko menggeleng mendengar ucapan cucu perempuannya.

"Bocah gendeng!"
.
.
.
.
.
Seharusnya Harsa memang tidak kembali ke rumah lebih dulu, seharusnya dia memang menunggu Yoga, Yudhis, Maven, Candra dan Jevan selesai. Dengan begitu dia tidak akan berhadapan dengan sumber mimpi buruknya saat ini.

"Mas Harsa siapa yang dateng? Mas kenal?" Harsa buru-buru menoleh ke arah Wildhan, bisa berbahaya jika Wildhan sendiri disini.

"Wil, bisa aku minta tolong? Panggil Yoga sama Yudhis." Wildhan mengernyit, tapi begitu melihat cewek yang berdiri di depan pintu Wildhan langsung mengangguk.

Bratadikara's houseWhere stories live. Discover now