Spesial chapter end

803 114 2
                                    


.
.
.
.
.
Tidak ada yang berani membuka suara setelah mereka semua dimarahi oleh eyang Juna, sakit nya Harsa juga membuat mereka semakin merasa bersalah.

Saga terpaksa izin kerja karena dia tidak ingin meninggalkan Harsa sendirian, adik-adiknya yang lain juga hanya diam di rumah.

"Mas Saga, mas Harsa gak apa kan?" Saga mengangguk.

"Harsa gak apa, dia cuma kecapekan dan banyak pikiran. Keliatannya dia bener-bener mikirin hal itu beberapa hari ini." Jevan, Yudhis, Wildhan dan Riana menunduk saat Saga mengatakan itu. Mengerjai Harsa adalah keinginan mereka dan ide tentang Aruni juga Yudhis adalah ide dari pacar Jevan.

"Mala bilang kita cuma bisa nunggu rasa marah mas Harsa ilang, karena mas Harsa gak akan mau dengerin atau merespon orang-orang yang membuat dia marah." Ucapan Yoga semakin membuat keempatnya menunduk.

"Aku jadi ngerasa bersalah sama Aruni, dia pasti uring-uringan karena di diemin mas Harsa." Riana rasanya ingin menangis saat mengingat bagaimana galau nya Aruni saat harus menolak tawaran makan siang Harsa.

"Itu sudah jadi konsekuensi kita waktu kita setuju buat ngerjain mas Harsa, meskipun kita sudah kenal beberapa bulan sama mas Harsa tapi kita belum bener-bener kenal sifat nya mas Harsa."

"Mas Harsa gak pernah marah, tapi sekali marah serem banget kayak semalem." Maven yang sejak awal hanya mengikuti mereka sebenarnya sedikit kesal, namun dia tau dia juga salah.

"Semoga aja mas Harsa marah nya gak lama."
.
.
.
.
.
Jevan berdiam di kamarnya setelah sarapan, obrolan mereka tentang marah nya Harsa membuat dia semakin merasa harus bertanggung jawab.

Jevan merasa ini salah nya karena dia lah yang meminta saran ide pada kekasihnya, dan membuat semua saudaranya bahkan Aruni setuju.

Ddrr

Ddrrtt

Klik

"Ya, halo."

"Jevan, gimana? Berhasil surprise nya?"

"Gagal, mas Harsa marah."

"Marah? Kenapa marah sih? Kan gak beneran."

"Justru itu Ra, mas Harsa marah karena mikirnya mas Yudhis mainin Riana. Mas Harsa gak pernah suka sama orang yang selingkuh, dan aku lupa soal itu."

"Terus sekarang gimana? Maafin aku ya."

"Bukan salah kamu kok, ini salah kami. Mas Harsa sakit sekarang, kata mas Saga sih karena kecapekan dan terlalu banyak pikiran."

"Aduh, semua pasti karena ide ku ya. Jevan maafin aku ya, aku ke batu deh, nanti jemput aku di alun-alun ya, aku bawa motor sendiri."

"Heh! Gak usah, kenapa ke sini?"

"Loh ya mau minta maaf ke mas Harsa dong, nanti kalau aku gak di restuin sama kamu gimana?"

"Gak mungkin Ra."

"Mungkin Jevan! Bunda kamu aja bilang ke aku kalau aku harus dapet restu dari kakak kesayangan kamu kalau mau nikah sama kamu."

"Sekarang aku tanya deh, kakak kesayangan kamu itu siapa? Mas Harsa kan?"

"Iya sih, ya udah deh kalau udah deket alun-alun chat atau telfon aja, biar aku tunggu disana."

"Iya, sebentar aku mau siap-siap dulu. Mau dandan cantik soalnya mau ketemu calon kakak ipar."

"Gak usah dandan! Kamu udah cantik!"

"Halah halah pret! Udah aku tutup telfon nya, bye jelek."

Bratadikara's houseWhere stories live. Discover now