79. Mulai akrab

1.1K 210 17
                                    


.
.
.
.
.
Saga setia menatap datar pada para orang dewasa yang ada di hadapannya, selain Tara, Pandu dan eyang Juna, hari ini tiba-tiba Satria dan Hala datang ke rumah.

Saga bukan tidak suka jika orang tua Yudhis itu datang, tapi mengingat apa yang pernah Satria lakukan pada Harsa dulu membuat Saga was-was.

"Saga, masih marah sama om?" Saga hanya melirik.

"Menurut om?" Tara menghela nafas, ya semua karena kesalahannya mengambil tindakan. Seharusnya dia tidak perlu menghukum Harsa berdiam di luar rumah, Tara sendiri lupa jika Harsa akan menuruti semua ucapan orang yang dia hormati.

"Saga, udahan marah nya le, om Tara kan udah minta maaf." Saga mengernyit.

"Emang om Tara udah minta maaf ke Harsa? Belum tuh. Lagi pula Saga gak yakin kalau Harsa mau ketemu om Tara." Tara terdiam, benar apa kata Saga. Ada banyak kemungkinan Harsa akan menghindari nya nanti.

"Sekarang Harsa dimana Ga?" Saga beralih menatap Hala, satu-satunya wanita yang ada disana.

"Di kamarnya sama Wildhan, ada Jevan sama Maven juga kayaknya. Tante mau marahin dia juga?" Hala tersenyum tipis dan menggeleng.

"Gak, memang kapan tante pernah marahin Harsa?" Saga mengedikan bahunya.

"Ya siapa tau, om Tara aja yang sebelumnya protective ke Harsa bisa ngehukum Harsa kayak gitu." Tara menunduk saat mendengar hal itu.

"Boleh kan tante ke kamar Harsa?" Saga memberi anggukan. Dan setelah melihat itu Hala beranjak dari ruang tamu.

"Saga, jangan gitu. Gimana pun om Tara om kamu." Saga hanya mengangguk dan berdehem.

"Hm."

"Saga udah ya, maafin om nya." Saga hanya bergeming.

"Gak tau eyang." Eyang Juna menghela nafas panjang, dia tau di antara semua cucu nya Saga mempunyai ego dan emosi yang tinggi jika menyangkut orang yang dia sayang.

"Saga, Harsa gak ada di kamar nya." Saga langsung menoleh saat Hala tiba-tiba kembali ke ruang keluarga.

"Gak ada? Tadi di kamar kok tante, anak itu masih demam." Hala terlihat khawatir saat mendengar ucapan Saga.

"Iya tapi kamarnya Harsa kosong." Saga baru saja akan beranjak saat merasakan ponselnya bergetar. Ada pesan dari Wildhan yang mengatakan jika Harsa minta ke rumah kebun.

"Harsa ada di rumah kebun sama Wildhan."
.
.
.
.
.
Mala menghela nafas panjang saat melihat bagaimana Yoga terus saja merasa bersalah, pacarnya itu masih sering menatap Harsa dengan tatapan bersalah.

"Yoga." Yoga menoleh dan tersenyum tipis saat Mala menepuk pundaknya.

"Apa cantikku?" Mala memutuskan untuk duduk di samping Yoga.

"Aku tau kamu ngerasa bersalah ke Harsa, tapi gak harus kamu ngehukum diri kamu sendiri kayak gini." Yoga menatap banyaknya laporan yang sedang ada di hadapannya.

"Mas Harsa di hukum gara-gara aku, gimana aku bisa gak ngerasa bersalah. Bahkan mas Harsa sakit karena hukuman papa, sedangkan aku baik-baik saja." Mala mengelus pundak Yoga pelan.

"Yoga dengerin, Harsa memang gitu. Aku kenal Harsa lebih lama, dia gak akan ambil keputusan tanpa mikir panjang. Sekarang berhenti ngerjain ini semua dan samperin Harsa." Yoga menggeleng, dia tidak memiliki nyali untuk menemui sepupu nya itu.

"Yoga dengerin, aku tau alasan Harsa ngelindungi kamu. Tapi aku juga tau gimana Harsa, dia pasti akan ngelakuin sesuatu ke kamu sebagai gantinya." Kali ini Yoga mengernyit saat mendengar ucapan Mala.

Bratadikara's houseNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ