Tes ombak

902 162 22
                                    


.
.
.
.
.
Harsa tidak tau apa yang sebenarnya diinginkan keluarga nya saat ini, karena tiba-tiba mereka memanggil Harsa ke ruang keluarga.

Saga hanya senyum-senyum tidak jelas saat Harsa menatapnya, bahkan Yoga dan Yudhis juga melakukan hal yang sama.

"Eyang ada apa?" Eyang Juna menatap lekat pada Harsa yang baru saja bertanya.

"Harsa, mau lanjut kuliah?" Harsa mengerjap saat eyang Juna bertanya soal itu.

"Memang Harsa bisa lanjut kuliah eyang?" Eyang Juna mengangguk.

"Bisa, kalau mau nanti eyang daftarkan gimana?" Harsa menatap Saga dan sepupu-sepupunya yang lain.

"Harsa mau eyang." Eyang Juna ikut tersenyum saat melihat senyum Harsa.

"Kuliah di malang aja ya le, biar gak jauh-jauh." Harsa hanya mengangguk, baginya asal dia kuliah, tidak menjadi masalah dia kuliah dimana.

"Iya eyang." Eyang Juna menepuk pundak Harsa pelan.

"Kalau gitu nanti Saga yang banyu kamu nyiapin berkasnya ya." Harsa kembali mengangguk.

"Ya udah kalau gitu, kamu bisa istirahat. Besok Saga yang bakal kasih tau kamu soal berkas-berkasnya."

"Iya eyang." Harsa tetap duduk diam di sofa saat eyang Juna beranjak masuk ke kamarnya.

"Kalau mas Harsa kuliah, nanti aku ngerjain siapa?"

Plak

"Kan ketauan, jahilnya Wildhan itu buat ngerjain mas Harsa. Ya kamu ikut kuliah lagi aja." Wildhan mengelus pahanya yang menjadi korban tangan Candra.

"Gak mau, wes bosen aku. Mending buka toko ice cream di malang ae."

"Udah lah malah ribut, sana tidur kalian." Saat Saga membuka suara Wildhan dan Candra langsung mengangguk.

"Kamu juga Sa, tidur. Besok bakal jadi hari yang sibuk buat kamu."
.
.
.
.
.
Sesuai apa yang di katakan eyang Juna, saat ini Harsa sudah terdaftar sebagai mahasiswa manajemen bisnis di salah satu universitas di malang.

Tentu saja kehadiran Harsa di sana membuat banyak orang terkagum, apa lagi sata melihat wajah manis dan tampan Harsa. Bahkan banyak yang tidak percaya jika usia Harsa jauh di atas mereka.

"Sa, nanti aku yang anter, kelas pagi kan?" Harsa mengangguk, saat ini dia dan Saga sedang menyiapkan sarapan.

"Jangan ikut turun, kamu bikin heboh anak-anak itu." Saga tertawa kecil. Dia tau jika Harsa menjadi bahan gibah dan kehaluan para mahasiswa disana. Hanya karena Harsa selalu diantar oleh orang-orang yang berbeda.

"Ya kenapa sih? Gak ada yang salah kan?" Harsa berdecak saat Saga mengatakan itu.

"Gak salah sih, tapi aku jadi di tanya-tanya." Saga malah tertawa lepas saat melihat Harsa merengut.

"Pantes aja gak ada yang percaya kalau kamu umur dua puluh lima tahun Sa, lihat kamu lucu kalau lagi merengut."

"Saga diem deh, jangan mulai." Saga akhirnya hanya bisa mengulas senyum, dia tidak ingin membuat Harsa marah hanya karena godaannya.

"Gimana sama Aruni?" Harsa mengernyit, memang ada apa dengan kekasihnya itu.

"Memang Aruni kenapa?"

"Maksud ku itu hubungan mu sama Arni Harsa." Saga gemas jika Harsa seperti ini, rasanya ingin dia gigit saja.

"Gak gimana-gimana, kadang ketemu sekilas kalau di kampus." Saga mengangguk paham, karena memang Harsa mengambil jurusan yang sama dengan Aruni.

"Nanti pulang jam berapa? Biar di jemput Maven atau Yudhis." Harsa menggeleng setelah meletakan lauk di meja makan.

"Nanti kayaknya selesai jam dua, tapi gak usah di jemput, aku ada janji sama Aruni."
.
.
.
.
.
Aruni merengut kesal saat lagi-lagi dia melihat Harsa di dekati oleh mahasiswi lain, ya meskipun Aruni tau jika Harsa tetap mengelak atau bahkan sering mendiamkan para mahasiswi itu tapi tetap saja Aruni cemburu.

"Maaf ya, nungguin lama?" Aruni menggeleng.

"Capek gak mas di pepet cewek gitu." Aruni berjalan di samping Harsa setelah keluar dari area kampus, mereka ada rencana untuk makan bakso setelah pulang dari kampus.

"Capek." Aruni tertawa kecil, jawaban Harsa selalu saja sama.

"Mereka tau kan kalau mas Harsa lebih tua dari mereka?" Harsa mengangguk.

"Tau, dan harusnya mereka juga tau kalau aku gak tertarik sama mereka." Aruni merengut lucu.

"Tapi aku suka kesel kalau liat mereka deketin mas Harsa." Harsa tersenyum tipis saat Aruni mengatakan itu.

"Cemburu ya?" Aruni menoleh dan menatap Harsa lekat, gadis itu mengangguk.

"Iya, aku cemburu!" Harsa hanya tersenyum dan mengacak rambut hitam Aruni.

"Gak usah cemburu, aku gak tertarik sama mereka." Aruni tersipu malu saat Harsa melakukan itu.

"Aku tau, tapi tetap aja mas." Aruni menggigit bibir bawahnya saat menatap wajah tampan Harsa.

"Mas Harsa kok makin ganteng sih?" Harsa mengerjap.

"Aku? Kamu gak suka?" Aruni semakin merona saat Harsa menanyakan itu.

"Suka mas, suka banget malah, calon suami Aruni nih!" Harsa hanya tertawa pelan melihat tingkah kekasihnya itu.

Harsa meminta Aruni mencari tempat duduk begitu mereka sampai di kedai bakso langganan Harsa dan Saga, sedangkan dirinya sendiri memesan bakso untuk mereka.

"Gimana skripsinya?" Aruni menghela nafas panjang dan membuat Harsa yang duduk di hadapan Aruni menatap bingung.

"Baru juga pengajuan judul mas, doain gak di tolak lagi ya." Harsa hanya mengangguk.

"Mas Harsa kalau pulang kuliah masih sering ke kebun?" Harsa kembali mengangguk.

"Masih, meskipun gak bantuin kayak dulu." Aruni tersenyum saat melihat tatapan sendu Harsa.

"Eyang Juna pasti gak mau mas Harsa kecapekan, makanya gak beliau ngelarang mas Harsa ikut bantu di kebun." Harsa hanya menghela nafas panjang.

"Iya aku tau, tapi aku jadi makin capek kalau cuma diem di rumah." Aruni menggeleng.

"Mas Harsa itu capek buka karena diem di rumah." Harsa menatap Aruni bingung.

"Hah?"

"Mas Harsa itu capek karena sibuk lari-lari di pikiran ku." Harsa hanya terdiam, tidak tau harus merespon seperti apa lagi pada gombalan receh Aruni.

"Jangan gombal lagi, nanti kamu keterusan gombalin orang lain." Aruni justru merengut.

"Oh gak mungkin dong, Aruni itu cuma ngegombal buat mas Harsa." Harsa tertawa kecil dan kembali mengacak rambut Aruni.

"Mas, besok mas Harsa ada kelas apa?"

"Kelas pagi, tapi cuma sampai jam sepuluh." Aruni mengangguk paham.

"Besok aku gak ada kelas, jadi besok siang aku kirimin nasi goreng sama ayam kecap ke rumah ya?" Harsa hanya mengangguk.

"Nasi goreng nya jangan terlalu asin." Aruni memberi gestur hormat pada Harsa.

"Siap komandan, nanti aku buatin yang spesial dan enak buat mas Harsa kesayangan."
.
.
.
.
.
Lanjut?
.
.
.
.
.
Selamat siang
Gimana?
Ada yang kangen dan penasaran sama kisahnya mas Harsa dan Aruni gak?
Perlu aku lanjutin di book lain soal kisah cinta mereka?
Aku ngikutin pilihan paling banyak deh...

Selamat membaca dan semoga suka...

See ya...

–Moon–

Bratadikara's houseWhere stories live. Discover now