31. Ayam kecap

1.4K 240 9
                                    


.
.
.
.
.
Harsa diam di kamarnya saat Saga, Yudhis, Wildhan, Candra juga Maven pergi belanja. Cowok itu baru aja mau mandi saat ponselnya bergetar, tidak lama karena selanjutnya Harsa justru memblokir nomor yang masuk ke ponsel nya.

"Habis ini bapak pasti nelpon aku pakai nomor nya Kania." Harsa memejamkan matanya, dia sudah cukup pusing saat ini.

"Apa iya aku turutin bapak aja? Pulang ke rumah bapak." Hanya beberapa detik sebelum Harsa kembali menggeleng.

"Gak usah goblok deh Sa, susah-susah keluar dari sana kok mau balik ke sana."

Harsa mutusin buat mandi terus sholat dzuhur, mungkin dengan itu dia bisa sedikit lega. Kalau boleh jujur, Harsa masih kepikiran sama omongan eyang Juna tadi pagi. Hal itu ngebuat Harsa jadi bingung mau bertindak gimana setelah ini, dia merasa kalau ternyata dia disini juga gak punya kesempatan ngomong.

"Kangen bunda." Setelah ngaji Harsa justru diem sambil ngelihat foto bunda nya.

"Aku pingin ke tempat bunda tapi aku gak berani."

Tok

Tok

Tok

Harsa buru-buru bangkit waktu denger ketukan di pintu kamar nya, padahal cowok itu tau kemungkinan yang mengetuk pintu hanya Yoga atau Jevan.

Cklek

"Kirain tidur mas." Harsa menggeleng waktu Yoga bicara.

"Ada apa Yog?" Yoga ikut menggeleng.

"Gak ada apa-apa mas, aku cuma bosen." Harsa mengerjap beberapa kali.

"Main sama Kui mau?" Yoga menggeleng heboh.

"Gak mas, makasih. Kui galak banget kalau gak sama mas, Candra, Jevan sama Maven." Harsa tersenyum simpul mendengar jawaban Yoga.

"Ya udah kamu lihat tv aja, spongebob kalian udah main kan?" Yoga merengut, ya memang sih Spongebob berasa jadi tontonan wajib mereka.

"Mas gak ada mau keluar kemana gitu?" Harsa langsung menggeleng.

"Sebenernya aku pingin ke tempat bunda, tapi gak jadi." Yoga menghela nafas panjang, dia tau jelas kalau Harsa takut.

"Ya udah ayo temenin aku nonton di depan aja." Harsa hanya menurut saat Yoga menarik tangannya.

"Yoga pelan-pelan." Harsa sedikit meringis saat pundak kirinya tiba-tiba kerasa sakit karena tarikan tangan Yoga.

"Aduh maaf mas, maaf. Memang masih sakit?" Harsa menyentuh pundak nya.

"Gak sering, tapi kalau di tarik masih sakit." Yoga diam, sudah lebih dari sebulan tapi pundak Harsa masih sakit.

"Gak mau periksa ke rumah sakit aja?" Harsa menggeleng.

"Gak usah, gak papa kok."
.
.
.
.
.
"Mas Harsa!!" Wildhan yang semangat langsung memanggil Harsa begitu pulang belanja.

"Diem, mas Harsa lagi tidur." Tapi justru sahutan Yoga membuat Wildhan langsung menutup mulutnya.

"Kok tidur disini?" Saga mengernyit waktu melihat Harsa meringkuk di sofa sambil berbantal paha Jevan.

"Tadi nemenin aku nonton, tapi waktu aku tengok malah udah tidur." Saga mengangguk paham.

"Ya udah, Wildhan sama Yudhis ayo bantuin masak. Yang lain disini ae, kalau mau nonton jangan berisik." Yang lain langsung mengangguk, memang mereka mau ngelewatin buat merhatiin Harsa yang kelihatan polos pas tidur, oh tentu saja tidak.

Disaat yang lain duduk di sofa atau ke kamar masing-masing, Maven justru duduk di lantai, tepat jadiin sofa yang di tiduri Harsa jadi sandaran. Cowok tinggi itu mengernyit waktu telinga nya denger nafas Harsa yang berat.

Bratadikara's houseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang