1. Diagnosa

7K 557 17
                                    

Note : Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment. Enjoy and Happy Reading.
.

.
.

Lima tahun berlalu semenjak Joni menginjakan kakinya pada tempat yang dominan dengan warna putih ini.

“Eh, bro, udah dateng. Sini masuk-masuk” Yudi, sang adik terakhir memintanya masuk kedalam ruangnya yang hampir sering ia kunjungi.

Joni menjabat tangan adik bungsunya itu, lalu mengikuti langkahnya agar masuk kedalam ruangan kerja dokter milik Yudi.

“Nih, kayak biasa aja ya. Kali ini gimana perkembangan mereka?”

Joni menghelas nafas sembari menerima alat kecil yang sangat berguna bagi kedua anaknya yang mengidap asma.

“Baik, udah ga sering kambuh. Tapi tetep aja bikin khawatir dek, lo tau sendiri kan, rasanya liat anak kita sakit” jawab Joni.

Yudi mengiyakan dalam diam dan tersenyum, “It’s okey kak, anak-anak lo itu kuat, apalagi Harsa dan Renan. Si kembar emang beda ya, satu sakit, ikut sakit juga kembarannya.”

Yes, beda, unik, tapi bikin jantungan dua-duanya. Apalagi Harsa, anak itu kalau tidak kambuh parah, jarang banget gue atau si Abang dan kembaran nya bisa peka, beda sama Renan yang sakit selalu mau ngomong ke Abangnya, Mahen.”

Yudi tertawa kecil dan membenarkan. Ia dan Doni sudah hafal tabiat keponakan mereka, anak dari kakak tertuanya.

“Ya udah, yang penting semuanya membaik pelan-pelan. Abis ini mau ikut gue ngantin dulu gak Kak?” Yudi bertanya sembari melepas jas putih kebangaannya.

Namun Joni mengeleng tanda menolak, “Mau langsung gue dek, tadi si kembar gue yang nganter, jadi gue harus jemput. Mahen hari ini ada kegiatan kampus, jadi ga bisa jemput”

“Makanya, pekerjain sopir kek Kak” sahut Yudi, dan hanya diberikan senyuman oleh Joni.

“Yau udah lah, pamit gue dek, mau jemput anak-anak, mau sekalian Navan, Naila gue ambil?”

“Gak usah kak, udah ada yang jemput, thanks udah nawarin” Joni mengangguk dan akhirnya pamit pada sang adik untuk segera menjemput kedua anak kembarnya.

•••

“Akhirnya pulang jugaaaa” sosok bertubuh kecil itu menggendong tas denim yang memiliki bentuk sama seperti milik kembarannya.

Sedang kembarannya yang tak kalah kecil juga, mengikuti sembari menggeleng pelan, merasa geli dengan tingkah adik beda 15 menit nya itu.

Yang ia herankan adalah, tubuh mungil serta menggemaskan milik adiknya, padahal mereka kini sudah berada pada bangku SMA.

Yah, sedikit tidak tau diri ya seorang Renan ini.

Renan itu kecil, mungil, galak. Tapi kalau Harsa, kecil, mungil, menggemaskan, dan suka memancing keributan. Benar-benar kembaran yang saling melengkapi.

“Nanaaaaa” Harsa berteriak kearah Navan yang duduk di dekat pos satpam sekolah bersama adiknya, Naila.

“Eh, Sa. Ngapain sih lo pake lari-lari?” Navan sontak berdiri dan menerima tubuh Harsa kedalam kedua tangan berototnya.

“Arsa mau sapa Nana dong! Kenapa? Nda boleh?” Harsa berucap dengan wajah yabg bertujuan menampilkan emosi marah, yah, walaupun justru terlihat mengemaskan.

CEMARA PUNYA ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang