25. Terlalu Rumit, Sa.

1.8K 274 24
                                    

Note : Cerita ini menggandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca. Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

-

Pintu kantor yang biasa terbuka dengan ketukan itu tiba-tiba terbuka dengan kasarnya, sampai Joni hampir saja merusak berkas penting dengan coretan karena kaget.

"Bang, apa kabar lo?" sosok itu berjalan mendekat dengan angkuhnya, membuat kompor tak kasat mata menyala dan mendidihkan darah Joni.

"Ngapain kamu disini?!" Joni membentak dan berdiri seketika, hendak mengusir orang di hadapannya.

"Ya, ngapain? Emang ga boleh nemuin keluarga sendiri?" sosok itu, Robi, berkata dengan angkuhnya.

"Ngapain bajingan kayak kamu masuk kantor saya?!" sekali lagi, Joni menahan kesabarannya, namun ucapan Robi bisa saja meruntuhkan dinding kesabaran Joni, "Saya punya salah satu anakmu loh Bang"

"Jangan banyak omong kamu, pergi dari sini!"

"Lo beneran gak penasaran Bang? Anak yang gue maksud?" Robi bukannya pergi justru duduk di kursi yang ada disana, sembari menatap Joni tanpa takut.

Joni memandang Robi dengan tajam, "Saya gak kenal kamu, dan anak-anak saya pun sama tidak kenalnya dengan bajingan seperti kamu!"

"Alah, gak nungkin gak kenal, dulu kan Abang yang masukin gue ke penjara." Robi berucap dengan sinis, sebelum senyum kembali terukir disana.

"Anak kita ketuker, tapi ya, kalo lo mau ambil dua-duanya boleh-boleh aja, tapi jangan lupa," Robi kini sudah di depan pintu keluar, ia memandang Joni remeh, "Tebus dengan harga yang setimpal."

"Bangsat!" Joni melempar guci kecil di mejanya ke arah Robi, sayangnya Robi sudah pergi dan guci mengenai pintu hingga pecah.

Dengan tergesa, Joni menelpon Mahen, sang sulung, demi menanyakan maksud dari ucapan Robi tadi.

"Mahen! Kamu baik-baik saja?!"

"I'm okay Pa, what's wrong?"

"Nothing. Kalo dua adek kamu? Oke kan Bang?"

Hening sejenak sebelum suara Renan yang memanggil Kasakara terdengar keras, "Oke kok Pa, ada masalah sedikit, tadi Asa sempet ilang, ternyata lagi main ke air terjun. Ini udah ketemu bocahnya" jelas Mahen tenang, membuat kelegaan membanjiri tubuh Joni.

"Papa selesaikan urusan disini, besok Papa nyusul kalian ya" pernyataan Joni sedikit membuat Mahen senang.

"Boleh banget dong! Adek pasti seneng ini Pa, semangat ya Papa-nya Mahen, ditunggu kehadirannya" Mahen berkata dengan aksen yang menggemaskan, sama ketika ia kecil dan masih menjadi anak tunggal dari Joni.

"Siap Abang, titip dulu adek-nya ya, Papa tutup teleponnya dulu, bye anak ganteng Papa”

Setelahnya sambungan itu terputus.

•••

“M-maksudnya, gue sama Arsa ketuker pas kecil?” Kasakara bertanya, memastikan cerita dari kedua orang di depannya.

“Iyaa Kak, kakek cerita ke Arsa kek gitu”

Harsa menatap sendu ke arah Kasakara, menyalurkan maaf yang mendalam, sedang Jefri di sampingnya turut memperhatikan kedua orang yang sudah ia anggap sebagai adik kecil yang ia sayangi.

“Ya udah, lo ikut gue ketemu Papa. Sorry, gue terlalu lama jemput lo” Kasakara berucap pelan, sedang Harsa meneteskan satu air mata dari hazel hangat yang kini menyendu.

CEMARA PUNYA ASAWhere stories live. Discover now