13. Alam Milik Renan

2.5K 382 19
                                    

Note : Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

Tiga hari berlalu dengan cepat, semua orang terlihat hampir putus asa mencari keberadaan Harsa. Apalagi dengan keadaan Renan yang belum juga membaik.

Segala cara di lakukan demi mengusut sesuatu yang terjadi, mencari kebenaran akan peristiwa yang menimpa anak kembar Joni itu.

Namun, peristiwa besar itu tentunya tak dapat menghentikan kewajiban para sepupu, Jevan, juga Mahen untuk menempuh pendidikan.

Seperti saat ini, Jiko terlihat lemas terbaring di UKS bersama Ciko, Naila, dan Navan yang menemani.

“Laper banget anjir” celetuk Naila kesal. Entah kesal pada keadaan, atau pada perutnya yang tak bisa di ajak kompromi.

“Sana ke kantin, biar gue yang jaga setan satu ini.” ucap Ciko.

“Tap—”

“Jangan sampe lo ikut sakit Nai. Jangan berusaha nyaingin keras kepalanya di Jiko.” kini Navan turut berucap pada saudara kandungnya itu.

Naila merasa tak enak dan membenarkan perkataan sang kakak beda beberapa menit itu, dengan segera berpamitan pada keduanya untuk ke kantin, juga berpesan akan membawakan mereka berdua makanan juga.

•••

Kaki kecil milik anak tengah Joni itu kini melangkah maju, menyusuri taman yang terlampau luas itu. Taman yang asri dan sejuk, membuat jiwa-nya ingin berdiam disana.

“Renren!” suara yang tidak asing itu kini terdengar menyapa Indra pendengaran Renan.

“Eh, loh? Sa? Disini juga lo?” Renan bertanya dengan girang tanpa sadar.

“Iyaa! Renren tau tidak? Arsa ketemu Ibu!” ujar Harsa sembari melompat kecil kegirangan.

“I-bu? Maksud lo Bunda?” Renan bertanya memastikan maksud sosok Ibu yang Harsa maksudkan.

“Eum, no. Ibu. Ini Ibu Arsa, tadi ada Bunda juga, tapi Bunda tidak suka Arsa ajak Renan kesana. Tapi tapi! Ibu mau ketemu Renren kok, ayok ikut Arsa!” Renan mengikuti langkah kembarannya itu dengan banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya.

“Itu Ibu!” Harsa berhenti dan menunjuk sosok wanita yang terlihat duduk sendirian di bawah teduhnya pohon.

“Ibu, Arsa bawa Renan kesini” Harsa berucap pada sosok itu, membuat wanita tadi berbalik menghadapnya juga kembarannya.

“Wah, Renan manis sekali seperti Harsa” ujarnya.

“Sini, dekat sama Ibu. Renan boleh panggil Tante Ibu juga kok.” tanpa diminta dua kali, Renan mendekat tanpa ragu, lalu duduk bersila di depan sosok yang mengaku sebagai Ibu Harsa tadi.

“I-bu?” Renan bersuara kecil, sedang Harsa memekik senang dan sosok wanita tadi tersenyum hangat sembari mengangguk-angguk.

“Harsa sudah bercerita banyak tentang Renan. Renan yang pandai melukis, baik, jujur, sayang Harsa, dan selalu menjadi sandaran baik untuk Harsa.” tangan wanita itu mengelus kepala Renan dengan lembut.

“Ibu sangat-sangat berterimakasih atas semua hal yang Renan berikan pada Harsa.”

“Bukan hal besar, kan Arsa adik Renan” balas Renan tanpa ragu.

CEMARA PUNYA ASAWhere stories live. Discover now