23. Jarak Semakin Dekat

1.6K 272 36
                                    

Note : Cerita ini menggandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca. Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

“Seriusan bang?” Jevan bertanya lagi memastikan rencana kegiatan kampus yang tadi di setujui setelah rapat oleh ketua acara kita, Mahen.

“Serius, jujur sekalian ngelepas stress lah Van, pusing banget gue sejak dua adek gue sakit” jawab Mahen.

“Nge-villa ga sih kita?” Jevan menaik turunkan alisnya, membuat Mahen mendengus.

“Ya, up to you, gak usah aneh-aneh sama Naila disana.”

“Ih lo kira gue cowok apaan bang” Jevan menyahut kesal.

“Cowoknya Naila lah!” lanjutnya dengan senyuman, membuat Mahen lagi-lagi mendengus kesal.

“Pokoknya kita ke villa kalo urusan kampus beres, jangan mentang-mentang sambil liburan lo lepas tanggung jawab dari tugas dan leha-leha di villa” Mahen berucap lagi, dan Jevan mengiyakan dengan patuh.

•••

“Papa beneran gak ikut?” Renan bertanya sembari menaruh kopi kesukaan Joni.

Sorry boy, project kali ini lumayan besar, tapi Papa usahain buat nyusul ya” jawab Joni penuh penyesalan, sedang Renan mengangguk saja.

Okey, no problem Pa. Just, jangan kangen Renan yaaa” Renan berucap dengan tawa kecil, mengundang tawa Joni untuk turut mengudara.

“Jaga diri baik-baik, kalo main nunggu Abang kamu selesai kegiatan aja biar ada yang jagain” Joni berucap sembari menyeruput kopi buatan Renan.

“Ay ay captain. Lagian disana kan rame, Navan, Naila, Ciko, Jiko, ikut semua Pa.”

“Tetep aja, harus ada Mahen, atau Jevan yang ngawasin kalian.”

“Iyaa iyaa”

“PAAA, AKU IKUT ABANG KE VILLA BESOK” suara dari lantai atas membuat keduanya tersenyum, duh beruang satu ini telat dapet berita ya?

“Pa! Boleh kan?” Asa berucap dengan ngos-ngosan sebab berlari dari kamarnya di lantai atas, ia baru saja di berikan kabar menyenangkan oleh sang Abang.

“Boleh, Papa udah izinin kalian, dari tadi malahan, tapi kamu tidur jadi baru tau” Joni menyahuti dengan lembut, sedikit senang atas perilaku Asa yang mulai enjoy bersama mereka.

“Okey, thanks Papa. Asa sayang Papa!” Asa mencium pipi Joni dan berjalan lagi menuju kamarnya, hendak membantu Mahen yang tadi mengemasi barang-barang miliknya. Eh Sa, siapa yang bantu siapa jadinya? T_T

Joni sendiri terdiam sebentar, merasakan desiran aneh di dadanya, rasa baru yang menyenangkan, seolah-olah Asa adalah hal baru yang lama hilang, sesuatu yang harusnya bersamanya semenjak dahulu.

Sebentar memikirkan perasaan aneh itu, Joni mengeleng dan mengusir pikiran penuh tanya itu dan tersenyum, menganggap bahwa mungkin Asa perlahan menuju sosok Harsa yang mereka rindukan.

•••

Kini kedua mobil itu berjalan dengan kecepatan sedang, mengikuti bus bertuliskan nama universitas Mahen dan Jevan.

CEMARA PUNYA ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang