11. Main Saja

2.9K 383 7
                                    

Note : Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

“Bang ayuk foto sama Asa!”

“Foto kek gimana dek?”

“Kek gini nih, biar kece kata Navan!” Harsa menggerakkan tangannya pada lehernya seolah-olah memotong sesuatu, sembari wajahnya menampilkan ekspresi meremehkan. Ia menunjukan contoh pose di ponsel nya pada Mahen.

Tak sadar, Renan disana sudah menggambil foto mereka berdua.

“Nih, gak usah capek-capek foto, udah gue fotoin” ucapnya sembari memberikan hasil potretan tersebut pada kedua saudaranya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Nih, gak usah capek-capek foto, udah gue fotoin” ucapnya sembari memberikan hasil potretan tersebut pada kedua saudaranya.

“Keren ga Arsa disana?” tanya Harsa antusias, sedang Renan mengangguk saja daripada membuat masalah baru, “Keren”

“Banget?”

“Iya.”

“Kece kaya member Encete Korea yang Renan tonton itu gak?”

“Ng-Iya, dikit” urung menjawab tidak, sebab wajah Harsa terlihat amat bahagia, namun, tunggu, tadi Harsa bilang apa?

“Tadi lo nyebutnya gimana Sa?” tanya Renan serius.

“En,” jawab Harsa sembari membentuk huruf N, mengunakan jarinya.

“Ce,” lanjutnya dengan jari kiri membentuk huruf C.

“Te!” dan kedua jemari kanan-kiri itu bersaty membentuk huruf T besar.

“Encete! Encete Renan!” ulang Harsa sembari memekik girang, entah kenapa girang sendiri, padahal dalam gelak tawa Mahen, Renan sudah menatap Harsa tajam.

“Nct tulisannya, di baca ensiti! Ensiti Sa!” koreksi Renjun cepat.

“Loh, emang itu bahasa Inggris ya? Kenapa bacanya begitu?” kini Harsa bertanya heran. Mahen sudah kembali kedalam tawa yang tak kunjung mereda.

“Terserah lo deh”

“Emang Arsa salah apa deh?” gumam Harsa lirih, menambah kadar tawa Mahen dan kekesalan Renan.

“Eh, Renren sama Abang tau gak?” tanya Harsa setelah beberapa saat mereka dalam keterdiaman.

“Apa?”

“Hehe, Arsa dapet foto Abang di kampus tau ga, nih foto limited edition kata Bang Jev” ucapnya sembari membuka galeri ponsel, mencari sebuah foto yang tadi malam dikirim Jevan, sebenarnya berkat foto itu pula ia berbaikan pada kedua saudaranya, karena rasa kesalnya sudah terbayar lunas.

“Hah? Foto apaan dek?” tanya Mahen agak takut, agak seneng, kali aja foto selama jadi panitia, atau kating, yang cakep-cakepe mempesona begitu.

“Ini foto di buat sebagai perhargaan katanya, soalnya Bang Mahen suka banget sama semangka” lanjutnya, kali ini sembari menahan tawa, karena ia sudah menemukan fotonya.

“Oke siap? Arsa kasih liat kalian ya!” Renan dan Mahen sudah mengangguk cepat, antusias tak karuan hanya demi sebuah foto.

“Tu, dua, tiga!” dalam tiga detik, ponsel itu berbalik, menampilkan foto Mahen yang dikatakan sebagai limited edition oleh Jevan.

Mahen dan Renan membeku, terdiam, sedang tak lama Renan tertawa keras, Mahen memasang muka julid

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mahen dan Renan membeku, terdiam, sedang tak lama Renan tertawa keras, Mahen memasang muka julid.

“Diem lo dek! Seneng banget keknya abangnya di nistain” sahut Mahen sarkas, sedang Renan dan Harsa tetap tertawa keras.

“Iya seneng lah!” sahut keduanya serempak.

•••


Hari menjelang malam, namun kini Harsa, Mahen, Renan, dan Jiko justru berada di dalam restoran menunggu pesanan ice cream yang Harsa idam-idamkan dari kemarin. Bukan ini sih ice cream-nya, tapi ya sudah lah, yang penting ice cream bolej di makan, pikir Harsa.

Namun hal mengesalkan yang sedang terjadi adalah, ia tidak boleh memesan, tak boleh beranjak kemana-mana, dan di tatap lamat oleh sepupunya.

Masalahnya, Harsa gatel pengen ikutan Renan lihat ikan di depan, atau sekedar milih menu bareng Mahen. Atau setidaknya, tidak di tata cgp tajam para wanita disana sebab Jiko abai pada mereka, dan menatapnya saja sembari mengatakan, “gemas” tiada hentinya.

 Atau setidaknya, tidak di tata cgp tajam para wanita disana sebab Jiko abai pada mereka, dan menatapnya saja sembari mengatakan, “gemas” tiada hentinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


“Arsa cuma mau ice cream” batin Harsa dengan wajah berusaha tersenyum.

“Gemes banget sih lo Sa” gumam Jiko sembari tersenyum lebar dan menatap Harsa dalam.

“Jiji, jangan lihat Arsa kek begitu. Arsa gak nyaman sama cewek-cewek disana. Kayaknya marah, Jiji abai sama mereka” lirik Harsa pada Jiko, takut terdengar orang lain.

“Gemessss bangettt Saa”

“Iyaa Jiji, iyaa. Jangan lihat-lihat kek begitu lagi” ujar Harsa mulai kesal, namun Jiko hanya berkata bahwa ia menggemaskan.

“Pesanan datangg” Mahen datang dengan 4 cup ice cream rasa coklat dan tiramisu.

“Gue coklat Bang!” Renan datang mendekat dan meminta satu cup pesanannya.

“Iya, nih” Mahen menyerahkan pada Renan yang duduk di sampingnya, sedang satu cup coklat di berikan pada Harsa di depannya, dan satu cup tiramisu pada Jiko yang duduk di samping Harsa, di depan Renan.

“Makasih Abang!” Harsa berkata saat menerima ice cream itu.

Kini mereka menikmati ice cream itu sembari berbincang, tak peduli pada banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka.

to be continued
.
.
.
Pa kabar kalian? Maaf udah buat nunggu, hehe. Makasih atas voment di chapter sebelumnya!
.

Pelan-pelan, balik-balik gini dulu, besok update lagi masuk konflik dikit-dikit.
.

See u on next chapter guys!

13 September 2023

CEMARA PUNYA ASAWhere stories live. Discover now