20. Bertemu dan Rindu

1.6K 265 52
                                    

Note : Cerita ini menggandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca. Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

Asa mendudukan dirinya di tengah-tengah bangku yang ada di kelas itu, ia duduk tepat di samping Renan, saudaranya, dan di belakang Ciko, sang sepupu.

“Ren, ini gue aslian gak ngerti gue nulis apa disini” Asa menunjukan tulisan yang terlihat tak asing baginya, itu buku Harsa.

Renan sendiri hanya melongok ke arah materi kimia yang biasanya di kerjakan dengan mudah oleh adiknya.

“Efek amnesia keknya, lo itu suka sama kimia Sa” ucap Renan, sedang Asa terbelalak kaget, “Yang bener?!”

Renan mengangguk santai, tak memikirkan lebih jauh lagi, sebab ia dan keluarganya tak akan memaksa Asa untuk terbiasa menjadi Harsa yang mereka kenal, mereka akan menunggu ingatan itu kembali dengan sendirinya, lalu meraih bahagia yang sempurna.

Asa menatap lamat tulisan itu, tak lama ia meringis pelan, merasa sakit pada bagian kepalanya.

“Gini kak, Arsa kalau nulis rapi tau! Kek gini!”

“Arsa suka kimia, suka matematika, suka semuanya kecuali olahraga!”

“Arsa nanti minta Renren gambarin buat Kak Asa!”

“Sa! Lo oke?” suara asing dan tepukan di pundak Asa membuatnya tersentak, menghentikan rentetan kejadian yang terasa de Javu di ingatannya.

“Ah, Jiko? Gue gapapa, pusing dikit” ucapnya, sedang Jiko tersenyum sedikit masam, belum menerima sisi lain Harsa di hadapannya.

Tidak tau saja kau Jiko, bahwa ia bukan Harsa milikmu, ia memang raga yang berbeda.

“Oke, kalo kenapa-kenapa bilang, jangan di tahan oke, gue sama yang lain siap kapanpun Ars— lo butuhin” Jiko berucap dan menepuk pundak raga asing berwajah kesayangan-nya itu.

Asa hanya mengiyakan, tidak terlalu meluhat Jiko, dirinya memikirkan ingatan tadi, yang ia tangkap hanyalah gambaran kabur, tentang kejadian dimana ia bersama sosok asing yang familiar, suara lembut yang membuat ia tersenyum tanpa sadar.

Dan jika tak salah ingat, Asa mendengar nama sosok itu adalah, Arsa?

“Jangan-jangan gue punya kembaran? Terus Arsa sama gue tuh, beda orang?” gumam Asa serius.

“Ren!” Asa menoleh cepat ke arah Renan di sampingnya.

“Hm?”

“Kenapa Sa?! Sakit?!” Ciko bertanya dan menenggok ke belakang, membuat Navan, Jiko, juga Naila yang duduk di belakanh menghampiri mereka ke depan.

“Mau pulang Sa?” Navan menawari, berkata untuk pertama kalinya setelah bertemu Asa.

“Nggak, please, kalian jujur sama gue” Asa berucap serius, lumayan terburu-buru, membuat mereka kebingungan.

Jujur atas apa yang Asa maksudkan?

“Apaan Sa?” Renan membuka suara.

“Gue ...”

“Punya kembaran ya?” Asa bertanya sedikit menundukkan kepalanya.

Sedang mereka yang disana mendengus kesal, menganggap Asa bercanda, memulai mode tengil layaknya Harsa sebelum kecelakaan.

“Ada lah! Gue lo anggep apa?!” Renan menyahut kesal, sedang Asa lamgsung mendongak, menyadari pertanyaan-nya yang di anggap main-main.

“Bukan lo Ren, kek, adek, yang lebih kecil dari gue, suaranya tuh, aduh gimana ya,” Asa menjelaskan dengan bingung membuat mereka ikut kebingungan.

CEMARA PUNYA ASAWhere stories live. Discover now