6. Harsa Marah

4.1K 455 10
                                    

Note : Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

“Arsa, mau makan nggak?” Renan bertanya, namun Harsa hanya diam dan melihat ke arah lain, bukan pertama, ini adalah kesekian kalinya Renan dan Mahen berusaha mengajak Harsa bicara, namun hanya ditanggapi dengan diam dan seadanya, bocil sedang mode ngambek.

“Arsa mau makan apa, hm?” kini Jiko yang bertanya, tak tega melihat Harsa yang belum makan sama sekali sedari tadi, niatnya ingin membuat saudaranya itu akur, tapi malah Harsa kekeh pada pendiriannya.

Harsa menggeleng, “Nggak laper Jiji, perut Arsa sakit”

Jiko yang tadinya bertanya kalem, terkaget sedikit, dan bertanya, “Serius? Sakit? Mana? Panggil Ayah ya? Eh maksudnya Om Yudi!”

Renan, Mahen, dan Ciko yang melihat Jiko panik malah ikutan panik. Ketiganya berputar disana hendak keluar, namun malah saling bertabrakan.

“Ih! Arsa nggak papa, Arsa cuma gak mau mam, soalnya perutnya kayak nyut-nyut gitu”

Really dek?” Mahen bertanya setelah tersadar dari acara tabrak menabrak Renan dan Ciko.

Harsa hanya berdehem menangapi Mahen, membuat Mahen menghela nafas lelah dan Jiko yang menyetor senyum kasihan padanya.

“Serah lo aja deh dek, dikit-dikit ngambek, dikit-dikit marah, egois tau ga si lo? Capek gue” ucap Mahen dengan nada datar, membuat keempat remaja yang lebih muda disana tertegun kaget.

“Bang! Lo ngomong apa sih?!” Renan memekik sembari menghampiri Harsa, yang kini memandangi Mahen dengan tajam.

“Jangan dengerin Abang Sa, Abang lagi sensi aja sekarang” Renan mengelus pundak kembarannya lembut, namun Harsa tetap memandang tajam pada sosok Mahen.

“Egois? Arsa egois? Abang yang egois, katanya janji kalo kemana-mana harus izin, padahal bisa izin bangunin Arsa sebentar aja, atau izin di hari sebelumnya, atau minimal Abang minta maaf pas dateng kesini, tapi Abang gak lakuin itu semua,”

“Arsa mau batalin janji itu aja, Arsa ga perlu izin Abang ataupun Renan kalo mau keluar” Harsa berucap pelan, namun karena ruangan yang berbau obat ini hening, suara Harsa mengalun dengan lancar.

Bukan hanya Mahen ataupun Renan, Jiko, dan Ciko juga turut tidak setuju atas perkataan Harsa tadi. Harsa pergi tanpa salah satu dari mereka saja, mereka tak akan izinkan, apalagi pergi tanpa pamit, big no!

“Sa ...” Mahen menghentikan perkataannya saat Jiko mengangkat jari telunjuknya dan menempelkan di bibir, memberi isyarat agar diam, suasana hati Harsa kini pasti sedang buruk, lebih baik mereka diam saja.

Harsa sendiri sudah memegang ponselnya, dengan tubuh yang miring membelakangi mereka semua.

Pada room chat, terlihat kontak bernama ‘Navan Pampan’ mengirim banyak pesan, beserta satu foto.

Navan Pampan

Harsa, Ayah bilang lo sakit, beneran?

Sa?

Arsa sakit beneran ternyata?!

Yaah, sorry gue gak bisa kesana ...

Sa?

Sa?

Sa?

Sa?

Arsa kok lama sih online-nya:(

Arsa, Nana kangen ...

Kalau sudah baik badannya balas ya

CEMARA PUNYA ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang