24. Akhirnya Bertemu

1.9K 294 25
                                    

Note : Cerita ini mengandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca. Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

-


Pada sore yang cerah dengan pelangi pudar di penghujung hutan, Kasakara berjalan sendiri, ke arah air terjun yang lumayan jauh dari vila.

Bukan ia ingin melanggar aturan 'harus keluar bersama Mahen atau Jevan' namun rasa penasaran yang familiar membuat ia benar-benar ingin melangkah mengikuti hatinya.

Ia duduk ketika sampai pada air terjun yang airnya mampu membasahi wajahnya perlahan melalui cipratan air dengan batu.

Kasakara mulai mendekat lagi, membiarkan dirinya basah dan terguyur air itu, ia duduk pada sebuah batu besar disana, menikmati perasaan yang ingin di tuntaskan oleh kenangan pudar terlupakan sebab kecelakaan yang ia alami.

"Heran gue, sebenernya gue siapa sih? Gue Asa kan?" gumamnya lirih, sembari melempar kerikil ke arah air di depannya.

"Gue, Kasakara kan? Gue, bu-kan, Har-sa, kan?" lanjutnya masih bertanya-tanya.

Sejenak ia berhenti dan melamun, menikmati rasa sakit di kepalanya, entah mengapa semenjak sampai di tempat ini, bayang-bayang samar bersama rasa sakit selalu menghampiri dirinya.

•••

"Cepetan Abaangg ihhh!" Harsa menyeret tangan Jefri saat dengan sengaja sosok yang lebih tua darinya itu melambatkan jalannya.

"Males anjir, lo bebal banget di bilangin, udah tau tu badan lo sakit semua, ngapain masih ngajak main" Jefri masih saja mengomeli dirinya, sebab tadi tanpa sengaja ia keceplosan perihal di hukum oleh Robi, membuat Jefri bertanya panik dan berakhir hampir menggagalkan rencana bermain ke air terjun.

"Ya maaf anjir, Bang Jef anjir" balas Harsa walau dengan nada kikuk, seketika Jefri berhenti, mebgambil posisi setengah duduk bertumpu lutut dan menarik tangan Harsa, membuat bocah yang menurutnya masih kecil di hadapannya itu menghadap kearahnya, tepat mata dengan mata.

"Bilang apa lo tadi?" tanyanya dengan mata menajam.

"Arsa kan ikut Bang Jef!" Harsa membalas tengil, membuat Jefri menghela nafas, "Kalo jelek jangan di tiru, ngerti?"

"Okey Abang jelek" balas Harsa, dan Jefri melototkan matanya dengan tidak santainya.

"Gue? Jelek? Serius lo Sa?"

"Iya, soalnya Abang ngonong anj-"
"Hehe, maksudnya ngomong yang ga baik, jadi nya jelek, kan Abang yang bilang jelek tadi" Harsa menjelaskan dengan cepat, bersama mata Jefri yang masih mengawasi.

"Hah, udahlah, mau main apa pulang Lo?" Jefri bertanya basa-basi walau tau jawaban pastinya.

"Main dong, mumpung ga ada ayah, hehe" Harsa menjawab dan kembali menjalani tugasnya mengandeng Jefri agar cepat sampai di sana.

Tak memakan waktu lama, keduanya sudah sampai, membuat Jefri dengan segera menatap mata Harsa, sosok yang membinarkan matanya dengan indah, sosok yang ia anggap sebagai adik keduanya setelah Kasakara.

"Gimana?" gumamnya pelan, tak ingin menganggu acara kekaguman Harsa.

"KEREN!"

"AAAAA HARSA MAU PAPA JONIII" teriak Harsa tiba-tiba, membuat Jefri berjengit kaget sebentar, lalu membiarkan saja harsa berteriak sembari menggenggam erat tangannya.

CEMARA PUNYA ASADonde viven las historias. Descúbrelo ahora