16. Biawak Mini

8.8K 1K 64
                                    

Wajib follow wowok9091 sebelum baca.
Vote sama komen yang banyak, yaa🔪😊🫰soalnya aku suka baca komen dari kalian😊

Happy Reading ✨





Neil mengendap-endap mengikuti seseorang, dia bersembunyi di balik pohon dan saat targetnya mulai memasuki ruangan dengan papan kecil di atas pintu bertuliskan 'Perpustakaan', Neil mulai mengerutkan alisnya.

“Ngapain dia ke sini? Padahal perpustakaan utama lebih besar, luas, lengkap lagi,” gumam Neil melangkah berjinjit di sepanjang lorong sekolahnya.

Yah, perpustakaan lantai satu gedung tersebut memang sudah jarang pengunjung, dikarenakan sudah tidak ada yang berjaga, buku-bukunya pun sudah mulai usang tak terawat. Di san juga sepi tidak ada kelas yang aktif di sekitarnya. Hanya segelintir orang yang akan mampir ke tempat kramat itu. Kalau tidak dipergunakan untuk hal tak senonoh, ya untuk uji nyali  ga dipergunakan buat ehem ya buat uji nyali.

Lafran masuk, membiarkan pintunya terbuka lebar. Sedangkan, Neil mengintip sedikit, hanya satu mata saja yang mencuat dari bibir pintu. Terlihat, saat ini Laffran tengah membersihkan sebuah kursi memakai kain lap yang ada di sana. Setelah itu, dia duduk dengan buku tebal berjudulkan 'How to Deal With Rut' yang entah sejak kapan sudah ada di tangannya. Neil sendiri, setia menguntitnya dari jauh, hingga suara bariton itu mengejutkan aksinya.

"Masuk,” titah Lafran meski tetap fokus pada bukunya.

‘Sia anying!! Bagaimana bisa? Padahal udah pake jurus menghilangkan diri. Curiga punya ilmu hitam ni anak!’

Meski ragu-ragu dan sedikit takut, Neil mulai menapakkan dirinya dan perlahan masuk ke dalam ruanga yang sama dengan Lafran.

"A-anu ... Maap tadi ga sengaja liat lo, jadi gue ikutin sampe sini, hehe ...," dalihnya sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

Otaknya sedang bekerja memilah kata-kata yang pas untuk membuka obrolan. Hingga, Neil mulai memilih topik awalan mereka terkait hari di mana dia mendapatkan kesialan yang tak diduga.

"Maap, minggu kemaren kencannya batal. Terus ... makasih udah nolongin gua sama Abang gua. Kalo ga ada Hyung, entah jadi gimana masa depan gue nanti." Neil membungkuk 90° di hadapan sang pahlawan. Benar-benar berterima kasih dari lubuk hati terdalam.

Sekali lagi Lafran tak menjawab, manik ambernya masih fokus pada buku tebal itu. Dirasa masih ingin mengeluarkan isi hatinya, Neil lanjut bertanya, kenapa dia sama sekali tidak bisa dihubungi? Apa dia marah? Atau sudah ada pengganti lain?
Nihil. Tak ada jawaban. Beberapa menit hening, Neil masih setia pada posisi berdiri di samping kursi yang di duduki Lafran, hingga tanpa diperkirakan sesuatu jatuh dari atas dan masuk ke dalam kerah seragam yang dikenakan Neil.

Sesuatu yang melata itu mulai bergerak di punggungnya. Bahkan air muka Neil sekarang pucat pasi, bibirnya mengatup, bola mata bergetar tak fokus. Ia merasa geli, takut, dan jijik hendak menangis kencang detik itu juga.

"H-Hyung ... To-longin, pliis ..." Tetasan air matanya lolos begitu saja. Badan masih terkujur kaku, pernafasan seperti tercekat, tak mampu gerak.

‘Bener-bener paling ga bisa gue kalo dah harus berurusan sama hewan melata! Terutama Cicak! Dasar babi! Bisa-bisanya dari sekian luasnya lantai, kenapa harus jatuh di gue, anjing! Mana masuk ke dalam baju lagi, iyuuh! Sengaja banget sumpah!’

Lafran mulai melirik ke arah Neil yang sedikit aneh itu. Spontan ia membelakan matanya disaat mellihat kekasihnya menangis, meski hanya dua detik dan di detik ketiga normal kembali.

"Kenapa?" tanya Lafran datar.

"Ci-cicak! Di-di dalem baju! Ambilin!!" Neil tunjuk-tunjuk ke arah punggungnya, memberi tahu jika biawak mini itu ada di dalam sana.

Helaan napas beratnya terdengar jelas. Lanjut, Lafran tutup buku dan berdiri, bukunya ditaruh di kursi, dan ia kini berhadapan dengan Neil yang masih gemetaran di tempat. Cengeng? Mungki setiap orang yang mempunyai phobia dengan hewan reptil, akan bersikap demikian jika bertemu dengan hal yang paling ditakutinya.

Tangan kekar Lafran terangkat menuju kerah belakang baju Neil. Hal, yang Neil rasakan pertama kali saat tangan itu mulai masuk ke dalam bajunya adalah rasa dingin yang menusuk, hingga membuat sang empunya tersentak kecil merasakan perbedaan suhu tubuh mereka.

‘Tangannya dingin kek Elsa prozen!’

Semakin masuk ke dalam. Nihil, Lafran tak mendapatkan seekor pun dari dalam baju kekasihnya. Akan tetapi, Neil masih merasakan adanya pergerakan kecil di punggungnya. Lafran juga nampak kesal perkara tak mendapatkan cicak yang menggeliat heboh di dalam sana. Sampai akhirnya, tangan itu keluar dari baju Neil, dan mulai mendekatkan ke arah bagian depan baju seragam batik almamater yang dikenakan oleh kelinci bodohnya.

Dom Omega Gesrek (END) ☑️Where stories live. Discover now