17. Lafranjing!

9.3K 944 48
                                    

Wajib follow wowok9091 sebelum baca.
Vote sama komen yang banyak, yaa🔪😊🫰soalnya aku suka baca komen dari kalian😊

Happy Reading ✨











Sebisa mungkin berusaha untuk berdiri dan cepat kabur dari dekapannya. Naasnya usahanya itu sia-sia. Tangan Lafran menarik kembali pinggang ramping milik sang kekasih. Bibirnya, lidahnya, giginya, semua dapat Neil rasakan di saat yang bersamaan. Perih, ketika taringnya yang lumayan panjang itu mulai menggigit bahunya hingga buliran darah mulai mencuat dari sana.

"Hyung! Plis udahan! Gue mau balik ke kelas!" sentak Neil mendorong wajah Lafran kuat.

Bukan karena apa, firasatnya mengatakan tak baik jika kegiatan ini tetap dilanjutkan. Ada yang tak beres dengan kekasihnya itu. Kenapa tiba-tiba berubah cabul seperti ini? Selam ini, Lafran bahkan tak pernah sekalipun melirik ke arahnya.

Negosiasi diawal jika Neil akan menjadi tameng untuknya juga dirasa percuma. Semua bisa dia atasi sendiri. Neil hanya berperan tak lebih dari parter jalan-jalan saja.

"Keluarga lo ..." Disela-sela lumatannya, Lafran seperti menggumamkan sesuatu, dirasa kurang jelas Neil menanyakannya kembali.

"Keluarga lo yang nyuruh buat gue jauhin lo. Gue turutin. Ini yang terakhir, jadi biarin gue nyicipin lo dulu sekarang. Setelahnya terserah lo,” pungkas Lafran santai tanpa membuat ekspresi apapun.

Neil menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata, menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, kedua tangan dilipat di depan dada, dan ia berpikir sejenak. Ah, dia lupa buang napasnya. Ternyata benar apa yang dikatakan Abangnya. Lafran Aditama adalah seorang Bajingan.

"Gini aja. Oke lah ga pa-pa kita ga ada status pacaran. Tapi biarin gue terus ada di deket lo. Masalah keluarga gue itu ga penting. Pokoknya Hyung jangan ghosting lagi, ya?" tawar Neil tersenyum polos.

"Sama aja bodoh," ketus Lafran mendorong kecil dahi Neil.

Aigo, gimana terus cok?! Susah tau dapat modelan yang beginian. Apa gue nyerah aja ya? Gak! gak! Pokoknya harus Hyung!’

Lafran menatap kedua manik hazel milik Neil intens. Yang ditatap juga membalas, setelah diperhatikan, kedua manik amber milik Lafran benar-benar indah, perpaduan corak warna kuning emas dan coklat gelap kian begitu tajam hingga mampu terseret masuk ke dalamnya. Detik ketiga Neil tersadar. Kenapa harus orang ini? Kenapa harus Hyung? Kenapa harus Lafran Aditama?

"Aakhh! Ssstt ..."

Neil kembali mengerang ketika Lafran dengan sengaja membuat cetakan giginya di leher putih itu. Lidahnya mulai menjilat cairan merah yang muncul setitik dari lapisan kulit. Lanjut menjalar turun ke bawah hingga menyesap tonjolan buah adam yang bergetar naik-turun itu.
Lafran benar-benar memperlakukan kekasihnya layaknya sebuah permen, persis seperti apa yang dikatakannya tadi.

"Uuhh ... U-udah Hyuung ... sakith ... Mmph ..."

Neil yang merasa jijik dengan erangan yang keluar dari mulutnya sendiri. Sebisa mungkin menahan agar tidak bocor keluar. Dia gigit bibir bawahnya. Namun, Lafran justru mengatakan hal yang membuat wajahnya semakin merah.

"Keluarin aja."

Otak mungil Neil masih mencerna mana dulu yang harus dipikirkan. Hubungan mereka, kah? Atau kabur terlebih dahulu?

"Tenang aja, gue ga bakal gigit tengkuk leher lo," imbuh Lafran kembali mengecup sisi leher mangsanya dengan seduktif.

‘Bisa diem, ga? Biasanya juga ga banyak omong si gletser ini. Sekarang malah cosplay jadi Om-Om cabul! Apa ini sisi lain seorang Lafran Aditama? Apa dia memperlakukan mainannya kayak gini juga?’

Sekujur tubuhnya mulai panas, lemas, merinding, dan melayang. Merasakan aktivitas sensual yang datang dari Lafran yang setia memperlakukannya bak permen yang begitu legit. Neil yang tak sanggup menumpu badan sendiri. Terhuyung hampir terjungkal ke belakang, kalau saja Lafran tak menahan tubuhnya.

Tangan kanannya ada di belakang kepala Neil, serta tangan kirinya masih setia melingkar di pinggang ramping itu. Sensasi dari tangan dinginnya seperti menimbulkan sengatan disetiap sentuhannya.

"Hyungh ... selama kita pacaran ... apa lo ga ada rasaah ... sama sekali ke gua? Ahh ... te-teruush kenapaah ... lo nyelametin guaAAHh! Woi Susanto!! Tangan lo megang apa barusan!!!"

"Pantat lo berisi juga ternyata," goda Lafran tak mendengarkan perkataan Neil.

“Dengerin gua dulu kanapa elah! Demi bumi gonjang-ganjing keluarkan demit dari tubuh Susanto pliis!!” 

Neil tak gentar dan terus meyakinkannya untuk tidak mengakhiri hubungan ini. Yah, meski setiap kali dia buka suara, selalu tercampur dengan desahannya. Meski begitu, Lafran justru semakin ganas, ia tak henti-henti memakan permennya itu. Neil sudah merasa kebas di bagian leher dan sekitarnya. Belum lagi bongkahan asetnya yang diraba cabul.

"Lafran!! Udah cok!! Gue gak mau!"

Si pelaku abai. Neil pukul bahu lebarnya milik pemuda titan itu brutal. Sia-sia, yang ada tangannya yang berdenyut sekarang. Lafran setia melanjutkan aktifitas erotis ini. Sekitar 30 menit. Akhirnya ia menyudahi kegiatannya. Sebagai penutup, dia kecup singkat dagu Neil. Lalu, Lafran bergerak ambil baju batik yang tergeletak di lantai. Dikibas-kibaskan bermaksud menyingkirkan debu yang menempel. Setelahnya, dipasangkanlah baju itu ke tubuh Neil yang masih tetap dalam posisi duduk di pangkuannya.

Lafran mulai memasang kembali seragam tadi pada tubuh Neil yang jauh lebih kecil darinya. Usai sudah, dia ambil buku tadi dan dibawanya keluar, meninggalkan Neil begitu saja yang masih mematung di dalam ruangan.

Neil yang masih melayang, mencerna apa yang baru saja sudah terjadi. Tangannya bergerak mengusap lehernya sendiri yang kini basah dan panas.

"LAFRANJING!!" teriak Neil sesaat melihat Lafran telah hilang sepenuhnya.

***

Sembari sempoyongan berusaha menyusuri lorong sekolah. Neil mengangkat kerah bajunya ke atas bak kerah jubah vampir. Niat hati untuk menutupi jejak kebrutalan yang diperbuat oleh Lafran tadi. Sampai di lantai kelas sebelas, mata hazel itu tak sengaja nangkap sosok dua siswi yang ia kenali.

"Mbak Lis, Asha!" pekik Neil sedikit berjalan capat menghampirinya.

Mereka bebarengan menoleh ke arah Neil. Lalu, keheranan dengan keadaannya yang terlihat lemas dan berusaha menutupi leher memakai kerah seragamnya.

"Ga papa. Gue cuma mau tanya, punya bedak yang bisa nutupin cup- luka, ga? Apa sih namanya itu, kontraktor? Yang cewek biasa pake itu," tanya Neil menerka-nerka.

"Concealer?" koreksi Asha sedikit tertawa kecil.

"Nah iya itu, punya ga?"

Asha mengangguk menandakan jika ia memiliki benda yang Neil maksud. Gadis jelita itu kembali ke kelasnya mengambil sebuah pouch, setelah mengeluarkan benda itu dia lekas memberikannya pada Neil.

"Buat apa memang? Lo ada luka?" tanya Callista yang masih penasaran.

Neil menggeleng gagu, dan berbohong sedikit, dia berdalih jika benda tersebut dibutuhkan untuk menutupi tato milik Ardi. Spontan, kedua siswi itu manggut-manggut saja dengan pernyataan palsu itu. Tanpa membuang waktu lagi, Neil lekas melangkahkan kaki ke toilet sekolah.

Sampai di toilet, beruntungnya sepi. Neil melihat kembali bercak merah keunguan serta lingkaran gigitan yang tercetak jelas dari leher hingga dada melalui pantulan cermin wastafel.

"Huhu ... Bunda ... adek ternodai ..."

Neil mulai aplikasikan concealer tadi ke semua titik yang perlu disembunyikan.

“Dah kayak beauty vloger, anjay.” Sedang asik-asiknya mengoles kosmetik itu dengan telaten, mendadak pintu kamar mandi terbuka menandakan ada orang yang masuk.

"Adek?"

‘Mampus. Dari sekian banyaknya murid kenapa harus Bang Nevan yang datang??!!’ riuh Neil dalam batinnya.

"Ngapain pake gituan?" Nevan mulai mendekat ke arah adiknya, sontak Neil lekas tutup kembali kosmetik milik Asha itu dan tetap memasang air muka santai seakan tak terjadi apapun.

"Ini loh, tadi tiduran di rumput terus digigit serangga keknya, jadi merah-merah, makanya adek tutupi pake ini," dalih Neil sembari mengipasi wajahnya.

Mendengar itu, tak disangka Nevan mengangguk dua kali. Ternyata ia mampu dikelabui oleh tipu daya adiknya sendiri. Setelahnya, Nevan minta Neil untuk menunggu di depan bilik toilet. Ketika si Abang sudah selesai dengan urusannya, dia mengajak adiknya untuk pergi ke kantin, karena sekarang memang sudah waktunya jam istirahat.

Sampai di kantin, Neil lihat di salah satu meja sudah ada Ardi dan si kembar. Dia ajak Nevan untuk ikut bergabung bersama mereka. Singkat cerita mereka berlima tengah menyantap hidangan masing-masing dengan khidmat. Hingga, Ardi tetiba buka obrolan dengan tampang polosnya.

"Nel, lu tadi ngintilin si Lafran lagi, yak? Gue ga sengaja liat barusan."

‘Ardi Bangsat! Info jual temen minus akhlak, kekurangan cuma beban masyarakat dan multifungsi bisa jadi benalu!’

Mendengar itu, Nevan jelas tersulut seketika. Dia apit kedua pipi si bungsu pakai tangannya, mengarahkan wajah Neil untuk menatapnya.

"Dek! lo ini bener-bener ya! Mau dikurung, hah? Kenapa harus orang itu lagi?!"

Neil ingin rasanya mengatakan jika dia juga tak tahu apa alasannya. Dia juga masih mencari jawaban itu. Lafran bukan sekedar target sekarang. Dengan rayuan serta kemampuan menenangkan lawan bicara, Neil kerahkan semua, berharap Nevan tidak memperkeruh situasi ini.

‘Dan teruntuk sahabatku Ardi. Sayonara, sampai bertemu di neraka ...’

Si kembar Leno dan Rio yang sedari tadi hanya menonton, kini mengalihkan atensinya saat tak sengaja melihat Lafran bersama temannya yang baru memasuki kantin.

"Diomongin nongol orangnya." Leno manggut-manggut merespon gumaman adiknya. Lalu, mereka melirik sinis pada Lafran. Boombastic side eye. Membuat yang dilirik menatap risi ke mereka.




TBC




Janlup untuk selalu vote dan komen yang banyak, soalnya aku suka baca komen dari kalian😊

Dom Omega Gesrek (END) ☑️Where stories live. Discover now