42

67 17 0
                                    

Annyeong cingudeull!!!

Aji dan Semestanya up nihhhh
Yok kawal terus sampe akhir!!!

#50daychallenge
#50haribersamamu
#moonseedpublisher
#day42
#clueday42
Clue day 42
Clue Day 42
#bludrek

umumnya dipakai dalam konotasi negatif ya. Misal kondisi kacau karena hal-hal yang bikin pusing.

Happy Reading!!

***

Noval sudah sampai di Indonesia dua hari lalu. Dirinya yang baru satu hari bertemu dengan Nisfya, Lintang dan Devan. Dengan perasaan sedih dan kesal yang bercampur, Noval yang sudah mendapatkan SIM mobil pun akan berkendara menggunakan mobil ke Jakarta. Walaupun akan sedikit sulit karena tangannya yang di gips. Gips di tangannya sudah di ganti menjadi lebih kecil seukuran pergelangan tangan. Noval merasa dirinya tidak akan lama lagi.


Bundanya, membawakan koper miliknya keluar dari rumah. Kedua orangtuanya tampak memandangnya lekat. Noval balas memandang lalu menyalim tangan kedua orangtuanya. Namun, entah kenapa, matanya terasa memanas Hingga tak sengaja menumpahkan setetes air matanya ke punggung tangan sang Ayah.


“Bund, Yah Noval berangkat ke Jakarta ya... Bunda sehat-sehat di sini, jangan terlalu sibuk sendiri... Ayah di perhatiin, Ayah... Sehat-sehat juga ya di sini, jaga Bunda dengan baik... Maaf belum bisa jadi kebanggaan kalian... Belum bisa menjadi terbaik versi kalian... Noval berangkat ya..” Noval berpelukan dengan Bundanya sembari menangis bersama. Lalu ia beralih pada Ayahnya.


Dengan harapan, Ayahnya akan membalas menatapnya dengan hangat. Seperti sebelum semua masalah ini terjadi. Tapi kenyataan yang ia dapat berbanding terbalik dengan apa yang ia harapkan. Ayahnya hanya menatap datar dirinya. Membuat Noval langsung di rasuki rasa bersalah. Dirinya yang membuat senyum pada wajah Ayahnya menghilang. Dirinya yang menghancurkan kebahagiaan kedua orangtuanya. Noval pun bersimpuh di kaki Ayahnya. Mencium kedua lutut Ayahnya dan meminta maaf sembari menangis.


“Maaf... Hiks.. maaf... Maafin Noval.. hiks.. Noval bukan anak yang baik... Hikss.. maaf Ayah maaf...” Sang Bund langsung menarik sang anak agar terbangun. Dirinya tak tega saat melihat Anaknya, mencoba menggapai Ayahnya yang mungkin kini telah jauh.


Noval kembali menatap wajah Ayahnya yang masih tampak tampan walaupun sudah berumur. Pria baik yang sudah rela dengan sabar mengajarinya saat ia kecil. Menuntunnya saat dirinya salah jalan, dan memberikan yang terbaik untuk kehidupannya. Namun, pria baik itu malah mendapat balasan yang tidak mengenakkan.

Pria manis itu kini berpaling dan mulai berjalan menjauh. Dengan diikuti para pelayan yang membawakan tas serta kopernya. Baru saja dirinya membuka pintu mobil, tangannya di tarik oleh sang Ayah dan mereka berpelukan. Noval langsung saja menangis kencang di bahu kokoh Ayahnya.


“Maaf Ayah sayang udah bikin anak Ayah nangis... Anak Ayah.. kesayangannya Ayah, putra kecil Ayah... Ayah ga benci sama kamu, ayah Cuma kecewa sesaat, namun, Ayah masih sayang sama kamu... Sampai kapanpun, kamu permata Ayah... Kamu yang bikin Ayah jadi sosok yang dewasa... Udah ya... Hm? Udah cup cup, mau Ayah anter aja ke Jakarta nya?” Noval menggeleng saat dirinya kini sudah menghentikan tangisnya. Hanya tersisa isakkan kecil yang mana hidungnya memerah bak tomat yang langsung dicubit oleh Ayahnya.


“ndak usah Ayah.. Noval berangkat sendiri aja ya... Ayah jaga Bunda disini.” Sang Ayah pun mengangguk dan memberi kecupan lama di keningnya.



Aji dan Semestanya Onde as histórias ganham vida. Descobre agora