45

84 15 0
                                    

Annyeong Cingudeul!!!

Aji sama Noval dah up nihhh, mendekati ENDING!!!

AGAKNYA, GIMANA YA ENDINGNYA????

#50Haribersamamu
#50daychallenge
#Moonseedpublisher
#day45
#chapter45
Clue Day 45
#pampasan

Bukan rampasan ya, tapi pampasan. Pampasan itu memberi kompensasi kalo kalian melakukan sesuatu yg merugikan orang lain, kebalikan dari rampasan.

Happy Reading!!!!

***

"Mah!! Pah!!" Teriakan Aji menggema di rumah besarnya. Ia ke Bandung untuk menemui kedua orangtuanya. Ingin menanyakan sesuatu tentang Noval.

"MAH! PAPAH!! AJI TAU KALIAN ADA DI RUMAH!" Tentu saja. Ini malam hari. Tentu keduanya ada di rumah sekarang. Tak lama, Mama nya turun dari tangga dengan wajah mengantuk menggunakan piama satin warna biru. Sembari mengucek matanya dan menguap, disusul sang Papa yang juga dalam keadaan mengantuk.

"Kamu apasih, Ji?! Malem-malem datang bukannya minta maaf karena pergi keluar negeri, malah terjadi-teriak ga jelas begini." Ujar Mama nya dengan kesal. Tidur cantik nya terganggu karena teriakan Aji yang mengatakannya.

"Sekarang, Papah sama Mamah ngaku deh, kalian nyulik Noval, kan?! Jawab!" Mendengar hal itu, lantas membuat Papa mengernyit kan alis.

"Ji, kamu nuduh kami? Orang tua kamu?! Denger ya, walaupun kami ga suka sama Noval, tapi kami masih punya pikiran dengan ga berbuat macam-macam yang bisa merugikan diri kamu sendiri." Aji berpikir kembali. Benar juga. Orangtuanya menjunjung tinggi harga diri serta tata Krama agar tetap terlihat baik di hadapan publik. Hah, hal yang membuat Aji muak.

"Terus? Siapa lagi kalo bukan kalian? Setau ku, yang ga suka Noval cuma kalian! Ga ada orang lain!"

"Kamu lupa? Ada yang lebih benci sama Noval di banding kami. Kamu ga inget? Zita? Papahnya? Mamahnya yang katanya pernah nyulik Noval pas kecil?" Ah, kenapa Aji baru teringat tiga orang itu? Dirinya benar-benar lupa dengan eksistensi Zita yang bahkan membuat luka yang pasti membekas pada diri Noval. Terlebih Mama nya.

Dengan segera, Aji berlari keluar. Masuk ke dalam mobilnya dan menghubungi Nisfya. Ia yakin, Nisfya bisa membantunya mencari Noval.

"Kak, guys! Plis bantu gue!! Gue tau siapa yang nyulik Noval!!" Ujar Aji dengan panik. Tangan kirinya memegang stir mobil dan tangan kanannya memegang ponsel yang kini terhubung panggilan grup dengan Nisfya, Lintang dan Devan.

"Jadi, Noval diculik?! Kok bisa sih?! Kenapa lu ga jagain Noval si??!!!" Pekik lintang yang membuat Aji menjauhkan ponselnya dari telinga. Ia tidak ingin telinganya berdengung akibat teriakan melengking itu.

"Kalo pun Noval kabur, dia ga bakal se-nggak aktif ini. Dia pasti bisa dihubungi walaupun ga akan di angkat. Kalo misal bunuh diri, pasti bakal ada yang nemuin + Viral. Dan kalo kecelakaan, pasti ada berita tentang kecelakaannya! Jadi, ada kemungkinan Noval di culik, dan gue tau siapa kiranya yang bakal nyulik Noval." Jelas Aji panjang lebar. Sesuai dengan logika dan tidak bertele-tele.

"Oke, lu share-loc biar kita bisa ketemu dan cari bareng." Ucap Devan to the point.

"Ga mau nyari sendiri-sendiri aja? Mencar gitu, tapi di Jakarta. Berangkat besok aja. Ah, di Jakarta, karna Noval bilang bakal ke Jakarta." Setelah mengucapkan kata perpisahan dan menutup telepon, Aji yang baru saja menaruh ponselnya kembali ke Tas pun terkejut saat ada seseorang yang tiba-tiba menyebrang di hadapan mobilnya.

Dengan segera Aji mengerem laju mobilnya lalu keluar untuk mengecek apakah ada luka atau apapun. Aji akan memberi Pampasan apabila orang itu benar-benar tak sengaja di tabraknya. Tak mendapat jawaban dari orang tersebut yang terlihat lusuh dan detik selanjutnya, Aji memekik. Orang itu terduduk dan tersinari lampu mobil milik Aji.

"OH YA AMPUN!! KENAPA KAMU TERLUKA SEBANYAK INI?! DARIMANA SAJA DIRIMU, HAH?! Aji dengan segera mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan.

Aji memberi Pampasan berupa uang untuk orang lusuh tadi berobat dan mengobati lukanya. Namun, bukannya uluran yang menerima uangnya, melainkan sebuah tangisan yang menjadi jawabannya. Keadaan malam yang gelap membuat Aji kesulitan melihat wajah orang itu.

"Jangan pergi.... aku ga punya banyak orang di dunia ini." Mendengar suara familiar dari si lusuh, Aji dengan secara berjongkok dan mendongakan wajah pria di hadapannya ini.

"NOVAL?!"

"AJI?!"

Teriak keduanya bersamaan. Tak di sangka oleh Aji. Disaat dirinya dibingungkan dimana keberadaan kekasihnya, Tuhan malah mempertemukan nya dengan mudah. Tapi, keadaan Noval jauh dari kata baik. Tubuh kurus kering luka yang sebagian telah sembuh dan juga terlihat ada beberapa luka lain yang sepertinya baru di dapat.

"Ajii!!! Hiks... Takut!! TAKUT!!! SEREM HIkss!! Ga! AAARGHH SAKIT!! TOLONG!! HUHUU SAKITT!!" Noval tiba-tiba menangis dan berteriak kesakitan. Aji dengan sekuat tenaga memeluk Noval agar pria manisnya itu tak menyakiti diri sendiri.

"Sttt sayang... Udah yaa.. kita pindah ke mobil yuk, dingin di sini loh... Yuk bangun, hm?" Noval tak bergeming. Tetap di tempatnya namun mengulurkan kedua tangannya. Tampak memberi kode ingin di gendong. Aji yang mengerti pun menggendong Noval dan membawanya ke dalam mobil.



***

"Jadi, kenapa kamu bisa kayak gini, hm? Luka-luka gini?" Kini keduanya ada di rumah sakit. Noval sudah di obati dengan benar . Bahkan, dokter yang mengobatinya tampak sudah akrab.

"Aku.. aku... Aku..." Aji dapat melihat mata Noval yang terlihat tak tenang. Melirik ke segala arah dengan dengan mulut yang bergetar.

"Pelan-pelan aja... Kalo ga mau cerita sekarang juga gapapa... Hm, sekarang mending kamu tidur aja.. istirahat biar cepet sembuh. Oke?" Noval menggeleng dan hal itu membuat Aji terheran.

"Ga mau tidur? Terus maunya apa? Di puk puk mau? Tenang... Kamu aman sama aku... Ga bakal yang nyakitin kamu lagi, oke? Tenang ya sayang ya... Di sini ada 'aa Aji. Jadi, jangan takut, oke?" Aji tersenyum saat Noval mengangguk lalu memiringkan posisi tidurnya menghadap Aji.

"Noval kangen sama Aji.... Noval takut sendirian... Noval takut... Takut ga bakal bisa bertahan.... Takut ga bisa ketemu Aji lagi, ga bisa ketemu Ayah Bunda lagi... Noval udah berpikiran yang enggak-enggak... Noval-—" mulut Noval langsung di bungkam dengan sebuah kecupan halus yang di lakukan Aji.

"Udah, lupain aja semua kejadian buruk di masa lalu, sekarang, kita bakal bener-bener kabur aja, biar ga bisa ditemuin siapapun lagi."

"I-iya... Noval mau kalo sama Aji... Janji ya, kita harus terus sama-sama!!" Aji menautkan kelingking miliknya pada kelingking Noval yang sudah terulur terlebih dahulu.












***

Sudah sepuluh menit berlalu sejak Noval tertidur dengan pulas. Kekasih Aji Mahendra itu sulit tidur bahkan setelah di berikan tepukan pelan di kepala, bahu dan perut secara bergantian. Bahkan, tadi seharusnya diberikan obat penenang akibat traumanya yang semakin parah.

"Cari orang bernama Yunita Sari arkadewi. Kirim data tentang dirinya dengan lengkap." Setelah mengalahkan hal itu, Noval menelfon yang sekiranya membantu dirinya.

"Hahh.... Yunita sialan, Awas aja. Bakal bikin lu ga bakal bisa lupain gue."




****

TO BE CONTINUE!!!!

GIMANA CHAPTER KALI INI????

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER!!!



Aji dan Semestanya Where stories live. Discover now