Tragedi sebenarnya

17 6 0
                                    

"Itu artinya kau iri kan hm!?"

"Mana ada, aku sekarang ataupun dulu juga jauh lebih tampan dari mu! apa kau tau visual seorang Choi Yeonjun dia adalah idol paling tampan, terkeren dan multitalenta!!!"

"Iya aku tau kau di masa depan menjadi idola semua orang."ucap Malvin membuat senyum angkuh tercetak jelas di bibir tebal itu.

"Hehe..."

Tetapi bagaimana sifat seorang Daniel dia tetap pemuda lugu yang mengemaskan dan hal itu membuat Malvin mengusap wajahnya yang lebih maskulin di banding Daniel karna tak bisa memarahi temannya itu.

Siapapun pasti akan lemah di hadapan pemuda berambut lemon ini. Batinnya.

Tak lama sebuah langkah kaki sampai dan berdiri di depan mereka. Seorang pemuda yang masih mengenakan seragam sekolah tetapi kedua kancing atas nya terbuka hingga menampilkan leher jenjangnya dan lengan seragam putih yang tampak pendek membuat lengan kekar berotot terlihat dan jujur saja Daniel melihat Malvin berkali-kali lipat lebih manly.

"Kalian berdua siapa? bagaimana kalian masuk?" tanya pemuda itu dengan tatapan dingin yang mengintimidasi tak heran jika Malvin dulu susah di dekati seorang teman. Aura pemuda itu begitu misterius di tambah sikap acuh tak acuh membuat Danil binggung bagaimana mereka berdua bisa sedekat ini dulu. Tapi bukankah sekarang di pergi ke masa lalu di mana ia masih bertemu dua temannya di sekolah?

Berbeda dengan mimpi, Daniel menjadi sosok kecil yang kesepian yang tinggal di hutan tapi di realita sebenarnya dia merasakan kehidupan normal namun sosok orang tua Daniel belum bisa menebaknya karna di masa sekolahnya dia ingat hanya tinggal di sebuah kost-kostan kecil dan lagi kata orang dia itu yatim piatu hingga tinggal di panti asuhan dulu.

Daniel masih belum mengerti dengan kehidupannya, apa mungkin karna banyak tempat yang ia jelajahi jelas-jelas ia merasakan ruang portal makin di luar kendali artinya bisa keluar dari dimensi bumi atau lain. Maka dari itu ingatan seseorang juga perlahan hilang saat terus berada dalam portal waktu.

Daniel ataupun Malvin memiliki batas mengunakan nya. Meski mereka abadi namun satu pantangan adalah bagian memori mereka yang terlupakan, oleh karna itu Daniel menjadi lebih hati-hati karna jika ia terus mengubah masa lalu maka sebagai imbalannya dia akan lupa ingatan setiap kali mengunakan kekuatan besar itu.

"Kami..." Daniel mengaruk kepalanya yang tidak gatal binggung menjawab pertanyaan Malvin sementara Malvin yang berdiri di sampingnya tampak memandang kearah dirinya di masa lalu membuat pemuda itu terkejut karna wajah mereka berdua mirip.

"Tunggu kau..."

"Kita adalah satu, aku tidak akan menjelaskannya tapi to the poin kalau kau adalah aku jadi mohon bantuannya." ucap Malvin mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan pemuda yang mempunyai tinggi sama dengannya dan pemuda itu lalu membalas jabatannya hingga serpihan cahaya muncul pada pemuda di depannya membuat pemuda itu menghilang menjadi cahaya yang tersedot di tubuh Malvin.

"Apa itu tadi?"

"Kilasan cahaya, artinya kami berdua sudah menyatu, tinggal kau yang harus mencari dirimu yang lain Daniel."

"Bagaimana aku menemukannya di tempat seluas ini? aarrghhh!!!"ucap Daniel mengacak rambutnya frustasi.

Malvin mencoba mengingat tempat yang biasanya di kunjungi oleh mereka bertiga, dulu saat masa sekolah ia dan Daniel begitu dekat bersama Vera yang selalu mengikuti pemuda itu seperti anak ayam.

Sekolahan di California memang terkenal dengan fasilitas nya yang lengkap tak jarang banyak anak konglomerat bersekolah di sana akan tetapi ada juga yang bertindak sok penguasa terutama anak donatur atau anak kepala sekolah. Mereka senang kali menyuap guru untuk mendapat nilai bagus bahkan menindas murid baru atau beasiswa yang tak bersalah. Hukum keadilan sama sekali tak kenakan sangsi hanya yang kuat yang  bertahan karna yang lemah mudah sekali jatuh.

Itulah bentuk lingkungan luar, tetapi kita juga bisa terjebak karna tak mengerti kondisi hingga berada di jalan yang salah. Oleh karna itu jika kau pergi ke suatu tempat maka kau harus teliti membaca peta mu begitulah maksudnya.

Malvin ingat kalau ia dan Daniel setingkat kelas 8 menengah artinya pertemanan mereka sudah tiga tahun karna mereka mulai mengenal saat masuk hari pertama sekolah.

"Daniel kita pergi ke perpustakaan saja..."

Tiba-tiba

DORRR

DORR

DORRR

"Malvin..."

"Sial ini sudah di mulai."

Daniel menaikan aslinya binggung, jantungnya berpompa dengan cepat saat mendengar suara itu.

Dengan wajah panik Malvin menarik tangan Daniel pergi ke suatu ruangan untuk bersembunyi, entah dari mana suara tembakan itu berasal namun jelas terdengar teriakan yang mulai memenuhi isi pikiran mereka bahkan tak peduli jika langkah tergesa-gesa mereka terdengar oleh orang lain selain mereka. Malvin jelas tau siapa pemilik pelaku penembakan yang mencurigakan itu tapi tempat yang mereka temui lagi-lagi sepi alias jarang di kunjungi orang atau mungkin belum dan Malvin menggunakan kesempatan bagus itu.

"Itu apa?"

Keduanya saat ini berada di ruang musik, beruntung pintu dalam tak terkunci hingga memudahkan kedua pemuda itu menyelinap masuk.

"Tragedi sebenarnya...kau pasti ingat dengan kasus penembakan di sekolah kita, dan saat itu kita berada di waktu yang sangat pas."ucapan Malvin terhenti saat mendengar ketukan jelas di pintu yang ia tahan dengan meja kayu.

Tok.tok.tok...

"Tunggu dia seperti siswa lain..."

"Jangan Daniel...jangan membukanya!" cegah Malvin melihat pemuda berambut blonde lemon itu begitu penasaran dan akan membuka pintu yang masih terdengar gedoran yang semakin brutal. Meski ini hanya dunia masa lalu yang mereka kunjungi tapi mereka juga bisa merasakan rasa sakit dan itu sangat berbahaya.

"Siapa tau dia meminta tolong pada kita Malvin! kita harus menolong nya!"

"DANIEL!"

Clek!


"Hah...hah...terima kasih eh? kenapa wajah mu!!"






"KAU JUGA! AKHIRNYA AKU MENEMUKAN DIRI KU YANG LAIN MALVIN!!!"




"Sssttt jangan berisik bodoh!"

Give Your Time[END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang