Magic book

12 5 0
                                    

"Perpustakaan?"


Ketiga nya kini sampai di sebuah ruang besar yang di penuhi dengan rak buku, tidak alasan khusus selain bersembunyi di sana dan kebetulan tempat itu sama sekali tidak ada penjaga atau siapapun.

Anehnya hanya ada mereka bertiga.

"Untuk apa kita pergi ke sini?" pertanyaan itu mengudara yang pasti membuat siapa pun pasti akan menjawab atau mengabaikannya, sebenarnya Daniel lah yang banyak melontarkan pertanyaan itu karna seperti Malvin bilang kalau semakin mereka mengunakan kekuatan membuka portal maka ingatan mereka perlahan menjadi lemah alias pelupa.

"Karna nasib kita di mulai di tempat ini." jawab Malvin sekilas melirik Vera.

Daniel hanya diam, dia tidak mengerti tapi di sisi lain dirinya juga tak terlalu terkejut dengan hal di luar nalar yang mereka alami.

Sementara itu Vera sedang menutup pintu perpustakaan, meskipun tak mempunyai kunci tapi bagi orang yang malas pergi perpustakaan akan melewatinya saja karna banyak orang mungkin berpikir perpustakaan hanyalah tempat dimana beberapa buku yang di pajang rapi serta nuansa membosankan, tapi tidak baginya yang nyaman karna dia seorang yang gemar membaca sebuah buku.

"Malvin apa kau ingat sesuatu?" tanya gadis berambut coklat itu, bukan menatap Malvin yang jelas berdiri di depannya tetapi tatapan gadis itu masih tak lepas memandang sosok pemuda rubah itu secara intens tapi begitu menghanyutkan.

"Aku tidak tau, tapi aku merasa kalau nasib kita sekarang bergantung pada sebuah benda."

"Ciri-cirinya?" giliran Daniel bertanya, mulutnya mengerucut lucu seperti bebek hal itu tak lepas dari dua temannya yang melihat.

"Kita harus mencari sebuah buku, entah buku apa tapi ini yang menjadi alasan kita sekarang karna kesalahan tak sengaja karna kita telah mengucapkannya mantra terkutuk dalam buku itu."

"Maksud mu alasan kita abadi dan menjadi pengendali waktu berasal dari buku itu?"

"Kau benar Daniel, seandainya pembantaian sekolah itu tak pernah terjadi kita mungkin beruntung atau tidak beruntung. Pertama kita selamat karna buku itu, kedua sekarang kita berada dalam masalah karna kembali ke masa lalu."ucapnya, Malvin hanya mencoba menyadarkan tentang hal yang secara mengejutkan akan datang pada mereka.

"Buku ajaib itu telah menyelamatkan kita bertiga, waktu itu bukanlah penyesalan dan mungkin jika ada orang lain selain kita yang menemukan buku maka dia juga bernasib sama seperti kita." lanjut Vera.

Satu pertanyaan di benak Daniel.

Keempat adiknya.

"Bagaimana dengan empat dari mereka?"

"Siapa?" tanya Vera binggung dengan pertanyaan tiba-tiba keluar dari bibir pemuda itu.

"Adik ku, mereka bisa melihat masa depan saat bersentuhan dengan orang lain, kata Kai kalau mereka semua memiliki kesamaan nasib artinya semua itu terjadi bersamaan pada mereka. Percobaan ilmuwan."

"Itu jawabannya. Ilmuwan yang tak berpikir secara logis dia akan mengorbankan apapun demi ciptaannya bahkan hasilnya lebih merugikan orang lain, tak ada yang bisa menghentikan mereka karna seseorang yang mempunyai ambisi besar akan kehilangan nuraninya membuat mereka ingin di kenal hebat tanpa peduli orang lain."

"Manusia bisa berimajinasi tinggi begitu pula mereka akan makin penasaran akan sesuatu. Tapi mereka tak bisa menemukan sudut pandang itu jika tetap memandang realita. Sekarang aku mengerti kenapa waktu tak bisa ulang karna penyesalan yang sama juga tak terjadi dua kali kalau dia menyadari apa awal kesalahan nya." ucapan Vera ada benarnya.

"Baiklah tidak gunanya kita berdebat untuk membicarakan tentang hal di luar tujuan kita! satu-satunya jawaban adalah buku itu, kita harus membuktikan nya!" ucap Malvin seperti ingin membangkitkan semangat mereka semula, apapun nasib mereka nanti mungkin membuat waktu kembali semestinya karna tidak ada yang bisa mengubah takdir yang di tentukan bahkan jika mereka memiliki kekuatan pengendali waktu sekalipun.

Mereka datang ke masa lalu...

Tapi bukan untuk merubah masa lalu.

Hanya sedikit memperbaiki yang ada.

...

Beberapa menit telah melalu, mereka masih  berkeliling di sekitar rak buku yang berjejer rapi. Di sekolah mereka perpustakaan nya cukup besar dan luas, hal itu karna banyak dari penyumbang dana alias donatur terkenal yang menyekolahkan anaknya di sekolah ini.

Sekolah elit apa yang tidak ada perpustakaan nya?

"Jangan-jangan buku itu sudah tidak ada?tapi..." gumam Daniel, pemuda rubah itu mengelengkan kepala untuk menyingkirkan pikiran negatifnya. Kalau buku memang tidak ada masa depan mungkin dapat berubah tapi rasanya mustahil.

Memikirkannya membuat Daniel kembali binggung.

"Atau jangan-jangan buku itu sudah di ambil oleh orang lain!" ucapnya terkejut dengan pemikirannya sendiri,  tak salah jika orang lain menemukan buku itu terlebih dahulu maka orang itu akan...


Mempunyai nasib yang sama seperti mereka.




'Tidak....hal itu tidak boleh terjadi...karna aku tau dia akan menghadapi takdir yang sangat menyakitkan, aku hanya ingin kembali ke masa depan bertemu para member.


Kalau ceritanya berubah aku tidak bisa bertemu dengan mereka lagi.'

Give Your Time[END]✓Where stories live. Discover now