Saat yang pas

16 5 0
                                    

Hidup adalah rangkaian perubahan alami dan spontan. Jangan melawan mereka; itu hanya menciptakan kesedihan. Biarlah kenyataan menjadi kenyataan. Biarkan segala sesuatunya mengalir maju secara alami dengan cara apa pun yang mereka suka.

.


.



.




Bruk!

Entah kesialan apalagi saat Daniel akan melewati tangga dia menabrak seseorang hingga mereka berdua jatuh ke lantai namun anehnya, bajunya menjadi basah padahal dia sama sekali tak membawa minuman atau hujan meski di luar sekolah cuaca agak mendung tapi belum turun hujan.

"Vera..."

Ucapan Malvin membuat mata Daniel membulat melihat sosok gadis berambut coklat lurus dalam keadaan yang tak baik-baik saja. Bagaimana tidak?ketika kau melihat seragam putih itu kotor dan rambut coklat itu juga basah entah karna apa, yang pasti itu pasti akan terlihat gadis itu mengalami hal tak baik hari ini.

"Hei kau baik-baik saja?"

Gadis itu sama sekali tak memperlihatkan wajahnya karna terus menunduk hingga saat ia mendengar suara Daniel sontak wajah bulat serta  iris coklat madu itu menatap tepat kearah mata hanzel pemuda rubah itu.

Nafas Daniel tercekat melihat wajah manis Vera yang tak pernah berubah gadis itu memang selalu menyembunyikan kecantikannya dengan poni rambutnya yang hampir menutupi sebelah matanya pernah Malvin menyuruh agar Vera mengikat atau memotong rambutnya gadis itu tak pernah mau jika Daniel tak menyuruhnya, tentu saja Daniel merasa tak pantas menyuruhnya seperti itu kalau itu bukan kemauan Vera sendiri. Tanpa dia tau Vera memiliki maksud tertentu hanya di sadari oleh Malvin.

"Daniel..."

"Vera astaga maafkan aku." buru-buru pemuda berambut blonde itu membantu gadis itu kenapa dia terlambat mengenali Vera yang jelas ada di hadapannya sekarang. Memang Daniel awalnya tak percaya saat mendengar ucapan Malvin tapi akhirnya dia percaya saat gadis itu tak sengaja memperlihatkan wajahnya.

Mengulurkan tangannya menerima tangan seputih salju itu membantunya dengan kehatian.

Dingin....hal pertama yang ia rasakan saat menyentuh tangan Vera.

Daniel jadi makin iba dengan apa yang terjadi pada gadis tsb.

Sedangkan Vera menatap kearah Malvin dengan ekspresi tak terbaca, sebenarnya Vera bukan gadis yang mudah ditindas atau menunjuk kan banyak ekspresi akan tetapi semua itu berubah saat ia bertemu dengan seorang pemuda berambut blonde kuning lemon itu.

"Kau serius kau baik? lihatlah keadaan mu sendiri!" ucap Daniel seolah mengomelinya, dia bukan tipe pemarah tapi jika itu menyangkut temannya tentu saja dia sangat khawatir.

Namun gadis di depannya ini malah terkekeh kecil sambil memegang dua pundaknya.

"Akhirnya kita bertemu."

"Hah?kau bicara apa sih?"

"Jadi dia sudah ingat..." gumam Malvin mendapat lirikan temannya.

"Dia langsung mengenali mu kalau kau yang asli datang dari portal sebelum kita sampai di sini." jelas Malvin.

"Iya aku tau kalian akan menjemput ku." ucap Vera.

"Lalu kenapa kau tak melawan para pembully itu?!" tanya Malvin dengan tegas membuat Daniel binggung.

Memang gadis mana yang bisa menang jika lawannya lima orang pemuda besar? apa otak Malvin sudah sinting!?

"Aku malas." jawab Vera enteng membuat Malvin melotot.

"Hei apa-apaan pertanyaan mu yang tak berbobot itu! justru ini salah kita yang tak menolong Vera padahal kita melihatnya saat itu!" ucap Daniel masih berspekulasi Vera adalah gadis lemah yang membutuhkan perlindungan nya dan Malvin. Tanpa sadar dia berdiri di depan Vera membalikkan badan kearah Malvin seolah melindungi gadis itu membuat tatapan tak suka dari Malvin yang sebenarnya tertuju pada Vera yang di belakang Daniel tengah tersenyum kemenangan malah dia salah artikan kalau Malvin sedang mengejek Vera saat ini.

"Yak jangan mengejek Vera!"

"Bukan aku justru dia.... aarrghh!!! percuma karna kau pasti tak percaya pada ku!" kalau Vera itu gadis licik yang terobsesi pada mu bahkan dia membuat mu seolah menjaganya lanjutnya dalam hati, padahal Malvin tau segalanya tentang Vera.

Karna dia pernah memergoki gadis itu mengalahkan para preman di gang saat malam hari ia pergi ke minimarket dan berpaspasan dengan gadis itu. Jadi dimana gadis lugu? sifatnya benar-benar seperti alter ego jika bersama Daniel.

Tiba-tiba...

"HEI KALIAN YANG BERDIRI DI SANA TETAP DIAM!!!" Teriakan seorang pria berpakaian satpam dengan membawa senjata api itu membuat mereka bertiga terkejut. Tampaknya satpam sekolah itu hanya melihat suilet bayangan mereka jadi dia masih tak jelas melihat wajah ketiga orang tsb.

"Gawat kita sudah ketahuan! ingat jangan percaya siapapun kita harus pergi dari sini!"ucap Malvin.

"Tidak bisa!" Vera menghentikan mereka.

"Kenapa Vera?"tanya Daniel binggung.

"Karna semua jalan keluar sudah di tutup oleh orang-orang itu kita hanya harus mencari ruangan yang tak terkunci agar bisa bersembunyi dari mereka." ujarnya menjelaskan.

Daniel mengerti lalu memandang kearah Malvin.

"Apa kita harus kembali ke ruang musik tadi Vin?'

"Tentu saja kita akan ketahuan, sepertinya aku tau tempat yang aman. Nasib kita kenapa selalu sial begini sih!?"gerutunya tetapi mereka tetap mengikuti rencananya untuk pergi meninggalkan satpam yang kini telah kehilangan jejak mereka.




Give Your Time[END]✓Where stories live. Discover now