BAB 13 : Double Z

63.5K 5K 1.5K
                                    

Maaf baru muncul ke permukaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf baru muncul ke permukaan. Tumbang lima hari, nggak turun kasur. Goleran terus. Jadi kalau ngetik di hape, pusing 😔🙏🏻

TOLONG KOMENTARNYA JANGAN SPOILER ‼️

***

Setelah dipikir ulang, menghadapi Xabiru mode Tuan Muda songong di mana perintahnya rutin membuat emosi Shea terguncang, rasanya bukan hal yang buruk. Seperti memesan rujak delapan porsi waktu itu. Meskipun kemauannya menguji kapasitas otak Shea, namun ternyata itu lebih aman dibanding mendengarkan Xabiru membuka suara tentang perasaan lelaki itu sendiri terhadapnya.

Bukannya Shea sok lupa. Hanya saja perkara itu sudah sangat lama. Jika gadis itu tidak salah ingat, Xabiru mengaku menyukainya ketika mereka masih kelas 8 SMP. Tidak ada acara sok malu atau pun terbata-bata, Xabiru berbicara dengan kelugasan penuh. Pembawaan mantap. Itu adalah keberanian serupa yang selalu lelaki itu bawa hingga sekarang.

"Mau ya, Shea?"

"Enggak bisa," jawab gadis berseragam SMP tersebut. "Gue nggak pernah kepikiran punya hubungan sama lo. Nggak ada rasa juga. Lo tuh ... Tuan gue, Ru."

Alasan klasik, tapi memang itu adanya. Mereka berdua masih terlalu muda kala itu, terlalu tidak mungkin, dan Shea juga tidak berniat lancang dengan melewati batas.

Sejak kecil Shea selalu menempatkan Xabiru di garis yang berbeda dengannya—sebagai seseorang yang harus Shea berikan rasa hormat seperti kepada Cakrawangsa lainnya. Itu semua sudah tertanam di bawah alam sadarnya dari dulu. Maka ia menolak tanpa pikir panjang, tanpa menduga jika pernyataan Xabiru lima tahun lalu masih berlaku sampai sekarang.

Well, agaknya Shea harus menyiapkan diri lagi. Xabiru itu buta akan kata mundur. Pernah, sih, sekali. Saat Shea resmi berpacaran dengan Zayyan, Xabiru memilih tidak maju dan tidak mau menganggu. Tapi sekarang mereka sudah putus, dan pastinya Xabiru mode cogil lagi.

Lebih cogil dari Barra Adhitama malah.

Mengesampingkan dulu isi pikiran, Shea memasuki lift sekolah khusus para murid. Belum ada lima detik masuk, seseorang ikut mengekor di belakangnya. Shea terjenggat ketika membalikan badan, dan presensi lelaki itu sudah berdiri di sampingnya. Kan, baru saja dipikirkan, orangnya sudah muncul.

"Lo semua mau ikut masuk?" tanya Xabiru pada empat murid lain di luar lift. "Enggak mau nih?" Xabiru bertanya lagi. Belum sempat dijawab, lelaki itu langsung menambahkan. "Ya, udah. Gue tutup ya pintu lift-nya."

Shea termangu. "Ru! Mereka mau masuk—"

Xabiru menekan tombolnya cepat. "Yah, telat. Keburu kepencet."

Shea mendesah panjang. Dia hapal betul lelaki itu sengaja, sementara Xabiru hanya tersenyum jumawa disaat Shea menatapnya galak.

Shea tidak bisa mengalihkan pandangannya, ketika sesuatu berhasil membuat ia salah fokus. "Bentar deh," gadis itu memutar badan setengah lingkaran, matanya memicing tajam. "Ru, itu kenapa?" tanya Shea, dan Xabiru langsung sadar kemana arah pembicaraannya. Luka basah di tulang pipi dan rahangnya pasti menyita perhatian gadis itu. "RU! YA ALLAH! LO DIAPAIN LAGI SAMA MEREKA?!"

ENIGMA : Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang