BAB 34 : Rewind (2)

54.3K 4.8K 1.9K
                                    

Yeee updatenya cepet 😭 Ramein lagi dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeee updatenya cepet 😭 Ramein lagi dong. Makasii banyak sebelumnya yang udah berkenan mampir 💙

****

"Empat puluh dua, empat puluh tiga, empat puluh empat, empat puluh lima ...."

Zayyan menopang dagu dengan satu tangan ketika menghitung jumlah push up Ayahnya. Anak itu kebagian duduk di punggung Rayyan—bersila anteng seraya menggigiti sepotong donat. "Ayah?" panggil Zayyan kala tersadar satu hal. "Ibu guru bilang tanggal dua puluh dua nanti hari Ibu, ya? Berarti seminggu lagi?"

"Lho iya," jawab Rayyan tanpa menghentikan aktivitasnya, kepalanya sedikit menoleh ke samping. "Jadi dianter beli kado buat Bunda?"

"Jadi kalau Ayah nggak sibuk," jawab Zayyan.

"Enggak, kok. Maunya kapan? Besok?"

"Besok, boleh. Lusa, boleh. Kapan aja boleh."

Anak itu menunduk, duduk di atas tubuh ayahnya yang shirtless membuat Zayyan gagal fokus. Kulit badan Rayyan tidak pernah bersih, terutama bagian punggung. Banyak jejak baretan di sana, dan luka yang mengering membuat lingkaran kulit tertentu bertekstur kasar. "Kenapa punggung Ayah banyak bekas lukanya? Punggung punya Zayyan nggak gitu."

Rayyan tersenyum kecil mendengarnya. "Ya bagus kalau gitu, jangan sampe."

"Oh, iya Zayn lupa. Ayah kan bodyguard Bunda dari dulu. Nda pernah cerita, Ayah Bod ini jago berantem. Pasti keren kayak Superman, kuat ngelawan musuh-musuh!" ujar Zayyan memuji usai turun dari punggung ayahnya. Anak itu beralih tempat duduk di hadapan Rayyan.

Untuk kali ini Rayyan tertawa. Pria itu ingat bagaimana susahnya mendapatkan pengakuan dari ayahnya dulu, dan sekarang malah kenyang dibanggakan habis-habisan oleh putranya. "Ayah nggak jago berantem."

"Boong! Enggak percaya," ucap anak itu.

Rayyan tersenyum lagi, kali ini lebih samar. Pria itu cekatan memakai kembali atasannya.

"Zayyan mau kayak Ayah," celetuk anak itu tiba-tiba membuat pergerakan Rayyan langsung melambat. Itu hanya kalimat normal, namun entah mengapa rasanya Rayyan enggan setuju.

"Enggak, jangan kayak Ayah." Rayyan menyergah. Otaknya malah menangkap ke konteks lain. "Jangan, Zayn."

"Kenapa?" Zayyan yang tidak terima. Dia selalu menjadikan pria itu sebagai panutan, dari segi apapun, ia ingin selalu sama dengan Rayyan. "Zayyan mau kayak Ayah pokoknya."

Pria itu tergamam, telinganya berdenging.

Ingin seperti Ayah kata anak itu? Yang mana? Rayyan yang pernah divonis memiliki gangguan mental? Rayyan yang sejak kecil tumbuh dalam kekerasan keluarga? Rayyan yang dihakimi dan dicela ketika masa remaja? Rayyan yang habis-habisan dilukai secara batin dan fisik? Zayyan Tahta ingin seperti Ayah yang bagian mana? Tidak. Tolong jangan sampai terjadi. Rayyan tak mau kehidupannya dulu terulang.

ENIGMA : Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang