Ini tuh kadang, di aku udah direvisi kalimatnya, di kalian pas dibuka masih versi lama. Jadinya bikin bingung 😭
Coba hapus dulu di perpustakaan, nanti ceritanya tambahin ulang 😔
****
Baik-baik katanya. Lelaki mana yang sedang dipasung, tetapi masih memikirkan keadaan orang lain? Mungkin di antara seribu orang yang pernah Shea temui di dalam hidupnya, hanya Xabiru saja yang berbuat begitu.
Angin malam menyapu kulit wajah Shea yang pucat. Gadis itu berdiri di sisi pembatas jembatan jalanan, menatap lampu-lampu indah yang sama sekali tidak menarik konsentrasinya. Segalanya berkecamuk di dalam kepala. Atas yang terjadi, yang ia terima, disalahkan dari berbagai arah. Shea menelannya sendiri, sebab orang yang sering menawarkan telinga justru dalam keadaan lebih parah. Lebih nelangsanya lagi adalah Shea tidak bisa membantu apapun.
"Disuruh jagain adek aja nggak pernah becus!"
"Jangan punya hubungan sama Biru. Inget posisi kamu cuman sebagai anak supir dan pelayan aja. Nggak usah kelewat batas berani ngedeketin anak sulung saya, Shey! Jaga batasan kalian!"
"Udahlah, Shea. Kalau gitu, mulai sekarang nggak usah terlalu deket sama Kanara juga."
"Lo emang bermasalah Shea! Sering bawa masalah! Nggak sadar gitu emangnya lo?!"
Keluarganya, persahabatan, bahkan masalah hatinya. Semuanya berantakan, dipaksa untuk bubar. Shea setengah mendongak, menahan embun panas yang menggenang di pelupuk matanya. "Kenapa mulut orang-orang berada pada jahat gini, ya? Sakit banget dengernya."
Shea sadar diri, jika disandingkan dengan Valerian dan Cakrawangsa, ia bukan apa-apa dan juga bukan siapa-siapa. Shea Annora hanyalah gadis biasa. Ternyata, tamparan Bayu tadi siang tidak terlalu sakit dibanding mendengarkan orang-orang kaya berbicara.
"Xakuning, masa gue sendirian ...." Shea menundukkan kepala, lalu meletakkan keningnya pada pembatas jembatan.
Kondisi wajah letih dan memilukan itu lagi-lagi membayang di kepala Shea. Mata Xabiru yang biasa menatapnya penuh binar, kini tidak lagi terlihat. Segalanya direnggut. Shea memukul keningnya sendiri. Dasar cewek bodoh! Sudah ditemani lelaki yang setulus itu, kenapa Shea malah jatuh hati pada cowok seperti Zayyan?
"Pulang ah," putus Shea.
Shea menjauh dari jalan raya, mencari jalan pintas menuju rumahnya. Dompetnya tertinggal di rumah, dan tidak ada saldo yang tersisa. Lagi pula jaraknya menuju rumah hanya sebentar lagi, jadi gadis itu memilih berjalan kaki saja. Shea sibuk berceloteh sendiri sepanjang jalan, sampai akhirnya gadis itu menyadari sesuatu.
Ada derap langkah kaki yang mengikutinya dari belakang. Shea merasakannya—lebih tepatnya, baru tersadar kala sekelilingnya ditelan hening dan ada suara langkah kaki yang bukan hanya milik Shea. Pelan, teratur dan dibuat seirama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Last Flower
Teen FictionMadava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dikenal sebagai kutukan setan. Ia habis disumpah serapahi, bahkan hingga akhir kematiannya. Awalnya semu...