❝Kamu tetap sama. Perempuan yang ingin saya muliakan dengan masa yang tidak pernah habis.❞ —Zayyan Tahta Valerian
****
Zayyan Tahta tidak tahu, sudah berapa jauh kakinya dipaksa untuk berdiri tegak upaya tetap bisa melangkah maju. Tanpa alas kaki, tanpa kehangatan dan tanpa mengeluh, siluet anak kecil berusia enam tahun itu nampak tidak gentar menerobos kelamnya malam.
Badan Zayyan gemetaran, anak itu kedinginan. Kulit putihnya semakin memucat pias. Gerimis tidak terlalu jahat jika dibandingkan dengan apa yang Zayyan saksikan di depan mata. Bisa terjebak di dalam lingkaran setan seperti ini adalah hal paling gila yang dialaminya seumur hidup. Air mata anak itu terus mengalir deras.
"Ayah, Ayah ...." Zayyan bergumam di tengah rasa sakitnya, terus berjalan kendati sebelah kakinya terus mengucur darah sebab tiga jarinya terputus. "Ayah, Zayn takut ...."
Mengingat jika adik perempuannya masih tertinggal di sana, membuat Zayyan terisak lebih keras. "Nara ... Nara maaf. A-Abang nggak cukup kuat, buat ngegendong adek ...."
Kanara terlanjur memprihatinkan, terlalu lemah, hingga anak itu menggelepar ketika di pertengahan perjalanan. Zayyan tahu bahwa Kanara sudah tidak bisa dipaksa terus berlari lagi, tenaga mereka sungguhan terkuras habis. Dan Zayyan juga sadar, tubuh kecilnya tidak memungkinkan untuk menggedong sang adik.
Maka, Zayyan menyembunyikan Kanara di satu tempat yang sempit—setidaknya untuk sementara, sampai ia berhasil mengalihkan Madava untuk memburunya dan berusaha mencari bantuan orang-orang. Kanara harus diselamatkan, Zayyan janji akan kembali dan menjemput adiknya lagi. Dia harus berhasil.
"Bunda ...." Zayyan tersengguk menyebutkan nama itu. Hatinya teremas sadis, wajah ceria Keyla terus menyambangi kepalanya yang bercucuran darah. "Zayn bakal pulang, Nda ...."
Zayyan ingat sebentar lagi adalah hari Ibu, dia sudah menjanjikan sesuatu untuk Keyla. Mana mungkin Zayyan sudi mengkhianati ibunya dan kalah oleh Madava. Tidak. Rayyan tidak pernah mengajarinya untuk berlutut di depan orang asing, selain kedua orang tuanya. Zayyan Tahta melintasi jalanan sepi. Namun, konsentrasinya yang hanya tinggal separuh, membuat Zayyan tidak bisa mengantisipasi keadaan sekitar.
Semburat cahaya menyilaukan mata dari samping, dibersamai suara gebrakan yang hebat. Anak itu terpental tepat ketika bagian mobil depan seseorang menghantam tubuhnya. Zayyan terseret jauh, bergesekan dengan aspal yang mulai terasa panas di permukaan kulit. Zayyan mengejang, disusul dengan cairan merah yang keluar dari hidung dan telinganya.
"Mas! Kita nabrak anak kecil!" Suara Ayudia membuat Adrian memandang getir.
Zayyan merasa dunianya terbelah menjadi dua. Antara kepiluan dan kehampaan, yang ia dengar adalah suara gemuruh petir di langit menandakan hujan badai akan datang. Zayyan melirik ke samping, menatap lemah seorang pria dewasa yang terburu-buru mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Last Flower
Teen FictionMadava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dikenal sebagai kutukan setan. Ia habis disumpah serapahi, bahkan hingga akhir kematiannya. Awalnya semu...