25

914 34 0
                                    

Beri aku Vote ya

Hari sudah malam. Tampak seorang wanita cantik duduk di kursi sembari mengelus rambut hitam legam milik lelaki tampan yang terbaring lemah. Iya, perempuan itu adalah Sharai dan lelaki itu adalah Sean. Hanya Sharai seorang yang berada diruang rawat karena, Daddy dan Mami pergi ke kantin rumah sakit. Perihal pekerjaan Sharai, sudah mengirim pesan pada Ala bahwa dia tidak bisa masuk ke butik selama beberapa hari kedepan. Untuk pekerjaan Sean sudah pasti di handle oleh Rio.

Sekitar jam delapan malam Davis dan Oriel datang ke ruang rawat, melihat kondisi Sean. Sangat kebetulan sekali. Ketika mereka masuk Sean ternayata mulai siuman.

"Heii.." Sharai tersenyum bahagia " I'll call the doctor" ucapnya. Hendak menekan tombol merah namun, gerakannya terhenti saat Davis dan Oriel sudah berada di samping ranjang Sean.

Davis segera memeriksa Sean "How do you feelin?" tanyanya.

"I'm feeling good" jawab Sean pelan dengan tatapan sayunya.

"Ini sakit gak?" Davis sedikit menekan belakang tenggorokan Sean.

Sean mengangguk lemah.

Davis memijat bagian sakit itu. "Mau di suction gak? Biar gak sakit lagi" ucapnya.

Sean menggeleng "Gak mau..Kak. Biar nanti...keluar sendiri..aja" ucapnya pelan.

"Ohh..yaudah" angguk Davis. Kalo Sean tidak mau dia tidak bisa memaksa karena Sean yang akan merasakan tidak enaknya alat itu, bukan dia.

Setelah melakukan pemeriksaan. Mereka pamit pulang, anak-anaknya dirumah sudah banyak mengirim pesan agar cepat pulang.

"Kita pamit ya Sha" ucap Oriel lalu memeluk Sharai.

Sharai mengangguk "Iya kak" dan membalas pelukannya.

Davis dan Oriel pun keluar ruangan tidak langsung pulang karena mereka harus ke ruang kerja terlebih dulu, menyimpan jas dan alat periksa. Baru setelah itu mereka bisa pulang. Davis sudah mengirim pesan pada Elliot bahwa Sean telah dia periksa.

Setelah mereka pergi, ruang rawat Sean menjadi hening sampai Sean membuka pembicaraan "Maaf..aku pasti udah buat kamu..khawatir" ia menggenggam tangan Sharai.

Sharai hanya tersenyum "Makasih sudah bertahan" ucapnya, memberi kecupan di kening sang suami. Sean memejamkan mata menikmati sensasi kehatangan di keningnya.

Lima belas menit kemudian Daddy dan Mami datang diikuti Oma, Opa, Edward, Avalon dan Clark dibelakang nya. Mereka tersenyum haru melihat Sean yang sudah sadar. Satu-persatu mereka memberikan pelukan pada nya. Setelah itu mereka pergi ke ruang istirahat untuk berbicara mengenai kondisi Sean. Daddy menjelaskan kembali apa yang dikatakan Elliot mengenai keadaan Sean pada keluarganya.

★★

Di ruang rawat Sean hanya ada Sharai, Daddy dan Mami. Opa dan lain-lain sudah pulang lima menit yang lalu.

"Ehemm...Uhukk.." Sean berdehem dan mulai terbatuk.

"Uhukk, uhuk!"

"Uhuk.."

"Uhuk...uhukk"

"Uhuok!"

Sharai yang berada disamping Sean langsung membenarkan posisi duduk nya dan melakukan apa yang Elliot katakan tadi. Dia menepuk dinding dada Sean secara perlahan selama lima menit. Akhirnya, dahak tersebut keluar juga. Sean muntahkan dahak itu ke sebuah plastik yang disodorkan Daddy.

"Good job" puji Daddy.

Sean menyandarkan kepala dipundak Sharai setelah diberi minum oleh Mami. 'Rasanya sangat tidak enak sekali dang sangat melelahkan. Dia ingin cepat sembuh'.

se complètent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang