35

791 34 0
                                    

Beri aku Vote ya ☺

Tidak ada pembicaraan atau pun gurauan dari Sean setelah kejadian kemarin. Biasanya dia selalu bisa membuat suasana seru dan ceria. Namun sekarang berbeda, Sean jadi lebih banyak diam.

"Kalo perih bilang ya" ucap Sharai sembari mencuci rambut Sean.

Sean mengangguk. Saat ini ia sedang di mandikan oleh Sharai. Dia merasa tidak nyaman dengan tubuhnya yang sedari kemarin hanya di wash lap, rambutnya juga sudah lepek. Jadi dia meminta Sharai membantu memandi kannya. Sebenarnya ia memaksakan diri untuk mandi ini, tadi saja sekedar jalan dari pintu toilet dan duduk di kursi khusus mandi harus mengeluarkan tenaga ekstra karena kakinya terasa kaku ketika di gunakan berjalan. Tapi demi kenyamanan dia memilih memaksa diri. Padahal Sean bisa saja mandi di bed, namun dia menolak dengan alasan memangnya dia sakit keras sampai harus mandi di bed, lebih baik harus mengeluarkan tenaga ekstra dari pada mandi di bed.

Tak berapa lama Sean sudah nampak segar wangi dan rapi, pakian rumah sakit yang baru melekat ditubuhnya. Berjalan pelan keluar dari toilet dengan dipapah oleh Daddy dan Clark. Sementara Sharai, segera mengganti pakain basahnya dengan yang kering. Dia harus cepat. Tapi tenang saja dia melakukan segalanya dengan hati-hati supaya tidak membahayakan sang bayi.

"Pelan-pelan.." ucap Daddy, melihat Sean meringis linu ketika duduk di kursi roda.

Setelah Sean sudah dalam posisi duduk nyaman, Daddy mendorong kursi roda ke bed. Sean memegang erat tangan Daddy saat dia berpindah dari kursi roda ke bed. Kakinya lemas efek dari tidak digunakan selama lima hari saat kondisinya kritis. Akhirnya dia sudah duduk dengan nyaman.

Sharai sudah berganti pakaian. Dia berjalan ke bed dengan membawa pouch berisi skincare untuk Sean. Sharai memakaikan vit rambut, moisturizer dan terakhir tidak lupa lip care kesayangan Sean. Waktu makan Sean masih satu jam lagi dan sekarang baru jam tujuh.

Satu jam kemudian. Saatnya Sean sarapan. Seorang perawat sudah memberikan menu makan untuk Sean berupa bubur, soup, dan buah-buahan dengan potongan kecil agar mudah dicerna oleh perut Sean karena dia belum boleh makan makanan bertekstur keras. Sean memakan sarapannya dengan lahap disuapi oleh Sharai, padahal makanan rumah sakit kebanyakan terasa hambar namun Sean fine saja dengan rasa itu. Setelah sarapan dan meminum obatnya Sean memilih untuk membaca buku ditemani Sharai.

"Tidur aja ya?" ucap Sharai yang melihat mata sayu Sean disela membaca buku bersama.

Sean mengangguk. Matanya sudah terasa berat.

Sharai turun dari bed, membenarkan letak selimbut Sean, menutupi sampai dada. Dia mengelus kepala Sean guna membuat suaminya semakin nyenyak tidur. Sean sudah pergi jauh ke alam mimpi, dia tidur dengan nyenyak.

Cklek

Pintu dibuka Elliot. Dia berjalan mendekati bed dengan ponsel ditangan mengarah ke Sharai. Seperti sedang melakukan panggilan video dengan seseorang.

"Ini Mommy" ucap Elliot, menunjukan layar telpon.

Sharai mengambil ponsel sang kakak lalu menggandeng tangannya untuk pergi ke balkon agar tidak mengganggu tidur Sean. Sharai menceritakan banyak hal pada sang ibu di telpon sampai matanya kembali berkaca-kaca mengingat kejadian yang sudah dilaluinya sedari kemarin.

"Mommy bangga sama kamu. Kamu selalu ada disisi Sean, suka maupun duka. Teruslah seperti itu dan tetaplah bersama nya sayang"

"Pasti Mommy" Sharai manggut-manggut.

"Mommy tutup telponnya ya gak papa?"

"Gak papa Mom. Sha juga mau liat Mas Sean takut udah bangun". Ruangan Sean ini kedap suara dengan kaca jendela tembus pandang, orang di dalam saja yang bisa melihat ke luar sedangkan yang diluar tidak bisa melihat ke dalam. Daddy dll sedang pergi keluar.

se complètent Where stories live. Discover now