34

708 29 0
                                    

Satu Minggu Kemudian

Tak ada usaha yang menghianati hasil, sama seperti do'a yang mereka panjatkan setiap hari pada Tuhan berbuah sekarang. Hari ini Sean akan dipindahkan ke ruang rawat inap setelah selama tujuh hari berada di ruang ICU. Dokter mengatakan kondisi parunya sudah membaik. Alat medis yang menempel di tubuh Sean sebagian dilepas hanya ada Oximeter, jarum infus dan nasal kanula. Mereka tentu senang melihat kondisi Sean semakin membaik, mereka jadi bisa menemani Sean di ruang yang sama karena selama di ICU mereka hanya bisa melihat kondisi Sean dari kaca besar saja. Ketika proses pengeluaran selang Ventilator dan selang makan, mereka sedih. Melihat Sean batuk tertahan sampai mengeluarkan air mata saat kedua selang tersebut dikeluar kan Dokter. Mereka ingin ada disamping Sean untuk menenangkan dan mengatakan semuanya akan membaik.

Setelah dipindahkan ke ruang rawat Sean belum sadar karena masih dalam pengaruh obat. Dokter mengatakan bahwa Sean akan siuman sekitar dua jam lagi. Mereka setia menunggu Sean.

Saat ini Sharai sedang menyeka tubuh Sean dengan wash lap. Dia mengamati tubuh sang suami 'berat badan nya menurun'.

"Setelah bangun, kamu harus makan banyak Mas" gumannya.

Sharai pergi ke toilet, menyimpan kembali barang yang telah digunakannya kemudian masuk ke dapur untuk menyeduh susu ibu hamil.

"Sha, ini Mami udah seduhin susu buat kamu"

"Mami jangan repot-repot..Sha jadi gak enak"

"Gak papa lah Sha, kamu tenang aja. Mami malah senang"

"Makasih ya Mami"

"Sama-sama"

Sharai duduk di kursi lalu meminum susu itu. Mami masih disana sedang membuat roti isi untuk sarapan pagi dibantu Mamah Avalon. Setelah minumannya habis, Sharai juga ikut membantu mereka.

"Kamu duduk aja Sha, Mami gak mau kamu kecapean"

"No Mam. Sha gak akan kecapean, ini mudah untuk dikerjain kok"

Mami mengalah membiarkan menantunya ikut membantu. Mereka pun melanjutkan kegiatannya sampai selesai. Mami Zaylee membawa nampan berisi roti ke meja makan lalu Mamah Avalon membawa mangkuk berisi buah potong sedangkan Sharai membawa snack ringan. Mereka menatanya di meja.

"Sssttt.." ringis Sharai.

"Kenapa Sha?" tanya Mami khawatir.

"Bayinya nendang keras Mam..sstt" jawab Sharai sembari mengelus lembut perutnya.

Mami paham, dia juga pernah merasakan tendangan yang keras dari bayinya dulu saat mengandung Sean terutama.

Tangan Mami mengelus perut Sharai, cucu nya masih menendang-nendang "Baby, kenapa hemm..kangen Daddy nya ya, tunggu sebentarrr lagi. Daddy Sean akan menyapa Baby kembali" ucapnya dan benar saja, tendangan cucunya sudah berhenti.

"Bayinya lagi kangen sama Daddy nya Sha" lanjut Mami.

Sharai mengangguk setuju. Dia pun sama rindunya mendengar suara sang suami.

"Mami panggil yang lain dulu ya"

"Iya Mam"

Mami berjalan masuk ke ruang rawat Sean untuk memanggil Daddy dkk.

"Semua sudah siap Ayah" Ucap Mami.

"Baik, ayo kita ke ruang makan" Ucap Opa.

"Ayah..aku akan sarapan disini saja, aku takut putraku bangun dan tidak ada siapa-siapa disini, boleh kah?" tanya Daddy.

"Boleh, panggil kami jika Sean bangun"

"Baik Ayah"

Mereka pun pergi ke ruang makan. Mami mengambil sepiring menu sarapan berisi roti isi, buah potong dan sedikit snack tak lupa kopi hangat kesukaan suaminya, dia kembali ke ruang rawat memberikan makanan itu.

se complètent Where stories live. Discover now