Bab 14 . Pertemuan Kembali

4.3K 220 5
                                    

Sudah tiga hari Arini menghabiskan masa cutinya berlibur tiga hari bersama Leo, kini sudah saatnya dia kembali kerutinitasnya sebagai pegawai kantoran.

Arini mempercepat langkah saat pintu lift hampir tertutup. Arini berdiri disudut lift yang hampir penuh.

" CEO baru kita ganteng banget ya " bisik salah satu seorang wanita.

" Betul banget. Bisa untuk cuci mata " timpal yang lainnya.

" Dan badannya...uughhh... sexy banget kan "

Arini mendengarkan beberapa wanita sibuk bergosip tentang sosok CEO baru mereka. Arini sedikit penasaran dengan Bos barunya.

Ting

Pintu lift berdenting dan terbuka dilantai kerja Arini, dengan sedikit gerakan Arini keluar dari lift menuju ruang kerjanya. Dari kejauhan nampak Wika datang menghampirinya.

" Mbak, sudah bertemu dengan CEO kita yang baru belum ? " tanya Wika antusias. Arini melirik Wika sekilas lalu menggeleng pelan.

" Ganteng dan gagah banget Mbak " ucap Wika.

" Oh ya " Arini tidak menghentikan langkahnya dan tetap menuju kantornya.

" Banget mbak, masih muda lagi. Tidak bosan dipandang mata " ucap Wika sambil mengekori Arini masuk kedalam ruangannya. Tak lama Devika, Tio, Aji dan sholeh mengikuti jejak Wika.

" Kamu pasti gak percaya jika melihat langsung "ucap devika.

" Dadanya terlihat banget... " ucap Wika

" Oh ya, memangnya kalian melihat dari dekat ? " tanya Arini sedikit penasaran. Pagi ini dia harus mendengar dua kali gosip tentang atasan baru mereka.

" Kemarin beliau berkunjung kesetiap Divisi untuk berkenalan, beliau bahkan ditemani oleh Pak Rusdy langsung " ucap Aji.

" Beliau bahkan mencarimu karena hanya kamu dan pak Candra yang tidak hadir. " ucap Sholeh.

" Rencana siang ini aku akan bertemu beliau bersama Pak Candra " ucap Arini.

" Tapi wajah CEO baru kita tampak tidak asing ya Ji " tanya Devika kepada Aji.

" Iya, sepertinya kita pernah bertemu dimana gitu " ucap Aji sambil berfikir.

" Bisa saja tanpa sengaja dulu kita pernah berpapasan " ucap Wika.

" Ah... aku tahu, wajahnya mirip banget sama Leo. Ya gak sih " Teriak Devika yang mendapat anggukan dari Aji dan Sholeh.

" Kenapa aku begitu bodoh ya, padahal sudah sering melihat Leo. Tapi tidak pernah berfikir kalau CEO baru kita mirip dnegan anak itu " ucap Tio.

Arini memicingkan matanya. Entah kenapa hatinya sedikit tidak tang dan was-was saat mereka menyebut wajah CEO baru mirip dengan Leo.

Arini menggelengkan kepalanya menghalau pikiran anehnya. Tidak mungkin CEO baru mereka ada seseorang yang dibayangkanya.

" Tidak mungkin bisa semirip itu. Bisa saja kan hanya sekedar mirip biasa " ucap Arini berusaha mengelak pikirannya.

" Beneran Mbak mirip banget " keukeuh Wika.

" Ya mungkin, kalian maish mau ngerumpi disini atau balik kerja ? tanya Arini.

" Hehehe, sorry Bu, kita balik kerja dulu ya " ucap Tio mewakili yang lain.

Arini hanya menggeleng melihat tingkah teman-temannya yang berduyun keluar dari ruangannya.

" Tidak mungkin orang itu kan, pasti hanya asumsi mereka saja " gumam Arini sekali lagi.

Arini mengabaikan perasaan tak nyamannya dan berusaha fokus dengan pekerjaannya. Cuti selama tiga hari saja sudah membuat pekerjaan menumpuk seperti ini.

Arini dengan teliti memeriksa dokumen diatas mejanya. Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul dua siang.

" Ah.. sepertinya aku melewatkan jam makan siangku " lirihnya. Arini memang sempat menolak ajakan makan siang dari temannya.

Dan kini Arini tampak sedang mengaduk tasnya untuk mencari sesuatu yang untuk menganjal perutnya. Sebungkus roti lapis coklat kesukaannya kini sudah tandas masuk kedalam perutnya.

Arini mengangkat telpon diatas mejanya yang berdering, ternyata dari Pak Candra yang mengajaknya untuk bertemu dengan CEO baru mereka.

" Iya Pak, saya segera menyusul kesana " ucap Arini lalu meletakkan gagang telponnya.

Arini bergegas menuju ruangan Candra dimana pria paruh baya itu sudah menunggunya.

Arini berjalan mengekori Candra menuju ruangan CEO baru mereka yang berada dilantai paling atas gedung ini. Lantai yang dikhususkan hanya untuk CEO dari pusat. Padahal ruangan CEO lama mereka saja berada satu lantai dibawahnya.

Candra mengetuk pintu sebuah ruangan dengan tulisan CEO yang mengantung dipintunya. Mereka berdua melangkahkan kakinya masuk kedalam setelah mendapat ijin dari sang pemilik,

" Selamat siang Pak Ganendra " ucap Candra membuat Arini tersentak mendengar nama itu.

Arini mendongakkan kepalanya dan melotot tak percaya saat netra nya bertemu dengan sosok yang sangat dibencinya.

Sama halnya dengan Arini, Ganendrapun sangat terkejut bertemu Arini diruangannya. Matanya terpaku kepada sosok mantan istrinya didepannya.

Baik Arini maupun Ganendra sama-sama tidak menyangka kalau mereka akan dipertemukan sebagai atasan dan bawahan.

" Selamat siang Pak " ulang Candra sekali lagi, pria paruh baya itu nampak bingung mendapati atasan barunya tampak sekali raut wajah terkejutnya melihat kedatangannya dan Arini.

Ganendra tersadar dari keterpakuannya kemudian menyambut kedatangan Candra dan Arini " Ah... Pak Candra dan Bu Arini ya.. silahkan duduk " ucap Ganendra menutupi kegugupannya dengan sedikit tersenyum. Matanya melirik Arini yang masih nampak syok.

Arini duduk disamping Candra dengan pikiran kacau. Hatinya resah dan berkecamuk. Orangnya tadi dipikirkannya kini benar-benar hadir dihadapannya.

Arini hanya duduk diam mendengarkan obrolan Candra dan Ganendra yang nampak akrab. Candra memang sudah mengenal Ganendra sejak pria itu masih remaja. Saat itu tampuk kepemimpinan perusahaan masih dipegang oleh Galuh.

" Semoga kedepannya kita bisa meningkatkan kembali penjualan kita Pak Candra " ucap Ganendra.

" Tentu Pak, saya akan berusaha semaksimal mungkin, saya akan dibantu oleh karyawan terbaik kita. Betulkan Arini " Candra mengalihkan perhatiannya kepada Arini.

Arini sedikit tergagap saat Candra tiba-tiba bertanya padanya " Ah... ten . tentu saja Pak. Saya akan berusaha juga " ucap Arini. Dalam hati Arini merutuki kebodohannya melamun disaat yang tidak tepat, terlebih lagi Ganendra dan Candra menatapnya membuatnya sedikit meringis malu.

" Saya baru tahu kalau Bu Arini adalah karyawan terbaik kita " ucap Ganendra tanpa mengalihkan pandangannya dari Arini. Pria itu menatap lekat mantan istrinya yang nampak jauh lebih cantik dan terlihat lebih dewasa.

" Arini sudah bekerja lima tahun di bawah saya, dia adalah salah satu Marketing handal perusahaan kita " ucap Candra bangga.

Ganendra ikut tersenyum mendengar betapa Candra sangat membanggakan Arini. Lima tahun ternyata waktu yang cukup lama untuk membuat banyak perubahan kepada seseorang.

Ganendra sedikit miris melihat Arini yang bahkan enggan hanya untuk sekedar menatapnya. Wanita itu bahkan membatasi interaksi mereka. terlebih Arini memilih berdiam diri daripada ikut menimpali obrolannya dengan Candra. Wanita itu akan membuka mulutnya jika ditanya saja. Selebihnya dia akan memilih diam sambil menundukkan kepalanya.

Rasa rindu dan penyesalan jelas sekali terlihat dari sorot mata Ganendra. Ingin rasanya pria itu menyambut Arini kedalam pelukannya. Namun hal itu tidak mungkin dia lakukan. Pria itu tidak ingin membuat Arini semakin membencinya. Pria hanya menahan segala perasaan didalam hatinya.

***


Semburat Lembayung Di Ujung SenjaWhere stories live. Discover now