Bab 35 . Undangan

1.9K 120 2
                                    

Kini Ganendra dan Leo sudah siap dan duduk menunggu Arini selesai bersiap dimeja makan. Setelah Arini ikut bergabung, mereka bertiga sarapan bersama.

" Rin, nanti malam kamu ada waktu luang ? " tanya Ganendra disela-sela sarapan mereka.

" Seperti ada. Kenapa ? " tanya Arini sambil tetap mengunyah makanannya.

" Bisa temani aku. Aku ada undangan ulang tahun kolega bisnisku. Dan aku terlalu segan untuk datang sendiri " ucap Ganendra.

" Tapi— " belum sempat Arini menolaknya Ganendra sudah terlebih dahulu memotong ucapannya.

" Please, tolong ya. sekali ini saja deh. Toh kamu juga tidak kemana-mana kan " pinta Ganendra dengna wajah memelas.

Arini terdiam sambil menimbang permintaan Ganendra. Arini tahu kalau Ganendra paling malas pergi sendirian keacara- acara seperti itu. Dulu sewaktu mereka masih menjadi pasangan, Arinilah yang selalu menjadi pendamping untuk Ganendra.

" Baiklah, tapi usahakan kita pulang dibawah jam sepuluh ya, soalnya aku tidak bisa meninggalkan Leo terlalu lama. Kasian Sari kalau dia pulang terlalu malam. " ucap Arini pasrah, menyetujui ajakan Ganendra.

" Tentu. Aku juga tidak suka terlalu lama berada disebuah pesta " ucap Ganendra.

Ganendra merogoh deompet disaku celananya dan mengeluarkan kartu hitam dan menyodorkan kearah Arini. Arini menatap kartu hitam yang disodornya Ganendra padanya lalu menatap Ganendra dengan memicingkan sebelah matanya.

" Pakailah untuk membeli gau pesta dan perlengkapannya. Karena kamu bersedia menemaniku, jadi pakailah kartu ini. Jangan ditolak, tolong pakailah " ucap Ganendra seperti tahu kalau Arini akan menolaknya.

" Aku masih punya Gaun yang bisa dipakai ke pesta " tolak Arini.

" Aku tahu. Tapi lebih baik kamu membelinya lagi. Gaun yang cocok untung pesta memwah dihotel berbintang " ucap Ganendra.

" Tsk, kamu kira gaunku tidak pantas berada ditempat seperti itu apa " kesal Arini.

Ganendra terkekeh lalu menggeleng pelan " Kamu tahu buka itu maksudku. Sudahlah pakai saja. Kamu akan menyesal jika tidak memanfaatkan kartuku dengan baik " ledek Ganendra.

Arini meraih kartu hitam Ganendra " Oke, aku akan memanfaatkannya dengna baik. Jangan menyesal, karena aku akan menguras isi kartumu " ucap Arini pura-pura mengancam.

" Tidak akan, " ucap Ganendra yakin. Karena dirinya tahu sifat Arini yang pandai menyimpan uang.

Arini mengangguk lalu memasukkan kartu hitam itu kedalam dompetnya. Sesua perintah Ganendra, Arini akan mengambil cuti setengah hari untuk berbelanja.

" Aku berangkat dulu ya, kamu jadi mengantar Leo kan ? " tanya Arini.

" Iya. "

" Aku berngkat duluan " pamit Arini lalu beralih kepada Leo yang sudah sedang emmakai tasnya " Sayang Bunda duluan, kamu berngkat sama Ayah kan ? " tanya Arini lalu mencium keing Leo

" Iya, hati-hati ya Bun, "

" Iya sayang. Ingatkan Ayah kamu untuk pelan saja bawa mobilnya "

Mobil Ganendra mengikuti mobil Arini dari belakang menuju keluar komplek. Mobil keduanya berpisah saat ditingan tak jauh dari komplek.

Ganendra turun dari mobil dan berjalan menuju kelas Leo sambil mengandnegan tangan anak itu. Kedatangan keduanya menarik perhatian para guru dan ibu-ibu wali muris yang juga mengantarkan anaknya.

Mereka terpesona dengan ketampanan Ganendra. Wajahnya yang sangat mirip dengan Leo membuat mereka tahu kalau dia adalah Ayah Leo.

" Eh...Leo diantar sama Ayahnya ya ? " sapa seorang ibu sambil tersenyum genit kearah Ganendra.

Leo yang tahu kalau wanita itu hanya menggoda sang Ayah, menatapnya datar.

" Iya, ini Suaminya Bundaku " ucap Leo

" Wah, ganteng ya Ayahnya Leo, mirip sekali dengan Leo " ucap ibu-ibu yang lainnya.

Mereka menatap Ganendra sambil senyum-senyum membuat Ganendra sedikit risih.

" Kamu masuk dulu sana, nanti pulang dijemput Mbak Sari ya, ada seikit pekerjaan, nanti malam kita bertemu lagi, oke " ucap Ganendra

" Oke " ucap Leo kemudian masuk kedalam kelasnya.

Ganendra berbalik meninggalkan kelas Leo melewati kerumanan ibu-ibu yang terus menatapnya kagum.

" Permisi ibu-ibu " ucap Ganendra sambil tersenyum tipis.

" Ah silahkan Ayahnya Leo " ucap mereka serempak.

Ganendra bergegas menuju mobilnya meninggalkan kerumunan ibu-ibu itu. Namun sayup-sayup dia bisa mendengar para ibu membicarakan dirinya, membuat Ganendra tersenyum.

Ganendra masuk kedalam mobilnya dan menjalankannya menuju salah satu boutiq terkenal dikota ini.

Tidak sampai tiga puluh menit, akhirnya Ganendra sampai di boutiq yang ditujunya. Ganendra memarkirkan mobilnya di basement bawah gedung ini.

" Selamat pagi Pak ada yang bisa saya bantu? " sapa seorang pelayan toko dengan senyum ramah.

" Selamat pagi, bisa bantu saya pilihkan Jas dan kemeja untuk pesta ? " tanya Ganendra.

" Baik, Mari ikuti saya Pak " ucap pelayan itu mempersilahkan Ganendra mengikutinya.

Ganendra mengikuti pelayan itu sampai kesebuah ruangan khusus untuk pakaian pria. Dengan dibantu pelayan itu Ganendra mencoba beberapa pakaian sebelum memilih nya. Ada satu jas dan dua kemeja yang dipilih oleh Ganendra, jas dengan warna biru dongker yang menjadi pilihannya.

***

Arini sedang mencoba beberaapa gaun yang menurutnya bagus. Dengan dibantu seorang pelayan toko, Arini berhasil memilih dua gaun dengan harga yang lumayan. Karena dia memikirkan jabatan Ganendra. Tidak mungkin dirinya memakai pakaian murah, karena pasti disana banyak orang-orang kaya.

Arini juga memilih salah satu sepatu yang cocok untuk Gaunnya, begitupun untuk tas tangannya. Saat sedang memilih-milih tas tangan terdengar notifikasi pesan masuk. Arini memeriksa pesan masuk yang ternyata dari Ganendra. Menyuruh Arini untuk memilih perhiasan sekalian.

Dan tentu saja dengan senang hati Arini memilih sebuah anting yang cocok dengan gaunnya. Setelah puas memborong gaun satu set Arini menuju salon langganannya untuk membantunya memperbaiki penampilannya.

Arini pulang sore harinya dan mendapati Ganendra sudah dirumah bersama Leo dan Sari. Hari ini Ganendra meminta tolong kepada Sari untuk menemani Leo sampai malam karena mereka ada undangan pesta.

" Sudah dari tadi ? " sapa Arini.

" Belum, tadi bertemu dengan teman lama dulu sebelum kesini " ucap Ganendra yang diangguki Arini.

" Saya mandi dulu dan bersiap, kamu pakai saja kamar Leo untuk mandi dan berdiap " ucap Arini.

" Iya, kamu saja duluan yang bersiap "

Setelah itu Arini menuju kamarnya untuk mandi dan bersiap, begitupun dengan Ganendra. Ganendra menghampiri Leo yang tengah berbaring dikasurnya dengan ditemani oleh Sari.

" Bapak mau mandi ya. silahkan. Saya keluar dulu " ucap Sari

" Ayah sama Bunda pulangnya jangan terlalu malam ya " pesan Leo.

" Iya, Ayah usahakan cepat pulangnya. Abang tak apa kan berdua dirumah dengan Mbak Sari " tanya Ganendra yang hanya diangguki oleh Leo.

Leo menunggu Ganendra selesai mandi dan bersiap. Dan keluar kamar bersama dan menunggu Arini diruang tamu. Ganendra menunggu Arini selesai berdandan dengan sabar.

Ganendra hanya mampu terpaku tanpa bisa engedipkan matanya melihat penampilan Arini kini. Dengan Gaun dengan kesan sopan namun terlihat elegan mampu membuat aura Arini menjadi lebih anggun dan berwibawa.

Arini sampai harus menegur Ganendra karena pria hanya terdiam mematung menatapnya tanpa mengedipkan matanya.

***


Semburat Lembayung Di Ujung SenjaWhere stories live. Discover now