Bab 20 . Taman Bermain

3K 150 1
                                    

Arini sedang santai sore di belakang rumahnya, Arini tampak merenungkan perubahan suasana kantornya. Biasanya dia akan mendengar bisik-bisik tentang dirinya atau Ganendra, namun beberapa hari ini suasana kantor tampak tenang.

Tentu saja Arini tak mau pusing, bukankah itu berarti hal yang bagus untuknya. Dia bisa kembali bekerja dengan tenang tanpa perlu mendengar gosip murahan lainnya.

Namun bukan hanya itu saja yang menjadi pikirannya, Arini pun merasakan ada yang berbeda dengan Wika. Gadis itu selalu menatapnya dan sering mencuri pandang kearahnya. Seolah ada hal yang diingin ditanyakan oleh Wika namun dia menahannya.

" Bun, Abang main ke taman depan ya " Leo mendatangi Arini untuk meminta ijin. Bocah itu tampak sudah rapi dan wangi.

" ditemani Mbak Sari kan ? " tanya Arini lalu membentangkan tangannya memberi isyarat kepada sang anak untuk memeluknya.

Leo memeluk Bundanya lalu mengecup pipinya " Iya ditemani Mbak Sari, sebelum jam 6 Leo sudah pulang kok Bun "

" Baiklah, Sari tolong awasi Leo ya "

" Baik Bu "

setelah mendapatkan ijin sang Bunda, Leo segera berlari menuju taman disekitar perumahan mereka. bocah tampan itu sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan sang Ayah.

Bahu Leo meluruh seketika saat tidak menemukan sosok yang dicarinya. Ada rasa kecewa yang menggelayuti anak itu.

Leo hanya duduk ditaman dengan wajah muruh membuat Sari nampak bingung dengan perubahan anak itu. Padahal sewaktu berangkat anak itu nampak ceria dan tidak sabar ingin segera ke taman. Namun kini Leo justru malah cemberut saat tiba disini.

" Abang kenapa? Bukannya tadi seneng banget bisa main kesini ? " tanya Sari.

Leo hanya menggelengkan kepalanya sambil memutar-mutar bola kakinya dengan lesu.

" Ajak yang lain main sepak bola yuk " ajak Sari.

Namun Leo masih menggelengkan kepalanya dan bangkit dari duduknya dan bermain bola sendirian. Leo menendang bola namun bola yang ditendangnya menggelinding jauh. Leo berlari mengejar bolanya namun seseorang sudah mengambil bolanya.

Semyum Leo langsung mengembang lebar saat tahu siapa yang mangambil bolanya.

" Om tidak telat kan " tanya Ganendra dengan senyum lebarnya.

Leo buru-buru menggelengkan kepalanya " Om Raja gak telat kok, Leo yang datangnya kecepetan " ucap Leo sumringah.

Dari jauh Sari tampak berjalan dengan cepat menuju mereka, raut wajajhnya sedikit cemas melihat Leo berbincang dengan seseorang yang tidak dikenalnya.

" Maaf Bapak siapa ya ? bagaimana bisa kenal Leo ? " tanya Sari sambil meraih tangan Leo dan menggenggamnya erat.

" Ah... maafkan saya, saya Raja sahabat barunya Leo, saya bukan orang aneh kok " ucap Ganendra sambil menyodorkan tangannya

Sari nampak mengamati sosok Ganendra yang tampan dan tampang atletis, jadi tidak mungkin pria didepannya ini adalah orang aneh atau penculik. Sari meraih uluran tangan Ganendra " Saya Sari Pak, pengasuhnya Leo "

" Senang kenal dengnamu Sari , kalau begitu saya ajak bermain Leo disini ya, kamu bisa mengawasi kami berdua sambil duduk dibawah pohon sana " tunjuk Ganendra pada sebuah pohon yang tak jauh dari tempat mereka.

Sari melihat pohon yang ditunjuk oleh Ganendra kemudian mengangguk pelan " Baiklah, saya tunggu disana " ucap Sari kemudian beralih kepada Leo " Abang Mbak Sari tunggu disana ya, tapi ingat hanya sampai jam setengah enam kita disini "

" Oke " ucap Leo " Ayo Om kita main berdua " ucap Leo sambil menyeret tangan Ganendra untuk mengikutinya.

Leo tampak sekali bahagia saat ini. Ini adalah impiannya bisa bermain bersama sang Ayah, terutama sepak bola. Sebetulnya Leo menyukai sepak bola dan Basket. Namun cukup sepak bola cukup untuk saat ini. Leo yakin lain hari dia bisa bermain basket dengan Ayahnya.

" Huft...huft... capeknya " ucap Leo sambil menjatuhnya badanya telentang disumput. Ganendra pun melakukan hal yang sama seperti yang Leo lakukan.

" Hahahaha... masa begitu saja sudah mengeluh capek " ledek Ganendra.

" Leo kan masih kecl Om, jadi wajar dong kalau energi Leo sedikit dibandingkan Om yang badannya bongsor " elak Leo.

" Lain kali kita main basket ya Om " ajak Leo.

" Oke, lain kali Om bawakan kamu bola basket milik Om semasa muda sekolah dulu , dulu Om pernah menjadi kapten Tim basket disekolah Om dulu " ucap Ganendra menyombongkan diri.

Leo tiba-tiba berguling dan menangkup dada Ganendra seperti bayi koala membuat Ganendra terkejut " Benarkah? Keren sekali " ucap Leo dengan mata berbinar bangga kepada sang Ayah.

" Tentu saja, tapi... hei apa yang kamu lakukan bocah. Kamu memelukku seperti bayi koala " protes Ganendra pura-pura kesal. Namun kedua lengannya justru memeluk punggung kecil Leo.

" Hahahaha.... Leo hanya ingin merasakan pelukan Ayah saja kok, ternyata rasanya seperti ini. Hangat dan nyaman " ucap Leo polos.

Ganendra terdiam mendengar kata-kata Leo barusan. Dalam hatinya berkata kalau sepertinya Leo merindukan sosok Ayahnya.

" Kalau Leo mau, Leo bisa menganggap Om seperti Ayah Leo sendiri " ucap Ganendra cepat tanpa berfikir.

Leo menatap mata Ganendra membuat pria itu merasa tak enak hati karena meminta bocah yang baru dikenalnya sebagai Ayahnya.

" Ah... kalau Leo keberatan Tidak.. "

" Mau Om, akhirnya Leo bisa merasakan punya seorang Ayah. Terima kasih ya Ayah " Leo menubruk Ganendra dan memeluk pria itu dnegan erat sambil menangis.

Ganendra tampak sedikit terkejut dengan reaksi Leo yang nampak tidak bisa menahan emosinya. Terlebih Leo memeluknya erat dan menangis dengan pilu. Tapi itu justru membuat Ganendra semakin terikat dengan Leo. Ganendra merasakan kedekatan yang hangat dengan Leo. Ganendra sendiri bingung bagaimana bisa dirinya begitu menyayangi Leo padahal mereka baru saja bertemu.

" Hei kenapa menangis. Anak Ayah itu pria yang kuat, jangan menangis. Nanti Ayah ikutan sedih lo " bujuk Ganendra mencoba menenangkan Leo yang masih terisak dipelukannya.

" Leo hanya merasa bahagia bisa punya Ayah " ucap Leo .

" Memang Ayah kandung Leo kemana ? "

Leo tidak menjawab pertanya Ganendra, bocah itu hanya menggelengkan kepalanya pelan.

" Baiklah kita bahas yang lain saja. Tapi karena sudah sore, sebaiknya Leo segera pulang. Takut Bunda Leo khawatir, oke ?! "

" Baiklah kalau begitu Leo pamit ya Ayah, minggu depan kita main ditaman bareng lagi ya "

" Tentu, ini... kartu nama Ayah, kalau ada apa-apa Leo bisa telpon Ayah " ucap Ganendra sambil menyerahkan kartu namanya.

" Oke Ayah " ucap Leo sambil tersenyum lebar.

" Dan rahasiakan dari siapapun soal hubungan kita ya "

" Tentu, Leo juga tidak ingin Bunda kebingungan dengan panggilan Ayah " ucap Leo

" Bagus, sekarang cepat pulang dulu. Itu Mbak Sari sudah menunggu "

" Leo pamit ya Yah, daaahhh " Leo melambaikan tangannya dan bergegas menuju Sari.

Ganendra membalas lambaian Leo dengan semangat. Hatinya menghangat melihat senyum bocah itu. Dirinya bahkan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Leo minggu depan.

Ganendra kembali kerumahnya dengan suasana hati yang bahagia. Sejak pertemuannya dengan Leo pria itu merasakan hidupnya jauh lebih berwarna. Tidak lagi selalu mengurung diri dengan perasaan bersalah kepada Arini. Mengingat tentang Arini Ganendra membayangkan kalau seadainya dirinya masih bersama dengan Arini, mereka bberdua pasti sudah punya anak sekarang. Namun dia justru membayangkan kalau Leo lah anak mereka.

***


Semburat Lembayung Di Ujung SenjaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant