Bab 27 . Ayah Dan Anak

2.7K 149 2
                                    

Ganendra tengah menemani Leo bermain dengan Boni, kelinci peliharaan Leo dirumah Ganendra. Namun mata pria itu tak pernah lepas dari sosok sang mantan yang tengah duduk di ayunan sambil mengangkat kedua kakinya. Ganendra sampai berkali-kali mengusap tengkuknya karena Arini nampak snagat cantik dan sexy dimatanya.

Ganendra buru-buru mengalihkan pandnagannya saat Arini menoleh kearahnya. Pria itu nampak gugup karena takut ketahuan karena menatap Arini. Pria mencoba menetralkan wajahnya kembali menjadi datar. Karena dia tidak ingin hubungannya dengan Arini kembali canggung seperti dulu.

" Sayang, kamu main disini sebentar ya. Ayah mau ke bunda dulu " ucap Ganendra yang diangguki oleh Leo.

Ganendra mendekati Arini dengan perlahan, dia tidak ingin mengagetkan mantan istrinya itu.

" Apa yang kamu pikirkan. Sedari tadi kamu melamun dan tidak fokus " tegur Ganendra membuat Arini tersentak kaget.

Arini menoleh kearah Ganendra yang kini sudah duduk manis disebelahnya.

" Tidak, hanya memikirkan pekerjaan saja " kilah Arini mencoba menutupi sesuatu.

" Yakin hanya masalah pekerjaan? Ayolah aku tahu kamu memikirkan Andrew kan ? " desak Ganendra tepat sasaran.

Arini hanya terdiam tak mampu mengelak. Wanita itu menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.

" Haruskah aku bertanya kepada Andrew kenapa dia membiarkan kamu berjalan sendirian ditengah malam. Apa dia tidak punya otak? Bagaimana dia bisa membiarkan kamu ditengah malam sendirian seperti itu. Kamu tidak tahu betapa bahaya diluaran sana Arini ?! " geram Ganendra menahan emosi.

" Ini bukan salahnya. Ini kemauanku sendiri ? " elak Arini.

" Sebegitu cintanya kamu kepadanya Arini? Sampai membela dia sebegitunya tanpa memikirkan keselamatanmu? " ucap Ganendra sedikit emosi

" Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan Leo jika terjadi sesuatu kepada Bundanya? Apa kamu rela dia berada dibawah asuhanku selamanya Arini? " lanjut Ganendra mencoba membuat Arini menyadari kesalahannya.

Arini terdiam.. tertampar dengar kebenaran ucapan yang Ganendra jabarkan. Dirinya terlalu ceroboh. Karena emosi sesaatnya dirinya tidak memikirkan keselamatannya.

" Maafkan aku. Sepertinya aku telah membuat kesalahan yang tidak aku sadari " ucap Arini pada akhirnya.

Ganendra tertegun saat menatap lekat kedua mata Arini. Jelas sekali tergambarkan rasa bersalahan dan penyesalan. Ganendra mengalihkan matanya kearah lain lalu berdehem.

" Ehemm.. lain kali tolong jangan ceroboh lagi " ucap Ganendra pada akhirnya yang diangguki oleh Arini

" Aku dengar dari HRD bulan depan kamu harus kembali kota A ? " tanya Arini.

" Iya, perusahaan disini sudah stabil. Jadi mau gak mau aku harus kembali " lirih Ganendra.

Mereka berdua sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Entah kenapa suasana yang sudah mencari diantara mereka mendadak dingin kembali.

" Tapi aku akan kesini minimal dua minggu sekali untuk menjenguk Leo. Aku belum membicarakan ini dengan anak itu " ucap Ganendra.

" Ya kamu harus. Bicarakan perlahan dengan Leo. anak itu pasti mengerti. Dia nampak jauh lebih dewasa dari yang kita duga " ucap Arini.

" Ya... dia tampak sangat luar biasa. Aku snagat bangga padanya. Terima kasih sudah membesarkan Leo dengan baik Arini. Kamu Bunda yang sangat hebat. Dan terima kasih sudah mengijinkan aku menjadi Ayah untuk anak semanis Leo " ucap Ganendra penuh ketulusan.

Arini menatap Ganendra, tersirat sorot mata penuh ketulusan dari pria itu.

" Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan selayaknya seorang ibu terhadap anaknya " ucap Arini.

" Meskipun begitu aku tetap berseyukur bisa mempunyai anak seperti Leo "

" Leo memang anak yang manis dan perhatian terhadap orang yang dia sayangi.

" Oh iya, hari senin jangan lupa beritahu anak-anak Marketing untuk meeting bulanan bersamaku "

" Apa ada hal yang serius? " tanya Arini kaget. Pasalnya tidak pernah Ganendra meminta meeting dengan anak-anak marketing. Biasanya cukup dirinya saja atau dengan Pak Candra.

" Tidak apa. Aku hanya ingin menyemangati mereka untuk yang terakhir kalinya sebelum aku meninggalkan perusahaan " ucap Ganendra

" Ah.. begitu ya " Arini terdiam. Entah kenapa ada sesuatu disudut hatinya yang tidak menginginkan Ganendra pergi. Namun dirinya tidak mungkin melarang pria itu pergi. Karena mereka berdua sama-sama mempunyai kehidupan masing-masing.

Ganendra menepuk bahu Arini dan beranjak dari kursi dan berjalan menghampiri Leo. Anak itu masih asyik bermain bersama boni sambil sesekali menoleh kearah kedua orang tuanya.

" Ayah, lihat Boni nakal. Dia mencur wortel Leo " teriak Leo saat melihat sang Ayah datang.

" Oh Ya... harus kita apakan Boni nya ? " ujar Ganendra sambil mengangkat kelinci putih itu dengan tangannya.

" Kita beri hukuman dia jangan dikasih wortel sampai besok " ujar Leo

" Lalu kita kasih makan apa dia kalau kamu hukum tidak boleh makan wortel ? "

" Emmmm " Leo bergumam dengan gaya seperti sedang memikirkan sesuatu membuat Ganendra gemas seklai dengan tingkah anaknya.

" Bagaimana kalau kita kasih dia sayuran saja " ucap Ganendra/

" Baiklah. Satu jenis saja. Itu hukuman dia karena mencuri wortel Leo " ucap Leo.

" Baiklah, sekarang kita kembali Boni masuk kedalam kandangnya. Setelah itu kamu pergilah mandi "

" Tidak bisakah kita bermain sebentar lagi Ayah ? " rayu Leo dengan Puppie Eyes nya

Genendra terkekeh geli melihat gaya Leo yang tengah merayunya. Namun dia harus menolak karena ini sudah waktunya Leo untuk mandi sore.

" Sayangnya Ayah harus menolak sayang. Karena kita harus mengantar Bunda pulang kerumah " ucap Ganendra lembut namun tegas

" Baiklah. Tapi Ayah mandikan Leo ya " ucap Leo

" Oke. Kalau begitu kita Lets go "

Ganendra mengangkat tubuh Leo dan mengendongnya di bahunya membuat Leo tertawa lepas. Ganendra mengnedong Leo sambil berlari memutari taman.

Dari kejauhan Arini melihat mantan suami dan anaknya sednag tertawa dengan Leo berada diatas bahu Ganendra. Dalam hatinya dia merasa lega bahwa hubungan mereka bertiga baik-baik saja tanpa adanya suatu masalah.

Arini terpekur memikirkan kembali keputusannya untuk membuka hatinya dan menjalin hubungan dengan Andrew. Alasannya dulu dia membuka kembali hatinya adalah demi Leo. namun tampaknya dia salah sangka selama ini.

Leo baik-baik saja selama ini. Terlebih dengan kehadiran Ganendra saat ini. Namun Arini juga tidak bisa menolak Andrew karena kebaikan pria itu. Rasanya tidak adil untuk Andrew jika dia menolak pria itu karea alasan kehadiran Ganendra.

Namun Arini kembali teringat dengan perlakuan keluarga Andrew padanya, rasanya menjalin hubungan Andrew adalah suatu hal yang tidak mungkin. Arini tidak mampu membayangkan jika dia harus menjalin hubungan tanpa restu keluarga Andrew.

Terlebih lagi dirinya terlalu baik jika hanya untuk dihina dan direndahkan oleh keluarga Andrew. Arini tidak akan membiarkan siapapun menghina dan merendahkan lagi dirinya atau Leo.

" Sepertinya aku harus memikirkan kembali keputusanku " gumam Arini.

Bagi Arini, harga dirinya terlalu rendah kalau hanya untuk diinjak-injak oleh seseorang yang sama sekali tidak mengenal dirinya. Terlebih dia tidak ingin membiarkan siapapun menyakit Leo.

***


Semburat Lembayung Di Ujung SenjaWhere stories live. Discover now