Bab 17 . Secangkir kopi

4K 183 1
                                    

" Sayang, buruan sarapannya, Bunda sudah kesiangan nih " ucap Arini kepada Leo dari kamarnya. Sari ijin tidak datang selama satu minggu karena ada saudaranya dkampung yang menikah. Jadinya untuk seminggu kedepan Arini sendiri yang akan mengantar jemput Leo disekolahnya.

Arini mendatangi Leo sambil menenteng tas kerjanya keruang makan.

" Sudah selesai sayang ? " tanya Arini

" sudah selesai Bun " ucap Leo sambil memakai tas sekolahnya.

" Yuk berangkat " Arini mengulurkan tangannya kepada Leo.

Leo menyambut uluran tangan Arini dan berjalan dengan bergandengan tangan menuju mobil mereka setelah mengunci pintu. Arini menjalankan kendaraan menuju sekolah Leo.

Arini memarkirkan mobilnya didepan pintu gerbang dan menunggu Leo keluar mobil.

" Pulangnya tungu Bunda jemput ya sayang. Kalau Bunda belum datang Leo tunggu di pos security ya " pesan Arini kepada sang anak sebelum Leo berlari menuju kelasnya.

" Oke, Leo masuk kerlas dulu ya Bun " pamit Leo sambil mencium tangan Arini. Bocah itu melambai saat mobil snag Bunda bergerak meninggalkan halaman sekolahnya, kemudian berlari menuju kelasnya.

Arini sampai dikantor lima menit sebelum jam masuk kantor. Dengan sedikit berlari, Arini bergegas menuju lift. Namun langkahnya terhenti saat melihat Ganendra dan Rusdy berada didalamnya.

" Arini, gak mau masuk ? " tegur Rusdy.

Arini melirik Ganendra yang menatapnya tanpa kedip " Ah iya Pak, maaf saya sedikit melamun " ucap Arini sambil melangkah masuk.

Arini memilih berdiri disudut lift sambil mengetuk-ngetukkan heels nya. Entah kenapa perjalanan menuju lantai kantornya berapa terasa sangat lama. Arini mengangkat wajahnya, dapat dilihat dri pantulan dinding lift jika Ganendra terus menatapnya.

Arini membuang wajahnya kesamping tak ingin melihat wajah Ganendra. Arini tidak ingin pertemuannya dengan Ganendra pagi ini merusak moodnya.

" Saya duluan Pak, permisi " pamit Arini saat pintu lift terbuka dilantai Divisi marketing, Rusdy dan Ganendra sama-sama mengangguk.

Arini menghempaskan tubuhnya dikursinya sambil mengusap wajahnya. Entah kenapa setiap menatap wajah Ganendra membuat suasana hati wanita itu kacau. Arini mengendus aroma kopi diruangannya, matanya melirik secangkir kopi kesukaannya diatas mejanya.

" Pasti Wika nih. Tahu saja itu anak kopi kesukaanku. Tumben dia baik begini. Ada angin apa nih " gumam Arini sambil meraih cangkir dan menyeruput isinya.

" Hemmm ... nikmatnya " gumam Arini, nampaknya secangkir kopi kesukaannya mampu memperbaiki suasana hatinya pagi ini.

Arini kembali meletakkan cangkir kopi diatas mejanya lallu menyalakan komputernya unutk memulai pekerjaannya. Setelah proyek dengan Margo sukses besar, kini Arini dipercaya lagi oleh Candra untuk memegang proyek besar lainnya.

***

Ganendra sedikit gelisah menanti kedatangan Desta diruangannya pagi ini. Tampaknya sekertarisnya dikantor pusat itu masih terjebak kemacetan dijalan setelah melakukan kunjungan kekantor pusat selama tiga hari.

" Bagaimana Des, sudah kamu pesankan kan ? " tanya Ganendra langsung saat melihat Desta muncul didepan pintu ruangannya.

" Baru juga sampai Bos, suruh duduk atau minum dulu kek " ucap Desta dengan nafas sedikit terengah. Nampaknya pria muda itu baru saja berlari menuju ruangan Bosnya.

" Tsk, tinggal jawab saja apa susahnya " omel Ganendra tapi menyodorkan sebotol minuman dingin untuk sekertarisnya itu.

Desta menerima uluran botol minum dari Ganendra lalu menegaknya hingga menyisakan setengah botol " Sudah Bos, pagi-pagi seklai aku sudah pesankan. Langsung diantar keruangan Ibu sama OB kantor " ucap Desta.

Semburat Lembayung Di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang