A Son

364 66 13
                                    

Perhatian! Mohon dipahami bahwa penggambaran tentang dewa-dewi Yunani dalam cerita ini banyak yang tidak akurat, penulis mengubah beberapa fakta tentang mereka agar sesuai dengan jalan cerita yang ada.

Lee Heeseung as Gaver
Yu Jimin as Lara
Other cast are all OC

***
A Son
***

"Aku hanya ingin memastikan anakku baik-baik saja Venus"

Ucapan Hermes barusan membuat Aphrodite seketika mendelik tak terima, ia melipat tangan di depan dada sambil berjalan mendekat pada si dewa pembawa pesan.

"Anakmu? Siapa anakmu?"

Berani-beraninya Hermes menyebut Lara sebagai anaknya, Aphrodite tidak sudi jika putri yang ia besarkan dengan susah payahnya diakui oleh dewa sialan ini. Ia sudah bersiap dengan segala umpatan di ujung lidah, itu kapan saja akan dengan mudah keluar untuk menyerang Hermes.

"Keduanya, dua-duanya anakku.."

"Putriku hanya satu Hermes, dan ku peringatkan jangan berani menyebutnya sebagai anakmu"

Aphrodite sama sekali tidak mengerti ucapan Hermes, kenapa dua? Putrinya hanya Lara seorang. Ia begitu tidak terima sampai menunjuk-nunjuk wajah sang dewa pembawa pesan dengan penuh emosi, Hermes tertawa melihat respon Venus-nya yang begitu meledak-ledak.

"Begini Venus, Lara itu sangat manis dan dia juga tidak keberatan jika aku jadi ayahnya"

Hermes berkata dengan bangga, ia juga mengangkat satu alisnya pongah. Sebab teringat ucapan putri Aphrodite tadi bahwa ia tidak keberatan jika sang dewa menjadi ayahnya, belum lagi Lara juga menyebutnya tampan dan berkata ia pasti akan jadi ayah yang baik.

"Tidak, kau tidak akan jadi ayahnya.. takkan pernah!"

Mendengar penuturan Aphrodite yang terus menolak, Hermes lalu berdiri. Ia berjalan mendekati sang dewi kecantikan, melangkah lurus maju kearahnya sedangkan Aphrodite senantiasa berusaha menjauh sampai akhirnya Hermes meraih pinggang ramping sang dewi sehingga ia tak lagi dapat melarikan diri kemanapun.

"Lara hanya salah satu dari anakku Venus, sedangkan yang lain..."

Omongannya menggantung, satu tangannya meraih sebelah tangan Aphrodite untuk ia bawa keatas permukaan perut bagian bawah sang dewi kecantikan dan di letakkan disana. Ekspresi wajah Aphrodite kembali berubah, ia melebarkan manik abu-abunya dengan diikuti kepanikan yang kentara di wajah.

"Disini, masih belum lahir"

Sambungnya setelah berhasil membuat Aphrodite panik setengah mati, kini semuanya jelas. Karena setelah menghabiskan waktu bersama dengan Hermes ia jadi merasa tidak sehat, pusing dan lemah hingga puncaknya hari ini jatuh pingsan di taman miliknya sendiri. Potongan-potongan kebenaran itu terkumpul menjadi sebuah gambaran yang paling Aphrodite tidak inginkan, sesuatu yang sang dewi kecantikan telah dapatkan meskipun ia sama sekali tidak menginginkannya.

"Aku sangat berharap itu adalah putri yang sama cantik dan manisnya seperti Lara, tapi seorang putra yang tampan juga tidak buruk"

Setelah itu Hermes berlalu, ia pergi begitu saja lewat jendela besar kamar Aphrodite. Meninggalkan sang dewi kecantikan dalam keadaan sangat terkejut sendirian disana, barulah setelah Hermes pergi ia meledak besar. Mengamuk serta melempar apapun yang ada didekatnya hingga berserakan di atas lantai, berteriak tidak terima tapi semuanya telah terlambat karena sudah terlanjur terjadi.

PRAAANG!

Pecahan guci-guci marmer bertebaran dimana-mana, begitupun kain sutera pelapis dipan jati tempat tidur Aphrodite, benda itu memiliki nasib yang sama menyedihkannya seperti guci-guci hiasan yaitu sama-sama tergeletak di atas permukaan lantai. Benda-benda tak berdaya itu menjadi sasaran amukan sang dewi kecantikan yang terbawa emosi, padahal ia sudah mencoba menolak kenyataan bahwa saat ini dirinya memang sedang mengandung anak Hermes tapi ternyata sang dewa pembawa pesan malah sudah mengetahui keberadaan bayi didalam rahimya.

HUNTER AND THE NIMPHWhere stories live. Discover now