The Battle Of Zeus Sons

385 56 13
                                    

Perhatian! Mohon dipahami bahwa penggambaran tentang dewa-dewi Yunani dalam cerita ini banyak yang tidak akurat, penulis mengubah beberapa fakta tentang mereka agar sesuai dengan jalan cerita yang ada.

Lee Heeseung as Gaver
Yu Jimin as Lara
Other cast are all OC

***
The Battle Of Zeus Sons
***

Hermes melesat menjauh setelah melayangkan tinju pada Apollo, ia buru-buru terbang cepat agar dapat segera menyusul Artemis dan Lara. Meski dua gadis itu telah menghilang dari pandangannya, ia tetap berusaha mencari mereka. Belum lagi sang dewa matahari yang sudah pasti akan terus mengejarnya, Hermes mati-matian terbang secepat mungkin supaya tidak ditangkap olehnya.

"Sial, mereka cepat sekali"

Gerutunya sambil terus terbang, pergelangan kakinya masih teramat perih karena dicengkeram Apollo. Permukaan kulit Hermes juga kelihatan melepuh, merah serta jelas begitu menyakitkan bagi si empunya kaki. Suara gemerincing kereta kuda emas milik Apollo terdengar mendekat, sang dewa pembawa pesan bergidik ngeri. Bagaimana tidak jika di atas kendaraan itu berdiri si dewa matahari, dengan tampilan paling menyeramkan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Cring! Cring! Cring!

Jantung Hermes berpacu kencang, ia sesungguhnya sangat takut akan kemarahan Apollo. Tapi terpaksa harus bertahan demi cintanya terhadap Aphrodite, demi keselamatan Lara juga. Ia tak akan pernah membiarkan Lara dalam bahaya, tak perduli meski mereka baru saja bertemu ataupun bahaya yang sedang mengincar dirinya sendiri Hermes tetap bertahan.

"Hermes! Berhenti kau!"

Suara Apollo tak ubahnya momok mengerikan yang terus memenuhi telinga Hermes sekaligus angkasa raya, lihatlah bagaimana kobaran api yang berada di sekujur tubuhnya bahkan meninggalkan jejak beberapa meter ke belakang. Seolah ada ekor panjang terbuat dari api panjang yang membelah langit jika dilihat dari bumi, ekor itu membentang seratus delapan puluh derajat dari sisi satu ke sisi lainnya seperti akan membelah langit dunia.

Apollo mengangkat busurnya, benda itu tak beda jauh dari tubuh sang empu. Sama-sama diselimuti api yang menjilat-jilat, begitupun anak panahnya. Sang dewa matahari tak lagi berpikir panjang, baginya saat ini jika ia harus bertarung dengan Hermes sampai mati pun itu sama sekali bukan masalah.

Busur kian melengkung saat sang dewa matahari menarik talinya, ia membidik tepat pada tubuh Hermes. Lalu dalam sekali lepas, puluhan anak panah api melesat menuju ke arah saudara satu ayahnya itu. Untungnya yang menjadi sasaran sadar bahwa ada bahaya mendekat, Hermes segera berhenti. Benar saja, saat ia menoleh kebelakang ternyata puluhan anak panah berapi tengah menuju kearahnya maka ia segera mengeluarkan tongkat Caduceus miliknya.

Hermes jarang sekali bertarung, maka dari itu ia tidak memiliki banyak pilihan senjata melainkan hanya sebuah tongkat sepanjang lengannya ini saja. Tongkat tersebut terdiri dari dua ular yang melingkar di sekitar tongkat yang lebih panjang, dan memiliki sayap kecil di atasnya.

Senjata yang Hermes miliki ini tidak ditujukan untuk bertarung, melainkan untuk membawa perdamaian. Biasanya hanya dijadikan simbol atau tanda bahwa sang dewa pembawa pesan hanya akan berdiri di atas kebenaran, namun kali ini ia terpaksa menggunakannya untuk menghalau panah-panah api kiriman Apollo karena kemampuan terbangnya tak cukup guna menghindari puluhan anak panah itu.

Suara metal bertemu metal terdengar nyaring saat Hermes berusaha menangkis serangan Apollo, melihat ada kesempatan saat Hermes sedang sibuk menangkis serangannya, sang dewa matahari melesat mendekat. Ia tersenyum miring melihat saudara seayahnya itu kewalahan, sementara Hermes ia lama kelamaan jadi turut emosi apalagi melihat raut pongah Apollo yang sangat menyebalkan.

HUNTER AND THE NIMPHWhere stories live. Discover now