Bab. 31

1K 152 22
                                    

We are Just Partner
07.12.23





Aku kasih triple up ya, happy reading.













"Ayah."

"Oh, kau di sini?" Lelaki di atas kursi roda, Lan James menatap pada lelaki dengan setelan jas lengkap yang masuk ke dalam kamar naratetama itu dan menghampirinya. "Apa kau belum berangkat ke kantor?"

"Aku mampir."

Lan James mengangguk. Lelaki paruh baya yang saat ini duduk di ruang tengah kamar rawat itu kembali melihat ke atas ranjang di mana cucunya berada, "Yibo tidak mau makan. Dari kemarin dia mengamuk. Mengusir dokter dan menolak semua pengobatan."

"Ayah sudah membujuk?" Lelaki berperawakan tinggi di sisinya, Lan Wangji meliirk sang ayah yang mengangguk.

"Aku, Haikuan dan Istrinya. Semua sudah membujuknya, tapi dia terus bergeming seperti itu. Lihat, dia bahkan mencabut selang infus karena marah." James menghela napas kembali. Perilaku cucunya benar-benar mirip putra pertamanya, Lan Wangyi, ayah Yibo yang telah tiada.

Putranya itu juga pernah melakukan hal serupa saat ia menolaknya bekerja di kepolisian. Meski kemudian Lan Wangyi melepaskan jabatannya setelah James memberinya pilihan agar melepaskan karier di kepolisian jika ingin menikah dengan ibu Yibo.

"Perilaku terus mengurung diri di dalam selimut sepanjang waktu. Ini juga mengingatkanku pada masa lalu, pada hari di mana Yibo ...."

James tak sanggup meneruskan ucapannya. Mengingat kembali bagaimana putra dan menantunya mati, lalu cucunya dinyatakan gila membuat hati lelaki paruh baya itu menjadi sakit.

Lan Wangji hanya diam melihat keponakannya. Yibo bisa dikatakan cukup mandiri, selepas menanggalkan marga Lan, lelaki muda itu tidak pernah datang untuk meminta bantuan seberat apapun masalah yang dihadapinya. Karenanya jika sang keponakan menjadi seperti ini, maka ini pasti ada hubungannya dengan masa lalu anak itu.

"Apa Omega itu menemuinya?" tanya Lan Wangji pada sang ayah yang mengerutkan kening.

"Omega yang mana?"

"Rekan satu tim-nya."

"Oh, yang itu." James mengingat kembali sosok cantik yang terlihat mandiri saat dirinya pertama kali menemui Yibo di rumah sakit. "Sejak Yibo sadarkan diri pagi kemarin dia belum datang."

Lan Wangji mengangguk. "Lalu di mana Haikuan?"

"Mereka bilang akan pergi sebentar untuk mengajak seseorang ke sini."

"Pasti omega itu."

"Omega itu?" James menatap sang putra yang hanya mengangguk dalam diam. Lelaki paruh baya itu berniat bertanya kembali saat ketukan di pintu kamar terdengar.

"Selamat pagi."

"Oh, selamat pagi." James yang baru saja menyahut salam dari sang tamu yang ia ingat sebagai 'omega rekan satu tim cucunya' terkejut saat Wang Yibo, tiba-tiba bergerak dari ranjangnya. Alpha muda yang sejak tadi memunggungi kakek dan pamannya bak orang mati itu berbalik dan duduk menatap tamu mereka dengan manik berkaca-kaca.

"Aku ingin menjenguk Letnan Wang, bolehkah?" tanya Zhan yang sontak dianggukkan kedua lelaki di sana. Di mana James hanya diam saat Omega itu kemudian melangkah mendekati sisi ranjang di mana Yibo duduk dan menatap lekat pada tamunya.

Padahal baru saja dia mengamuk seperti seekor singa yang diusik daerah teritorialnya, tapi lihat sekarang, tatapannya seperti anak kucing yang tengah merajuk.

(TAMAT) We are Just a PartnerWhere stories live. Discover now