Bab. 36

1.2K 172 49
                                    

We are Just Partner
13.12.23





"Maka begitulah aku kehilangan bayiku, anak pertama kita." Zhan menatap Yibo yang telah berlinang air mata demi mendengarkan ceritanya.

Letnan itu menunduk dan dalam diam mengusap bulir air yang seolah menolak berhenti mengalir dan keluar dari kelopak matanya.

"Apa kau sedih?" Zhan memiringkan kepala, berusaha melihat ekspresi sang letnan yang hanya mengangguk dalam diam, terlalu sibuk mengusap air matanya.

Zhan menggapai kedua tangan Yibo hingga alpha itu terkejut saat ia maju dan mengecup kedua kelopak matanya lalu tersenyum. "Maka perlakukan aku dengan baik di masa depan, ya?"

Wang Yibo terdiam sejenak. "Kau ... sungguh akan menerimaku?"

Zhan mengangguk. "Kau sudah menggigitku, tentu saja kau harus bertanggung jawab."

Yibo tersenyum di sela air matanya yang kembali turun. Dan melihat itu, Zhan kemudian tertawa sembari mencubit kedua pipi sang letnan yang mulai mengaduh seiring lebarnya pipinya direnggangkan.

"Kau sungguh menggemaskan, Wang Yibo."

Yibo tidak mengatakan apa pun, letnan yang masih setia menangis itu hanya patuh saat rambutnya diacak-acak, pipinya dicubit kembali, dan ujung hidungnya digigit hingga merah oleh sang omega.

~~~...~~~

Pintu keluar bandara Luoyang, Henan.

Seorang lelaki yang masih terlihat muda berjalan sembari memeriksa ponselnya. Di sisi kanan dan kirinya, empat lelaki dengan wajah menyeramkan terlihat mengamankan jalan agar sang tuan tidak menabrak pejalan kaki lainnya. Sedangkan dua lelaki di belakangnya sibuk membawa empat koper besar dan beberapa tas kecil yang dililitkan di sekitar lengan dan leher mereka.

"Di mana anak ini? Apa ponselnya mati atau bagaimana?" Wajah si lelaki telihat kesal karena pesan yang sedari tadi ia kirim rupaya tidak kunjung dibaca, dan panggilannya juga tidak dijawab.

"Boss, kita akan ke mana?" Salah satu lelaki di sana melihat pada sang boss yang menghela napas dan dalam diam menatap hamparan hiruk pikuk kesibukan kota yang tersaji di depannya.

"Sementara kita akan menginap di hotel sampai Zhan menghubungiku."

"Baiklah, Boss, Anda ingin menginap di hotel mana?"

"Cari saja hotel terbaik di daerah ini, aku ingin layanan pijat dan catering yang enak, kalian juga lapar, kan?"

"Ya, Boss!" Enam lelaki di sana menyahut serempak. Wajah mereka yang terlihat bahagia membuat si lelaki hanya tersenyum mencibir.

"Kalian sudah mengunyah banyak sekali makanan di atas pesawat, tetapi masih saja lapar? Aku yakin tubuh kalian itu berisi lemak, dan bukannya otot!"

Keeman lelaki di sana hanya tersenyum, karena meski boss besar mereka ini sering kali bersikap semena-mena, tapi dia juga sangat pemurah dan tak pernah segan mambantu anak buahnya.

"Boss, taksinya sudah datang." Salah satu lelaki yang kemudian dipanggil Kakak He oleh semua lelaki di sana mempersilakan boss mereka masuk ke kursi penumpang, sementara dirinya duduk di kursi samping kemudi setelah sebelumnya membantu lima temannya yang lain untuk memasukkan barang ke bagasi pada taksi lainnya.

"Hotel mana yang bagus di sini?"

"Oh, maaf, Tuan?" Si supir yang rupanya sedari tadi menjadi takut akan penampilan para lelaki yang memasuki taksi di belakangnya menoleh pada sang penumpang yang meliriknya.

"Antarkan kami ke hotel terbaik yang memiliki pelayanan pijat dan catering."

"Pijat, Tuan?" tanya si supir meyakinkan.

(TAMAT) We are Just a PartnerWhere stories live. Discover now