prolog

466 43 7
                                    

Ibaratnya gini, I ngasih anak-anak kebebasan buat lakuin whatever they want asal bisa ambil tanggung jawab for everything they done. Tapi I lupa if every child have their own characteristic. Same method tidak selamanya can give same result.

Then, this is my experiences with my children. Yang satu jadi anak super peka, yang satunya lagi, ckckck. Sorry, guys, it's my fault.

—Oh Yunho


Setiap tiga bulan sekali, Yunho dan Soyoung akan pulang dari dinas keluar negeri mereka. Lebih tepat disebut sebagai liburan berkedok dinas, sih, karena nyatanya sejak sepuluh tahun belakangan hampir tidak ada lagi pekerjaan yang Yunho handle. Kebanyakan sudah dia pindahkan untuk dikerjakan oleh Junmyeon, putra tertuanya. Jadi, bekerja hanyalah kamuflase untuk Yunho dan Soyoung untuk menghabiskan masa tua mereka ke tempat-tempat di belahan dunia lain. Walau sebenarnya kedua putra mereka juga sudah mengetahui fakta tersebut.

Perjalanan ke Qatar, transit di Malaysia, dan sekarang akhirnya pasangan itu sudah sampai ke Indonesia setelah tiga bulan lamanya menghabiskan waktu di negara tetangga tersebut. Soyoung mengaitkan tangannya ke lengan Yunho, sedangkan sang suami sibuk menerima panggilan dari bungsu mereka.

"Biar Sehun jemput saja. Ayah sama ibu pasti capek. Ko Jun juga lagi ada meeting. Biar Sehun yang jemput kalian di bandara."

That's totally weird for them. Fishy. Si bungsu, Sehun mau menjemput mereka ke bandara. Padahal biasanya anak berusia delapan belas tahun itu paling tidak sudi untuk dimintai pertolongan.

Yunho mengernyit, sedangkan Soyoung hanya tertawa saja. Di kepala pasangan itu terukirkan jika putra bungsu mereka pasti menginginkan sesuatu. Sehun, si paling manja dan tidak bisa diberitahu itu tidak akan pernah mau melakukan sesuatu yang merepotkannya, kecuali jika dia menginginkan sesuatu.

"You kesambet apa? You tidak pergi ke tempat-tempat keramat atau apa, 'kan?"

"Sayang!" Soyoung mendengkus pendek dengan isi kepala suaminya itu. Ada-ada saja kecemasan yang mengisi hati Yunho kalau sudah menyangkut Sehun. Pasalnya anak bungsu mereka memang agak ajaib.

"Ayah apa-apan, sih? Aku mana pernah pergi ke tempat begituan!" balas Sehun kesal.

"Well, Ayah hanya make sure saja. Soalnya sangat tidak mungkin buat you mau ke sini tanpa diminta lebih dulu." Yunho menjawab santai. "You dimintain tolong saja masih belum tentu mau, kok."

"Orang tua lain mah seneng kalau anaknya berubah. Ayah malah curigaan sama anak sendiri. Aneh."

Yunho tertawa mendengar ucapan Sehun. Kalau menjadi orang tua dari anak lain, mungkin Yunho akan sesenang yang Sehun ucapkan tadi. Tapi, dia itu ayahnya Sehun. Dia tahu tabiat Sehun yang tidak pernah berubah sejak dulu. Makanya, Yunho jadi cemas sendiri kalau Sehun tiba-tiba berubah seperti sekarang.

"Jadi, mau Sehun jemput, nggak?"

"Alright, alright, you can pick us then. Ayah sama Ibu can duduk dulu sambil nunggu you sampai kalau begitu."

Yunho sudah mencoba mencari tempat duduk untuk mereka berdua saat Sehun tiba-tiba berkata, "No need, Ayah. I already here. In which floor you are now?"

"You apa?"

"Sehun sudah di bandara, Ayah," jawab suara dari seberang.

Baik Yunho maupun Soyoung, mereka jadi makin yakin jika memang ada yang bungsu mereka inginkan.

"Dia kesambet apa coba?" ucap Yunho pada istrinya.

Soyoung hanya menggeleng, tidak tahu juga harus menjawab apa.

Papa's Diary •√Where stories live. Discover now