29. Chaos

212 42 46
                                    

One thing I wanna told you, you aren't a robot. Memangnya kalau Uncle menuhin ego gitu, Uncle bisa jadi Superman apa? Kagaakkk! Uncle cuma bisa tumbang.

Sorry kalau kesannya kasar. Tapi memang sengaja, sih, biar Uncle sadar.

—Oh Yoongi


"Papa ... you okay?"

Tidak seperti biasa, Jongin sudah bangun lebih dulu dari Papa. Jongin tidak tahu sekarang jam berapa, yang pasti dia yakin kalau saat ini sudah jauuhhh dari jam biasa mereka memulai hari.

Padahal Papa bilang hari ini Papa harus pergi ke kampus untuk sesuatu yang berhubungan dengan kikipcinya. Tapi Papa malah masih tidur dan tidak ada tanda-tanda akan bangun dalam waktu dekat.

Jongin menggerakkan tangan kecilnya, untuk kesekian kali dalam pagi ini dia mencoba membangunkan Papa yang masih belum memberikan respons sama sekali. Suhu tubuh Papa tinggi, dan Papa juga berkeringat banyak sekali hingga kaosnya basah. Jongin jadi yakin kalau papanya sedang sakit, tapi dia tidak tahu harus melakukan apa di saat seperti ini. Jongin itu masih kecil, masih empat tahun. Dia belum paham cara merawat orang sakit.

"Papaaa, banun. Papa num obat bial bubuh," ucap Jongin sambil menahan air matanya. Dia sedih melihat wajah Papa yang pucat, lalu napas Papa juga terdengar berat. Dada Papa naik-turun dengan cepat. Papa jauh dari kata sehat saat ini.

"Papaaa! Papa! Banun!"

Seperti Papa yang selalu membangunkan Jongin dengan ciuman, Jongin mencoba cara itu kali ini. Dia memberikan ciuman bertubi-tubi di wajah Papa, lalu maniknya mencoba mengamati efek dari ciuman tadi. Nihil, tidak ada pergerakan apa pun yang Papa berikan. Papa masih asik menutup mata dan tidak menjawab Jongin sama sekali. Kalau seperti ini terus, Papa bisa tambah parah nanti. Jongin menahan bibirnya agar tidak mengeluarkan isakan. Dia tidak mau Papa semakin sakit kalau dia rewel.

"Papaaa," panggil Jongin pelan. Mata bulatnya semakin terlihat sedih karena tidak ada jawaban.

Padahal kemarin Papa janji agar tidak sakit-sakit. Papa juga masih tersenyum saat bicara sama Jongin. Papa terlihat baik-baik saja walau suhu tubuhnya lumayan tinggi. Dan malamnya mereka masih makan bersama, lalu bermain sebentar karena Papa sedang tidak enak badan. Tapi paling tidak Papa masih menjawab dan merespons Jongin. Sekarang Papa malah tidak membuka mata sama sekali, membuat Jongin sangat ketakutan.

"Papa, banun! Papaaa!" Sebanyak apa pun Jongin mencoba, Sehun tetap bergeming. Tidak ada suara lembut yang menjawab panggilan Jongin, dan tidak ada juga gerakan dari papanya. Bahkan sekadar lenguhan pendek pun tidak terdengar sama sekali.

Papa masih hidup, kan?

Jongin yang dilanda rasa panik itu mulai menangis sambil memeluk tubuh papanya dengan erat. Anak itu takut kalau papanya seperti Nenek Jia, bibinya Papa yang sudah dikubur dan tidak pernah terlihat lagi setelahnya.

"Papaaa, ini Nini! Papa banun! Papaaa! Banun, Papa! Nini di cini, Papaaa!" rengek Jongin di tengah tangisnya.

Padahal Jongin tidak ingin rewel, tapi kalau begini, Jongin tidak bisa menahan tangisnya. Soalnya dia juga tidak tahu keadaan Papa saat ini. Papa tidak bisa dibangunkan sama sekali meski Jongin sudah memanggil sedari tadi.

"Papaaa, banunnn!"

Bahkan suara Jongin pun sudah mulai serak karena lelah memanggil Papa yang tidak bangun-bangun juga, dan menangis tentunya. Jongin terisak, dia mulai lelah menggoyangkan tubuh Papa. Tapi Jongin tidak mau melihat papanya yang tidak bangun-bangun seperti sekarang. Jongin benar-benar takut.


"Iya, Ayah. Saya sudah di depan gedung apartemen Sehun. Nanti saya kabari lagi, ya?"

Ko Jun mendesah pendek setelah memasukkan ponselnya ke saku. Baru saja ayahnya menelepon, meminta dia mengecek kondisi Sehun dan Jongin, karena adik dan keponakannya itu tidak terlihat sejak pagi hari. Yunho mendapat laporan dari anak buahnya, tapi dia yang sedang berada di Chicago tentu saja tidak bisa mengecek sendiri kondisi si bungsu. Bahkan saat Yunho mencoba menelepon nomor Sehun, tidak ada jawaban sama sekali dari panggilannya yang kesekian kali itu.

Papa's Diary •√Where stories live. Discover now