8. No friend

299 41 3
                                    

I'm a good-good boy. You ale a bad-bad boy. I don't wanna be youl flieenndd!

—Oh Jongin


Sejak matahari masih malu-malu menampakkan diri, Sehun sudah terbangun dari tidurnya. Berbeda dari Sehun yang telah bangun di jam lima pagi, Jongin butuh lebih banyak waktu untuk terlelap. Si bayi yang masih tidur dengan mulut terbuka dan kedua tangan terbentang lebar.

Sehun menarik selimut tebal agar sepenuhnya menutupi tubuh kecil Jongin. Dia juga meninggalkan satu kecupan lembut di dahi. Tatapan lembutnya terpatri cukup lama, tertuju pada si kecil yang masih pulas, sebelum dia memilih beranjak dari kasur.

Pagi untuk Sehun di saat libur biasanya dibuka dengan sedikit peregangan tubuh. Lalu dia akan memakan satu lembar roti tawar dan meneguk satu gelas air putih sebagai penyumbat rasa lapar. Pagi untuk Sehun baru akan benar-benar dimulai saat dia berada di ruang olahraga.

Sehun berjalan di treadmil dengan kecepatan rendah. Biasanya dia akan melakukan olahraga itu selama lima belas menit. Setelah mendapat sedikit keringat, Sehun akan meneguk segelas air mineral sembari berjalan menuju dapur.

Memasak untuk Jongin dan dirinya. Itu adalah kebiasaan lain yang tidak bisa Sehun tinggalkan saat berada di rumah.

Mau sesibuk apa pun dirinya, jika tidak sedang keluar kota, Sehun akan menyisihkan waktu untuk membuat sarapan, makan siang dan makan malam mereka. Karena sekarang Jongin pergi ke playgroup, Sehun membuatkan bekal untuk bayinya juga. Semua yang masuk ke mulut Jongin akan diperiksa sendiri oleh Sehun.

Tidak ada musik. Tidak ada orang lain yang membantu. Hanya suara pisau dan aliran air yang sesekali terdengar saat Sehun mencuci bahan-bahannya yang menjadi teman untuk waktu memasak Sehun.

Hari ini Sehun akan menemani Jongin ke playgroup, jadi dia akan sekalian menyiapkan makanan berat yang bisa dipanaskan saat mereka pulang nanti.

Selesai membereskan semua peralatan yang dia gunakan untuk memasak, menata sarapan mereka dan memasukkan bekal Jongin ke dalam kotak makan, Sehun baru beranjak menuju lantai dua lagi.

Di sana, bayi Sehun masih asik meniti mimpi. Selimut yang sempat Sehun benarkan pun sudah kembali berantakan. Sehun mendengkus pelan, mensejajarkan tubuh dengan wajah Jongin. Pipi gembil anaknya menjadi target ciuman beruntun dari Sehun.

Jongin menggeliat kesal, berusaha menjauhkan wajah papanya agar tidak memberikan lebih banyak ciuman. "Hush! Hush! Don't distlube me!"

"Bangun, Cil! Udah jam tujuh, nih!"

"Nini maciii menatuk tauu!" jawab Jongin kesal. Wajahnya segera dia tenggelamkan ke bantal agar tidak terkena serangan Papa lagi.

"Katanya mau ke sekolah sama gue, gimana sih? Atau gue telpon Nanny, nih, biar Nanny yang anter lo aja nanti?"

Mendengar ucapan Sehun, Jongin segera berbalik dengan cepat. Papa menyebalkan!

"Dak bica dong!" Dengan wajah setengah mengantuk, Jongin berteriak kesal. "Papa dah pomis tauuu!"

"Ya, makanya, jangan males-males. Gue kan nggak suka kalau mesti nungguin bocil males."

Mendengar kata-kata Sehun membuat Jongin yang menjadi targetnya tidak terima. Jongin menatap kesal ke arah papanya. "NINI DAK MAYAS TAUU! NINI MENATUK CAJAA!"

"Iya-iya, gue percaya. Ayo, cuci muka dulu."

Kedua tangan Jongin terentang. Sehun yang mengerti akan kode dari anaknya itu segera membawa tubuh si kecil untuk digendong. Jongin masih menguap saat Sehun membawanya menuju kursi di depan cermin besar. Jongin didudukan di sana, sedangkan Sehun mengambil segelas air putih. Sehun membiasakan Jongin untuk minum segelas air putih saat bangun tidur sebelum melakukan aktivitas lain.

Papa's Diary •√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang