23. fell in love

174 28 5
                                    

Anehnya, rasionalitas itu masih ada di saat rasa sukaku padamu berada di level maksimal.

—Oh Sehun


"Kalau di pertemuan kedua bisa bikin aku dapat nomor kamu, di pertemuan ketiga nanti bisa bikin aku pacaran sama kamu, nggak, ya?"

Sejujurnya itu hanyalah pertanyaan impulsif yang entah bagaimana bisa Sehun ucapkan dengan suara yang terdengar cukup datar. Sehun terkikik pelan, mencoba menghilangkan rasa malu yang tiba-tiba mengisi kepalanya. Tentu saja dia malu, dan sepertinya hanya orang konyol yang bisa bertanya selancar itu tanpa ada rasa ingin menenggelamkan diri setelahnya. Sehun menggaruk belakang tengkuk, selayaknya tokoh utama dalam cerita yang sedang salah tingkah setelah bertingkah.

"Well, try it and find the answer."

Jawaban dari Jessie sangat tidak terduga. Seperti bermain-main, tapi di saat yang sama mengundang kesempatan untuk bisa Sehun raih.

"Masih terdengar nggak meyakinkan," decak Sehun.

"Tapi kamu tertantang?"

Sehun tersenyum lebar. Jessie benar. Dengan pernyataan darinya tadi, Sehun memang jadi lebih menginginkan pertemuan ketiga milik mereka.

"Promise is promise."

"Of course," jawab Jessie, tidak terlihat takut sama sekali.

Pertemuan kedua mereka berakhir dengan satu janji lain. Janji yang Sehun genggam dalam hati dengan sangat percaya diri. Sehun percaya pada takdir, dan dia yakin jika dalam jarak yang tidak lama mereka pasti akan bertemu kembali.


Sehun tidak berusaha keras. Tidak juga bertindak sok keren dengan banyak mencaritahu soal Jessie. Dia membiarkan semuanya berjalan semestinya, karena Sehun percaya jika alam pasti akan bekerja untuk mereka jika takdir memang menjanjikan.

"Kamu kasih saja dokumennya ke Pak Gilang, biar beliau yang antar ke kantor nanti."

Seperti bagaimana dokumen Ko Jun tertinggal di apartemen Sehun, dan Sehun yang tidak memiliki kegiatan sama sekali memilih untuk mengantarkan sendiri dokumen tersebut ke kantor.

"Kalau gue titipin ke resepsionis gimana? Bilang saja atas nama Pak Gilang atau gimana, kek. Gue bosen di rumah."

"Terserah kamu saja."

Sehun tidak pernah menduga, apalagi merencanakan pertemuan ketiga mereka terjadi sangat cepat dengan Jessie yang menarik tangan Sehun keluar dari kantor sesaat setelah pemuda itu menginjakkan kakinya di pintu masuk.

"Kamu! Kamu kok bisa ke sini? Kamu tahu kalau saya kerja di sini? Kok bisa tahu? Kamu stalk-stalk saya, ya?"

Ekspresi penuh rasa ingin tahu, terkejut dan juga gugup yang Jessie miliki bisa Sehun rekam dengan jelas. Yang pasti, saat itu kata yang terlintas di kepalanya hanyalah satu, cantik.

How pretty you are!

How could a girl be this pretty?

Jessie di mata Sehun hanyalah untaian pujian yang tidak akan pernah terputus, karena dia sangat cantik dan menawan.

"Jangan diam saja! Cepat jawab!"

Sehun mengangkat dokumen yang ada di tangannya. Dokumen yang diminta oleh Ko Jun dan hendak Sehun titipkan di resepsionis.

"Itu apa?"

"Dokumen," jawab Sehun. "Aku mau antar dokumen ini ke resepsionis, atas nama Pak Gilang, buat Pak Jun."

"Pak Gilang? Pak Jun?"

Ada blank yang tergambar jelas di wajah Jessie saat itu. Seolah-olah bertanya, apakah dua nama itu adalah nama yang dia kenal?

Papa's Diary •√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang