7. Angy-angy

349 50 22
                                    

Dulu gue selalu bilang, "Kalau nggak bisa nepatin tuh nggak usah bikin janji segala," ke orang-orang yang gampang banget ngasih janji.

Nggak pernah nyangka aja kalau akan ada masa di mana bocil gue ngomong, "Kayo dak bica pomis tuh dak ucaa kacii pomis," ke gue.

Damn, karma is a cold bitch!

—Oh Sehun


Jongin marah, dan Sehun dilarang mendekat dalam radius tiga meter.

Sehun mungkin bisa melanggar dan bersikap sok tengil dengan mengabaikan permintaan bayi kecilnya itu, tapi dia tidak melakukannya. Sehun berusaha untuk menghargai perasaan Jongin. Dia duduk sejauh radius yang Jongin perbolehkan sambil mengamati apa yang sedang bayinya lakukan sekarang.

Karena Sehun tahu, dia yang salah di sini. Dia yang telah mengingkari janji pada Jongin. Dan dia juga yang memilih untuk tetap pergi walau Jongin meraung keras sampai menjatuhkan tubuh ke tanah. It's all him, the problem is him. He makes a mistake.

Jongin sibuk menyusun puzzle bersama Yoongi. Sesekali anak itu berceloteh, tapi lebih banyak dia fokus menyusun puzzle dan bahkan sampai mengabaikan sekitarnya.

"Nini, Aunty Rene bawa buah dan susu, nih. Nini mau makan camilan dulu, nggak?"

Bahkan saat Ci Irene datang dan menawarkan camilan, Jongin masih asik dengan potongan puzzle yang ada di depannya.

Meski Sehun sedang dalam masa hukuman, tapi sikap Jongin jelas mengganggunya. Itu tidak sopan, jadi Sehun dari jaraknya itu mencoba untuk menegur.

"Jongin, Aunty Rene sedang bicara sama Jongin!"

Dari tempat duduknya pula Sehun bisa melihat raut wajah Jongin yang mendelik kesal. Walau begitu, si kecil tetap merespons ucapan papanya. Padahal sejak tadi dia tidak banyak bergerak saat orang lain berbicara. The baby knows his daddy.

"Nini macih mau cucun-cucun dulu, Aunty. Nini mamam latel caja, ya?" balas Jongin pada Ci Irene, dia masih marah sama Sehun.

Sehun sih tidak masalah, karena dia telah mendapat respons yang dimaunya. Sehun diam saja saat Jongin lagi-lagi memasang wajah permusuhan padanya.

"Okay. Aunty taruh sini, ya? Kalau Nini butuh apa-apa, bilang ke Aunty atau Yoongi saja, oke?"

"Otee," jawab Jongin lagi.

Meski waktu terus bergulir, Jongin dan kegiatan menyusun puzzle miliknya itu tidak juga terhenti. Yoongi yang tadinya membantu juga telah menyerah, memilih untuk rebahan di samping tubuh kecil penuh fokus milik Jongin. Buah yang ada di piring tadi setengahnya telah Yoongi makan, sedangkan Jongin masih asik sendiri bersama potongan puzzlenya.

Normalnya anak kecil akan dengan mudah merasa bosan. Mereka tidak bisa fokus pada satu objek dengan durasi yang terlalu lama. Begitu pula dengan Jongin, biasanya.Tapi, Jongin tidak beranjak dari tempatnya dan tidak juga bicara dengan Yoongi lagi. Anak itu keluar dari jalur biasa, membuat Sehun beranjak dari tempat yang telah ditentukan sejak tadi.

Saat bayangan besar menutupi cahaya yang datang untuknya, Jongin mengangkat kepala. Wajah anak itu memerah saat melihat Sehun berdiri di depannya.

"PAPA DAK BOYEH NEAL NINI!"

Sehun menarik napas panjang, meminta Yoongi pergi agar mereka bisa memiliki ruang berdua saja. Yoongi yang menyadari makna dari tatapan mata Sehun pun berpindah tempat dengan cepat. Sehun akhirnya duduk di depan tubuh Jongin yang bergetar.

"Papa minta maaf, ya?" ucap Sehun lembut, menarik Jongin untuk dia peluk.

Jongin memberontak dengan kuat. Tangisnya pecah saat itu juga.

Papa's Diary •√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang