9. Our time

292 43 34
                                    

You masih muda, masih banyak yang bisa dipelajari. Even you make a mistake in this moments, you masih bisa memperbaikinya. Itu sesuatu yang not impossible.

So, don't give up. Never give up. Cause we are family. We won't buang you. We will help you to repair it.

—Oh Yunho


Padahal setelah makan siang Sehun niatnya mau menidurkan Jongin saja, sedangkan dia sendiri akan lanjut mengerjakan skripsi. Tapi, setelah melihat kulkas tadi pagi, Sehun merasa jika dia harus melakukan belanja bulanan. Stok makanan mereka sudah menipis, terutama susu bubuk Jongin yang sudah tidak tersisa sama sekali selain satu kotak saja. Jadi, mau tidak mau Sehun harus memaksa diri untuk keluar rumah hari ini.

"Lo nggak tidur aja, Cil? Enggak usah ikut gue belanja. Gue suruh Yoongi ke sini, deh. Gimana?"

Di bawah sana, Jongin memasang wajah cemberut. Dia sudah siap untuk pergi belanja bersama Papa. Enak saja Papa mau asal pergi tanpa membawanya. Papa pasti mau bersenang-senang sendiri, lalu beli banyak hal yang bagus tanpanya. Tidak bisa dibiarkan. Jongin tidak akan membiarkan Papa senang-senang sendiri.

"Nini kut! Nini mau kut Papaa!"

Well, kalau menilik dari niat hati Sehun, tentu saja berbeda dari apa yang Jongin pikirkan. Sehun hanya tidak mau jika Jongin kurang tidur dan jadi sangat rewel nantinya. Dia tidak tega melihat anaknya kurang istirahat.

"Enggak di rumah saja? Enggak mau main sama Yoongi saja, nih? Papa mau telponin Yoongi loh ini, beneran nggak mau?"

"Mamau! Nini mau kut Papa!" Dengan tegas Jongin menjawab. Dia tidak goyah sama sekali akan keinginannya. Pokoknya dia harus ikut Papa pergi.

Karena Jongin yang tidak menyerah, Sehun akhirnya pasrah saja. Anaknya sangat keras kepala memang. Entah mirip siapa.

"Ya udah." Sehun mendengkus pelan saat Jongin melompat senang. "Ayo, nanti makan malam di luar saja."

Papa itu sangat jarang mengajak Jongin makan di luar. Katanya bisa buat sakit nanti. Jongin sih tidak terlalu peduli, karena masakan Papa sendiri sangat enak. Jongin suka sama makanan yang Papa buatkan. Bukan berarti dia tidak senang diajak makan di luar. Kalau sesekali, dia juga sukaaaa. Sangat sukaaa.

"Ote, Papaaa!"

Tangan kecil Jongin mengait pada jemari Papa. Sekarang mereka akan pergi belanja bulanan dan mengisi kulkas hingga gemuk. Jongin tidak sabar sekali.


Meskipun hari kerja, pengunjung swalayan tidak pernah padam jumlahnya. Walau tidak sebanyak saat weekend, tetap saja jumlah yang ada membuat Sehun tidak bisa melepaskan pandangan dari Jongin yang mengekor dengan baik di belakangnya.

Jongin sendiri mendorong troli kecil di belakang tubuh Papa. Dia mau ikut membantu dengan mengambilkan barang-barang belanjaan; yang kebanyakan trolinya berisi mainan dan camilan untuk dirinya sendiri. Jongin cekikikan, senang sekali bisa memasukkan satu per satu barang ke trolinya. Terutama permen yang sudah berbungkus-bungkus tergeletak di sana.

Tangan kecil Jongin sudah siap mengambil bungkus lain ketika suara Sehun terdengar datar, "Kalau lo ambil permen lagi, gue balikin semuanya ke etalase."

Tentu saja pernyataan itu segera membuat mata bulat Jongin membola. Papa memang jarang serius orangnya, tapi Jongin tahu kalau saat ini Papa tidak sedang bermain-main.

"Balikin yang tiga bungkus. Ambil satu saja."

"Uwa, ya?" bujuk Jongin.

"Satu. Satu bungkus buat satu bulan." Tapi Papa itu sangat tegas. Bahkan Papa memberikan tatapan tajam pada Jongin.

Papa's Diary •√Where stories live. Discover now