35. vroom-vroom

224 36 26
                                    

Ini dak boyeh, itu dak boyeh! Mua caja dak boyeh! Peyit!

—Oh Jongin


"Oh Jongin!" Sehun menarik napas panjang, menatap kesal ke arah sang anak yang baru saja melempar garpunya.

Jongin sendiri terlihat tidak takut dengan panggilan dan tatapan galak dari papanya. Sebaliknya, anak itu malah melipat kedua tangan dan memalingkan wajah dengan mudahnya. "Huh, bicik!"

Sudah lima hari terlewati sejak Sehun pulang dari rumah sakit. Dan lima hari pula mereka bertemu lagi dengan beragam drama yang mewarnai.

Hari pertama Sehun pulang, Jongin bersikap sangat manis sampai-sampai papa muda itu merasa jika anaknya sedang dirasuki. Kalau saja Ci Irene tidak meyakinkan Sehun jika Jongin yang ada di depannya itu benar anaknya sendiri, mungkin Sehun sudah berlari ke dukun terdekat untuk mencari keberadaan sang anak yang menurutnya dibawa lari makhluk goib.

Hari kedua, mereka mulai banyak bermain bersama. Jongin sudah seperti tour-guide, memandu Sehun untuk mengelilingi rumah Ko Jun. Anak itu menemukan banyak tempat menarik selama dia dititipkan di rumah besar tersebut; para pekerja yang membantu Jongin mengeksplor tempat-tempat itu. Mereka yang sempat seperti orang asing itu mulai melelehkan dinding masing-masing.

Mungkin karena Sehun sakit cukup lama, makanya Jongin tidak ingin membuat papanya lelah. Bahkan saat Sehun berusaha menggoda anaknya, Jongin hanya marah sebentar, berdecak, lalu menggeleng-geleng seperti orang tua yang menghadapi bayi besar.

"Papa no nakal, ya. Nakal itu not good, Papa!" Bahkan Jongin memberikan petuah selayaknya orang dewasa ke anak-anak.

Sehun hanya bisa melongo saja karena dinasihati anak sekecil bayinya itu. "Okay."

Hari ketiga masih mirip seperti hari kedua. Kali ini mereka bermain rumah-rumahan dengan banyak camilan yang disiapkan oleh pekerja di rumah Ko Jun. Yoongi ikut bergabung bersama. Oma dan Opa tadinya mau ikut serta, tapi karena ada urusan mendadak mereka jadi tidak bisa bermain bersama.

Mereka bertiga bermain di taman, duduk lesehan dengan kain yang menjadi alas. Kegiatan mereka memang lebih terlihat seperti piknik dibanding bermain rumah-rumahan.

"Nini, aku mau tehnya dong. Tolong tuangin tehnya, ya," ucap Yoongi sambil menyodorkan cangkir kecil miliknya. Yoongi berperan sebagai tamu yang datang berkunjung ke rumah sepasang papa dan anak itu.

"Ote," jawab Jongin cepat. Anak itu mengambil teko kecil dan segera menuangkan isinya ke cangkir Yoongi. Banyak air yang tumpah ke kain yang menjadi alas mereka hingga Sehun berusaha membantu dengan mengambil alih teko tadi.

"Cil, ah! Hati-hati, dong!"

Hanya saja, bantuan dari Sehun terlihat seperti gangguan di mata bayi itu. Jongin cemberut, lalu memberikan tatapan tidak senang pada papanya. Sepertinya Jongin sudah lupa akan janji yang dia buat pada dirinya sendiri untuk tidak menyusahkan Papa; salah sendiri Papa yang memulai dengan membuat dia kesal, huh!

"Nini cuda ati-ati! Papa bicik!"

"Heh!" tegur Sehun.

Jongin mendengkus kesal, lalu dia mengabaikan peringatan dari papanya. "Huh!"

"Hadeehhh!" Sehun hanya bisa membuang napas berat karena terlalu bingung menanggapi perubahan suasana hati anaknya. Sometimes Jongin and his mood confused Sehun.

Permainan mereka memang masih berlanjut, hanya saja Jongin mulai bersikap sedikit kasar pada Sehun. Dan awal mula perbaikan dinding keduanya dimulai dari sana.

Pada hari keempat, Jongin was no longer careful of his papa. Seperti kembali ke masa-masa sebelum Papa sakit, Jongin bersikap manja dan tidak ragu untuk mencari perhatian papanya. He wanted all Sehun's attention for himself.

Papa's Diary •√Where stories live. Discover now