31. Waki, Papa!

241 42 18
                                    

Papaaa .... Papaaa .... Papaaa, plis wakiii! Nini hiyel! Nini wait Papa wakiii!

—Oh Jongin


Sehun pikir, setelah pertengkaran mereka yang berakhir dengan perang dingin kemarin itu, Ko Jun tidak akan mau menemaninya di kamar rawat lagi; atau paling tidak kokonya akan memanggil Ci Irene, Yoongi atau siapa sajalah untuk menggantikan tempatnya. Tapi ternyata Sehun salah, karena Ko Jun kembali ke kamarnya setelah sekitar hampir satu jam dia keluar dengan wajah yang dipenuhi oleh emosi meledak-ledak.

Sehun masih ingat, Ko Jun saat itu menatapnya dengan wajah malas lalu mengeluarkan dengkusan kasar saat masuk lagi ke kamar rawatnya. Selanjutnya atensi kokonya itu tertuju pada obat yang masih tergeletak di atas nakas, tidak dia sentuh sama sekali saat tidak ada Ko Jun di kamarnya.

"Minum obat, terus tidur. Kamu masih butuh banyak istirahat." Tidak ada ungkapan jika Ko Jun mau memberikan bantuan, dan tidak ada juga jawaban jika Sehun ingin ditolong untuk sekadar minum obatnya sendiri, tapi semua terjadi dengan begitu saja, secara alami.

"Koko ...," panggil Sehun setelah kokonya meletakkan gelas untuk diminumnya kembali ke nakas.

"Hm."

Sehun membuka mulut, tapi kemudian dia kembali bungkam saat kokonya yang sempat memberikan punggung itu malah berbalik. "Nggak jadi. Gue mau istirahat, kayak yang lo bilang."

"Hm." Tanggapan Ko Jun masih terdengar dingin, dia tidak mencoba mengorek apa pun agar keluar dari mulut adiknya.

Sehun terlelap beberapa saat setelah didera oleh kebisuan. Ko Jun sendiri kembali duduk di samping ranjang Sehun, lalu dia membuka laptopnya dan mulai fokus pada laporan-laporan yang masuk melalui emailnya.

Mereka tidak berbaikan malam itu, tapi Ko Jun juga masih tetap berada di samping Sehun seakan ingin mematahkan pikiran sang adik jika pekerjaan miliknya terlalu penting untuk bisa ditinggalkan barang sejenak.

Bahkan saat ini Ko Jun tengah asik mengetik di laptopnya, sedangkan Sehun terlihat seperti Jongin yang harus puas dengan semangkuk buah dan tontonan yang berasal dari layar televisi. Sehun seperti dejavu dengan kondisinya saat ini.

"Kamu masih mau kerja setelah lulus S1?" Pertanyaan mendadak dari Ko Jun itu mengundang atensi Sehun yang sedari tadi tertuju pada kartun di televisi. Ternyata laptop Ko Jun sudah ditutup saat Sehun menatap ke arahnya.

"Iya," balas Sehun sambil berusaha memperbaiki posisi duduknya. "Gue mau kerja, tapi sambil ambil S2." Lebih jauh lagi Sehun mencoba memberikan gambaran akan apa yang dia inginkan.

"Kamu yakin bisa jalanin semua itu? Kerja sambil sekolah itu tidak mudah. Saya sudah pernah melakukannya dulu."

Dibanding Sehun yang terlihat mendapatkan banyak kemudahan dalam hidupnya, Ko Jun memang dibentuk untuk mandiri dan mampu memimpin bisnis di masa depan. Bukan berarti orang tua mereka membedakan cara didik anak-anaknya, tapi mereka lebih mengikuti kemauan si anak itu sendiri.

Sehun tahu, Ko Jun sangat tertarik dengan dunia bisnis. Dia selalu mengidolakan ayah mereka yang bisa menaklukkan beragam bisnis di usia yang masih tergolong muda. Dari cerita-cerita yang Sehun dengar di masa lalu, Ko Jun itu sudah mengikuti ayah mereka ke kantor sejak masih SMP karena ingin melihat cara kerja para pegawai, dan tentunya ayah mereka sendiri.

Sayangnya, ketertarikan yang Ko Jun miliki tidak turun dalam diri Sehun. Karena Sehun merasa jika semua orang di rumah mereka sudah terlalu hebat, oleh karena itu dia ingin menjadi biasa-biasa saja agar berbeda di antara anggota keluarga yang lain. Tentu saja itu hanya pikiran naif milik Sehun saat dia masih kecil; yang mungkin tanpa sadar masih terpatri di kepalanya hingga saat ini.

Papa's Diary •√Where stories live. Discover now