16. Accidently madness

218 40 25
                                    

Gimana, ya? Kadang pas si bocil lagi lucu-lucunya, gue pengin punya anak juga. Tapi, kalau liat Uncle Hun repot karena si bayi lagi tantrum, I got this on my mind, "Okay, I don't need a baby in my life. I'm good enough with my current situation?"

—Oh Yoongi


"Oh Jongin, Papa marah, ya! Papa nggak suka lihat Jongin seperti ini! Papa nggak suka!"

Wajah memerah Jongin menatap kesal ke arah Papa. Matanya sudah digenangi oleh cairan bening yang sudah meleleh kapan saja, dan tubuh anak itu bergetar karena berusaha keras menahan emosi yang meluap.

Jongin juga marah sama Papa. Jongin marah karena Papa malah tidak berdiri di sampingnya. Papa malah membela anak lain, bukan Jongin yang notabene adalah anak Papa sendiri. Jongin sangat marah.

"Oh Jongin!" tegas Sehun, sudah lelah berdebat.

Di sisi lain, Jongin juga merasakan hal serupa. Mulut anak itu terbuka dan hal pertama yang terjadi ketika Jongin siap berdebat adalah air matanya yang berakhir leleh, mengaliri pipi temban anak itu.

"NINI UGA MAYAH!" teriak Jongin. "NINI DAK CUKA PAPA! NINI DAK CUKA PAPA MAYAH NINI! PAPA MAMAU DENAL NINI! NINI MAYAH PAPAAA! NINI UGA DAK CUKAA!"

"Oh Jongin!"

"PAPAAA!" Jongin berteriak sekuat yang dia bisa. Papa itu seharusnya sadar kalau Jongin sudah tidak bisa dinego lagi. Jongin juga kecewa, bukan hanya Papa saja yang bisa kecewa.

"Jongin dengar Papa!" ucap Sehun.

"PAPA DENAL NINI!" balas Jongin. Dada anak itu sudah naik-turun karena amarahnya. Wajah Jongin terlihat sangat kacau saat ini.

Kalau Papa bisa marah, Jongin juga bisa. Jongin menggunakan kedua tangan gempalnya untuk mengusap air mata yang tidak juga mau berhenti mengalir. Kalau dia cengeng, nanti Papa pasti akan mengabaikan ucapannya. Jongin mengusap-usap terus air mata yang mengaliri pipinya itu.

Sehun berdecak kesal. Dia menghentikan tangan Jongin sehingga air mata anak itu bisa turun dengan bebas. Jongin marah, dia mencoba melepaskan diri. "Yepas Nini!" teriak Jongin.

"Jongin."

"YEPAS!"

Sehun menarik tubuh anaknya ke dalam pelukan. Walau Jongin terus memukuli tubuhnya, Sehun tidak melepaskan anak itu.

"PAPA MAMAU DENAL NINI! PAPA MAYAH-MAYAH NINI! NINI DAK CUKA PAPAA!"

Sehun memejamkan mata, menarik napas panjang-panjang. Dia harus meredakan emosi Jongin lebih dulu, bukannya langsung menyudutkan anaknya. Sehun menyadari jika dia salah ambil langkah karena terbawa emosinya sendiri. Apalagi saat melihat wajah Jongin sekarang, Sehun luluh begitu saja. Dia kalah telak di depan anaknya.

"Okay-okay, Papa salah. Papa minta maaf," ucap Sehun lembut. Dia mencoba menurunkan egonya dan mengalah. "Papa seharusnya dengar ucapan Jongin dulu. Papa minta maaf karena buat Jongin marah, ya?" Dia mencoba membujuk dan menenangkan anaknya.

"Papa dak denal Nini," rengek Jongin. Anak itu masih berusaha keras untuk melepaskan diri. "Nini dak cuka! Nini mayah!"

"Iya, Papa salah."

"Papa pelti itu teyus. Papa mayah duyu, bayu denal Nini. Papa jaat Nini teyus!"

Sehun terdiam mendengar ucapan anaknya. Dia tidak pernah berpikir jika dia bisa seegois itu di mata Jongin. Padahal Sehun selalu berusaha yang terbaik, tapi sepertinya Jongin berpikir hal yang berbeda.

"Papa minta maaf," bisik Sehun.

Setelah emosi keduanya sudah lebih tenang, Sehun memberikan segelas susu untuk Jongin. Dia sendiri minum air putih. Mereka duduk saling berhadapan. Sehun menggenggam tangan Jongin dengan erat. Mereka harus bicara dari hati ke hati.

Papa's Diary •√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang